CHIL (Part 1)

41 16 11
                                    

~Perubahan kecil~

RaIn menyodorkan minuman vitamin C di meja JaeHan. JaeHan menoleh. "Gomawo."

RaIn mengangguk kecil. "Aku pulang dulu ya,,, Annyeong." RaIn melangkahkan kakinya keluar kelas.

Ini hari ketiga pulang tanpa JaeHan. Entahlah, Rain merasa berbeda. Seharusnya ia tidak merasa seperti itu. Ya, seharusnya. RaIn mendesah pelan. Ia merasa dirinya agak aneh akhir-akhir ini.

"RaIn-ah!"

RaIn membalikkan tubuhnya. "DaNi." gumamnya. DaNi berlari kecil kearahnya. "Sepertinya 3 hari terakhir ini kau pulang sendiri." RaIn mengangguk. "JaeHan mengikuti olimpiade matematika. Jadi dia harus pulang telat. JaeHan harus banyak berlatih."

DaNi menepuk jidatnya. "Aku lupa. Ya, aku tau anak itu ikut olimpiade." Kata DaNi. "Aku juga mengikuti pertandingan sepak bola 2 minggu lagi." lanjutnya. "Arraseo, kalian sering berlatih setelah pulang sekolah. Kau tidak berlatih? Mengapa disini?"

"Hari ini kami tidak latihan. Ternyata kau suka memperhatikanku ya.." RaIn berdecih. "Itu sesuatu yang terlihat. Percaya diri sekali." DaNi tertawa. "Itu sifatku, kau harus tau itu." RaIn hanya mengangguk. "Karena kau pulang sendiri, bagaimana jika kau pulang bersamaku?" RaIn menatap DaNi. Entah mengapa, ia merasa berat. "Ayolah, ini tidak berlangsung lama. Sampai JaeHan selesai olimpiade saja. Lagipula, aku tau kau pasti tidak suka pulang sendiri."

RaIn mengakui pernyataan itu. Apalagi semenjak kejadian yang menimpanya 2 minggu yang lalu. Ia masih sedikit trauma. RaIn mengangguk. "Kau tunggu di depan gerbang saja, aku akan mengambil mobilku."

Mobil Nisaan berwarna hitam berhenti disampingnya. Kaca mobil tersebut terbuka. "Ayo masuk." RaIn membuka pintu mobil DaNi. Mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah jalan Gangnam-gu. RaIn memperhatikan jalan. Namun, pikirannya kosong.

"RaIn-ah." Suara DaNi mengusik RaIn dan menariknya ke alam sadar.

"Mwoya?"

"Kau bisa antarkan aku ke COEX (baca: Koekseu) kan? Ada sesuatu yang harus ku beli." Pinta DaNi. Namun, lebih terkesan memaksa. "Lagipula, jika aku menolak, kau akan lebih memohon kepadaku bukan?" DaNi tertawa. "Tentu saja." RaIn menggelengkan kepalanya. "DaNi, kau benar-benar."

"Memangnya kau ingin beli apa?"

DaNi dan RaIn sudah sampai di COEX. "Besok, eomma berulang tahun. Aku tidak bisa memilih barang untuk wanita. Maka itu, aku mengajakmu kesini." kata DaNi. Pandangannya tidak lepas dari toko-toko disampingnya.

"Biasanya aku membeli hadiah bersama noona. Namun, ia benar-benar sedang sibuk untuk menyiapkan ujian S2 di Oxford. Kami tidak mendapatkan waktu untuk pergi bersama." RaIn menoleh kearah DaNi dengan ekspresi sedikit terkejut. "Aku baru tau kau punya saudara. Aku hanya tau bahwa appamu pemilik Kangbuk Samsung Hospital di Jamsil dan ibumu seorang dokter anastesi." tuturnya. Tangannya tidak berhenti memainkan tali tasnya.

"Ya, mereka sangat sibuk."

DaNi menghela napas panjang. "Kau bisa mampir kerumahku kapan saja kau mau." RaIn sedikit mengadah lalu tersenyum menatap DaNi. DaNi mengerjap. Ia baru sadar bahwa RaIn memiliki mata yang indah ketika tersenyum. "Ya, kapan-kapan aku bisa mampir kerumahmu."

"Aku tidak percaya pilihanmu sebagus ini."

DaNi mengangkat kantong belanjaannya. Sebuah tas merek Prada berwarna Pink Nude sudah berada di tangan DaNi. "Orang-orang bialng pilihanku bagus. Ibumu akan terlihat fresh dengan warna seperti itu." kata RaIn.

"Gurae, karena kau telah membantuku kau bisa minta apa saja yang kau mau. Tapi tidak meminta untuk mengakhiri masa percobaan ini." kata DaNi. RaIn berdecak. "Ah, sayang sekali, padahal padahal aku ingin meminta hal itu." RaIn tidak benar-benar serius mengatakan hal itu. "Jangan bermain-main denganku." ujar DaNi. RaIn tertawa ringan. "Ani, aku tidak ingin apa-apa."

Forthcoming Season 1[COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang