GU (Part 1)

44 13 16
                                    

~Perasaan~

Jika karena bukan RaoLin, RaIn tidak akan pergi ketempat ini. RaIn mendesah kuat ketika kereta yang akan ia tumpangin berhenti di stasiun pemberhentian tujuannya. Dari stasiun, ia hanya perlu berjalan 5 menit dan smapai di biycle street yang menyuguhkan pemandangan bukit-bukit yang menyejukkan mata.

Karena RaoLin menyukai warna oren, hari ini RaIn memakai tanktop dan rok berwarna oren dan cardigan lengan ¾ berwarna coklat nude. Tidak jauh darinya, Rao dan DongHoon melambaikan tangan kearahnya. Sedangkan JaeHan tidak bereaksi sama sekali.

"Mianhae, aku terlambat."

"Gwenchana, kita juga baru sampai." kata DongHoon.

"Apa rencana kita hari ini?" tanya RaIn

" Molla (Entahlah), aku hanya ingin bersenang-senang disini. Sepertinya kita bisa naik sepeda. Penyewaaannya disana. " Rao menunjuk tempat rental sepeda yang tidak jauh dari mereka. "Tapi sebelum itu, ayo lakukan hompimpah untuk menentukan pasang."

" Gai bai bong (Gunting, Batu, Kertas ala Korea)!"

JaeHan dan DongHoon menunjukkan gunting . Sedangkan Rao dan RaIn menujukkan kertas. "Ayolah,, aku tidak mungkin memboncengan JaeHan." keluh DongHoon. "Oke! Kita ulang." kata Rao sembari mengedipkan mata kearah mata kearah DongHoon.

"Gai bai Bong!"

"Ini baru adil." DongHoon dan Rao berseru. Ya, mereka menjadi satu tim dan hal itu membuat RaIn kesal karena harus satu tim dengan JaeHan. Namun, RaIn adalah orang sportif jadi ia harus menerima ini.

"JaeHan-ah! Ayo kita ambil sepedanya."

"Biar aku saja. Kau tunggu saja disini." JaeHan berjalan mengikuti DongHoon. "Rainie, gwenchana?" tanya Rao. RaIn tersenyum tipis. "Gwenchana." RaIn menghirup napas panjang berusaha menghirup udara disekitarnya. Sebanyak-banyaknya. Rao pintar memilih tempat seperti ini. Benar-benar menennagkan pikiran.

Namun, RaIn terperangah ketika DongHoon dan JaeHan kembali bukan dengan sepeda parallel. Melainkan dengan sepeda dengan tempat duduk dibelakang kemudi. "Rao, ayo naik!" DongHoon dan Rao berlalu begitu saja. RaIn menatap bangku penumpang lamat-lamat. "Kau mau terus berdiri seperti itu?" suara JaeHan membuyarkan lamunan RaIn. Dengan ragu, RaIn duduk dibangku penumpang. JaeHan mulai mengayuh sepedanya dengan gerakan lambat.

Selama 5 menit berlalu, baik RaIn mapun JaeHan tidak ada yang berbicara sedikitpun. Semua sibuk dengan pikiran masing – masing. RaIn menatap punggung JaeHan yang dilapisi

Kaos berwarna coklat. RaIn menghela napas. Selama ini, ia tidak pernah bertengkar selama 2 hari dengan DongHoon maupun Rao. Paling hanya sehari.

Namun kali ini, dengan lelaki yang membelakanginya. Ia hampir bertengkar selama 3 hari hanya karena kesalahpahaman. RaIn benar-benar tidak tahan dengan situasi seperti ini. Dan RaIn tau. Bagaimanapun juga, ia harus berbicara dengan Park JaeHan

"Park JaeHan-ssi. Jeongseohamnida.( Park JaeHan, maafkan aku -dalam konteks formal-)"

RaIn menundukkan pandangannya melihat kearah sepatuketsnya. Mengucapkan kata-kata itu membuat dadanya bergemuruh. Tidak ada respon yang berarti dari lelaki yang terus mengayuh sepeda. Yang terdengar hanya deru napas yang tidak teratur.

"Aku benar-benar tidak bermaksud menyakiti siapapun." Suara RaIn berubah parau. "Aku berusaha untuk datang kepertandinganmu. Kenapa aku mengakhiri olimpiademu? Karena aku ingin melihat detik detik kemenanganmu. Aku yakin kau pasti menang. Aku-"

RaIn terisak. Entahlah, ia benar-benar tidak bisa menahan tangisnya. Ia benar-benar tidak suka bertengkar. JaeHan menghentikan laju sepedanya secara mendadak.

Forthcoming Season 1[COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang