PHAL (Part 3)

39 12 6
                                    



RaIn masih berkeliaran disekitar Yeouido. 4 jam terakhir ini, ia hanya menutup telinganya dengan headphone yang selalu ia bawa kemana-mana. Ia pergi ke KBS menemui kakaknya. Namun sayangnya, TaeJun sedang ada siaran dadakan dan tidak bisa diganggu. RaIn memutuskan untuk membeli permen kapas yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Setelah itu melangkahkan kainya menuju taman kecil dan duduk di kursi panjang.

Gadis itu melepaskan headphonenya. Dan membiarkan barang kesayangannya melingkar di lehernya. RaIn menatap lamat-lamat permen kapasnya. "Kenapa aku harus membeli ini?" rutuknya. Ia ingat. RaIn dan JaeHan pernah membelinya di daerah Myeongdeong.

Peduli setan! RaIn tetap memakan permen kapas itu. Suasana hatinya benar-benar buruk dan ia belum berniat pulang. Memikirkan hal-hal yang akan terjadi esok hari, rasanya RaIn benar-benar enggan masuk sekolah.

"RaIn onnie?"

Suara yang terdengar ragu-ragu itu memanggil namanya. RaIn mengadahkan kepalanya. Tepat dihadapannya. Seorang gadis berponi, berambut panjang dan berwarna hitam legam sedang berdiri menghalangi sinar matahari sore. RaIn mengerjap. Berusaha menstabilkan daya akomodasi matanya.

"Ah!" RaIn menjentikkan jarinya lalu berdiri tegap. "Park,,, SaeHan? Aku benarkan?" Gadis yang lebih muda satu tahun darinya itu mengangguk semangat. "Aku senang onnie masih mengingatku.Padahal, kita baru sekali bertemu." RaIn tersenyum. "Ini menjadi pertemuan kedua kita. Lagipula,,, aku baik dalam mengingat." katanya. "Omong-omong, onnie sedang apa disini?"

RaIn menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Aku baru saja menghadiri olimpiade matematika temanku. Dia menang dan aku sangat bangga. Tapi, aku belum ingin pulang jadi aku jalan-jalan saja." tuturnya. "Onnie, bagaimana kalau kau ikut aku ke tempat tinggalku? Tidak jauh dari sini. Aku pernah ke rumahmu sekali. Kau akan ikut kan? Sebentar saja. Aku janji tidak akan sampai malam. Sepertinya onnie juga masih takut bukan pulang malam, apalagi di daerah ini."

Rain yakin, TaeJun sudah berceritanya banyak tentangnya kepada SaeHan. RaIn menatap SaeHan yang masih menatapnya dengan tatapan memohon. "Baiklah, kita bisa berjalan kaki kan?" SaeHan mengangguk mantap. "Tentu saja."

RaIn berjalan beriringan dengan SaeHan. Menikmati udara asri Yeouido. Beruntung SaeHan menemukannya dengan keadaan terlantar. Paling tidak, dengan ikut SaeHan ke tempat tinggalnya, RaIn tidak merasa seperti tunawisma.

"Onnie"

"Hmm?"

"Tadi onnie bilang, temanmu menang. Namun, kenapa onnie disini dan tidak merayakan kemenangannya?"

"Ah itu... Aku melakukan kesalahan. Aku baru datang 15 menit sebelum olimpiade itu berakhir. Karena aku juga punya janji dengan temanku yang lain untuk menonton pertandingan bolanya. Aku sengaja mengakhirkan menonton olimpiade karena ku pikir aku bisa lebih lama menontonnya. Namun, ada sedikit kendala di jalan. Dan semua itu diluar ekspetasiku. Dan ketika aku ingin menjelaskan, lidahku kelu. Bodoh memang."

"Mungkin dia cemburu." kata SaeHan

"Apa kau bilang? Cemburu?" RaIn tidak habis pikir dengan pendapat SaeHan.

SaeHan mengangguk mantap. "Ia cemburu karena onnie lebih mementingkan pertandingan sepak bola daripada olimpiadenya." RaIn terkekeh. "Aku bahkan tidak yakin jika ia punya rasa cemburu. Ia begitu dingin dan jarang berekspresi. Jadi aku tidak yakin akan hal itu." SaeHan mengangguk. "Aku jadi penasaran bagaimana rupanya. Apakah dia tampan?"

RaIn tersenyum "Tampan. Sangat. Keduanya sama-sama tampan. Si kapten sepakbola dan si jenius pemenang olimpiade matematika." SaeHan membulatkan kedua matanya. "Wahh! Pelik." RaIn mengangkat satu alisnya.

Forthcoming Season 1[COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang