Masih di musim panas
Hari ini liburan musim panas dimulai, dan besok adalah ulang tahun JaeHan.
RaIn sibuk membujuk TaeJun yang sedang menonton televisi di ruang tengah.
"Ayolah oppa, ku mohon. Kita tidak pernah jalan berdua kau sibuk. Aku juga sibuk. Dan ini kesempatan bagus untuk berjalan jalan."RaIn terus menarik tangan TaeJun.
"Pergi saja dengan noona." kata TaeJun.
"RaIn tidak menyukaiku, makanya ia tidak mau pergi denganku." seru MiRan dari dapur.
"Aishh! Bukan seperti itu, tapi ada hal yang benar-benar penting yang harus aku bicarakan dengan oppa. Ayolah! Aku yang traktir."
Mendengar perkataan RaIn juwstru membuat TaeJun tertawa.
"Kau ingin mentraktirku? Kau hanya anak keodeonghakyo(SMA) yang masih mendapat uang dari eomma dan appa." RaIn berdecak.
"Baiklah, ayo kita pergi aku yang traktir."
"Jadi ini alasanmu?"
Rain tersenyum. "Aku tidak pernah membelikan seorang lelaki hadiah selain oppa dan DongHoon aku mungkin pernah memberikan SeungHoo hadiah, namun itu hanya cake ulang tahun." TaeJun melipat kedua tangannya.
"Kau ingin memberikan kepada siapa? DaNi?"
RaIn mengibaskan kedua tangannya
."Aniya,Park JaeHan.Besok ia berulang tahun dan kami diundang ke apartementnya"
TaeJun mengangguk
"Memangnya dia suka apa?" RaIn menggaruk tengkuknya.
"Orange juice, toko kaset, headphone dan warna hitam."
TaeJun berdecak, "kau ini kenapa payah sekali. Kau sudah hampir 3 bulan berteman dengannya. Kau hanya tau itu saja?"
RaIn menghela napas. "JaeHan itu pendiam sekali. Akhir-akhir ini dia sudah banyak bicara, itu saja kami sudah bersyukur."
"Kesan apa yang ingin kau tinggalkan kepada JaeHan saat ia menerima hadiahmu?"
RaIn tampak berpikir.
"Jangan lupakan aku."Mendengar jawaban itu, TaeJun tergelak.
"Kau menyukai JaeHan ya?"
RaIn mengibaskan kedua tangannya.
"Ani,,hanya saja aku merasa sudah dekat dan ayolah oppa,memangnya siapa didunia ini yang ingin dilupakan? Semua orang ingin terus diingat dengan baik apalagi oleh orang-orang terdekatnya."
TaeJun mengacak pelan puncak kepala RaIn.
"Oke, aku mengerti, mungkin kau tau cita-citanya dan kita bisa membelikan suatu barang yang mungkin mendukung cita-citanya."
RaIn menggigit bibirnya. "Komposer."
TaeJun menjentikkan jarinya. "Bagaimana kalau kita pergi ke toko alat music kita bisa membeli gitar, misalnya."
RaIn lagi-lagi berpikir."Aku tidak yakin dia bisa memainkan alat musik. Dia tidak pernah melakukan hal itu-"
TaeJun memutus perkataan RaIn. "Seorang komposer pasti pandai memainkan alat musik asal kau tau itu, Han RaIn. Dia mungkin tidak pernah melakukannya dihadapan kalian, bisa jadi di apartementnya ia memilki ruang khusus untuk melakukan kesukaannya."
Mendengar kata ruang khusus, RaIn ingat di apartement JaeHan ada sebuah ruangan tertutup yang entah ruangan apa itu. "Baiklah ayo kita pergi kesana."
Sesekali RaIn memandang gitar yang sudah terbungkus tas yang di sandarkan disamping kursinya. Saat ini, RaIn dan TaeJun berada di sebuah restoran makanan Jepang yang berada di Doota. Sebagai tanda terima kasihnya kepada TaeJun, RaIn mentraktirnya makan siang.Lagipula hal itu sudah dalam bentuk perjanjian mereka berdua sebelum TaeJun akhirnya bangkit dari rasa ingin bermalas-malasannya.
"Kau tampak senang sekali." kata TaeJun lalu memasukkan potongan sushi kemulutnya.Entah perkataan itu tulus, atau TaeJun hanya ingin meledeknya. Namun, RaIn tidak bisa berpura-pura menutupi perasaanny. Ia benar-benar senang. RaIn tersenyum.
"Mulon imnida (tentu saja) Gomawoyo Oppa"TaeJun mengacungkan jempolnya.
"Cheonmaneyo adik cantikku"
"Rain-ah!"
"Hmm?"
Taejun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Apakah kau sudah memberi tau JaeHan soal SaeHan?" RaIn menggeleng.
"Aku tidak tau harus berkata apa dan entahlah, aku terus memikirkannya tapi aku takut. "
TaeJun menaikkan alisnya. "Takut?"
RaIn mengangguk.
"Aku takut, SaeHan juga mencampakkan JaeHan seperti ibunya mencampakkan JaeHan. Aku benar benar tidak sanggup melihatnya."
TaeJun menarik napas dalam-dalam."Namun, kita harus tetap mempertemukan mereka. Bagaimanapun mereka keluarga," katanya.
"Tapi kita belum punya cukup bukti untuk itu kita bahkan tidak punya foto atau-Ah! Oppa! Aku punya ide."
Di tempat lain SaeHan sedang pergi ketoko yang menjual jam tangan
"Aku mencari jam yang cocok untuk pemuda berumur 20 tahun. Dia tipe orang yang menyenangkan dan ia suka warna hitam apakah kau bisa membantuku menentukan pilihan?"
SaeHan menghela napas. Besok bahkan ulang tahun seseorang yang sudah lama tidak ada didalam hidupnya. Ia selalu pergi membeli hadiah namun ia sendiri tidak tahu kapan ia bisa memberikan semua hadiah itu kepadanya. Dia dimana saja SaeHan bahkan tidak tau.
Molla mau ngomong apa..
Aku tak tau apa apa wkwkwApaan aih iniii
Ff makin ga jelas ajaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Forthcoming Season 1[COMPLETED]✔️
Romance[[Update setiap hari Sabtu ]] Kita tidak pernah tau, apa yang akan terjadi dalam hidup kita,apa yang akan menimpa kita di masa datang Kita tidak pernah tau, Siapa yang akan hadir di masa yang akan datang.Teman yang dulu bersama kita?atau orang yang...