Selama jam pelajaran berlangsung, Ara tidak bisa fokus pada Bu Indah yang sedang menerangkan pelajaran sejarah di depan sana. Pikirannya terpecah belah sejak Saga mengumumkan dirinya sebagai murid baru di SMA Merpati. Ara mencoba menerka-nerka alasan sebenarnya Saga pindah kemari, namun sayang ia tidak bisa menemukan jawabannya.
Caramelia yang melihat sahabatnya sejak tadi terbengong, reflek menyenggol lengan gadis tersebut berharap memecahkan lamunannya. "Lo kenapa sih? Saga lagi?" bisik Caramelia takut ketahuan oleh Bu Indah.
Ara menoleh ke samping dan langsung mendapati Caramelia yang sedang menatapnya secara terang-terangan. "Aku tuh bingung tau nggak, Mel. Kenapa sih dia harus pindah kesini segala? Aku tuh ngerasa semakin nggak nyaman kalo, Saga, ada disini."
"Mungkin dia punya alasan khusus buat pindah kemari, lagian juga ada faedahnya buat lu. Santai aja kali, ngapain sih dipikirin kayak gitu."
Ara hanya bisa menghela nafas, tidak tahu harus bertindak bagaimana lagi. Pikirannya sudah terlalu kacau sekarang, hanya gara-gara seorang Sagara Pijar Duanda.
***
Gavyn menatap tajam pada sosok yang tengah duduk dan memperhatikan pelajaran di depannya. Sedari tadi, Gavyn tidak bisa berkonsentrasi sejak Saga resmi menjadi murid baru di kelasnya. Pikirannya kalut, bayangan cowok itu dan Ara saat di mall dulu kembali terngiang di otaknya. Anehnya, ia merasa tidak suka dengan kedekatan mereka.
Apa Saga pindah kesini karena cewek itu? Kalo bener, dia bisa ngerusak semua rencana gue dong? Sial! batin Gavyn bermonolog sendiri.
"Anak-anak pelajaran kali ini cukup sampai disini dulu, selamat siang!" ujar Pak Tino mengakhiri jam mata pelajarannya yang dimulai sejak satu jam yang lalu.
Melihat Pak Tino sudah berlalu dari kelas, lantas Gavyn langsung berdiri dari posisinya dan ikut berjalan keluar kelas. Henry yang melihat hal itu pun juga ikut berlari keluar kelas mengikuti langkah besar Gavyn.
Sementara di tempat Saga duduk, cowok itu tengah tersenyum tipis di balik wajahnya yang tampan.
Suka nggak suka, gue bakalan tetep disini buat ngejagain, Ara!
***
Bukan Gavyn namanya jika tidak memiliki ide lain untuk mengerjai targetnya. Kali ini berbekal sebuah ember berisi air comberan yang ia dapat dari salah satu bilik kantin, Davin memasang ember itu di depan kelas Ara. Dengan sebuah tali yang diikat pada ember dan ujung tali lainnya terikat pada knop pintu, ia menggantung ember itu di atas pintu kelas XI IPS 1.
"Udah beres belom?" tanya Henry yang memegangi meja sebagai pijakan Davin untuk berdiri.
"Bentar, kurang dikit lagi," tak lama Davin menepuk-nepuk tangannya dan segera meloncat turun dari atas meja tersebut. "Sip, semua udah beres!" Davin mengacungkan satu jempolnya, pertanda tugas yang Gavyn berikan padanya telah ia laksanakan dengan baik.
Sementara Faiz hanya bisa memperhatikan tingkah ketiga sahabatnya itu dari depan kelasnya, XI IPS 3. Ia tidak tahu bagaimana semua sahabatnya bisa berbuat hal serendah itu hanya untuk mengerjai seorang gadis yang sama sekali tidak memiliki dosa kepada gengnya.
Henry menunduk melihat ke lantai satu, memastikan Ara sudah semakin dekat atau tidak. Lantas, setelah Henry berhasil menangkap bayangan gadis mungil itu, segera ia memberi isyarat pada Gavyn dan Davin untuk segera bersembunyi.
"Eh, dia dateng!" peringatnya.
Ketiga cowok itu seketika bersembunyi di balik pintu kelas XI IPS 2, dari balik celah kecil Gavyn mengawasi pergerakan Ara dari sana.
Sesuai dugaan Henry tadi, Ara datang sendiri ke kelasnya dengan sebuah novel dalam dekapannya. Senyum gadis itu sangat lebar, sampai tidak tahu bahwa ada bahaya yang sedang mengintainya dari jauh.
Gavyn langsung mulai berhitung mundur, ketika Ara sudah di depan pintu kelas dan tangan kanannya sudah bertengger di atas knop pintu.
"Lima ... empat ... tiga ... dua ... sa--"
Byur!
Ember berisi air comberan itu jatuh tepat menutupi di atas kepala Ara. Seragamnya yang semula kering, kini basah karena air comberan yang sudah mengguyur seluruh tubuhnya.
Menyadari jebakannya berhasil, ketiga cowok itu mulai keluar dari tempat persembunyiannya dengan tawa yang menggelegar.
"Hahaha ... mampus lo!" Gavyn tertawa puas melihat tubuh Ara yang basah kuyup. "Makanya kalo berangkat sekolah tuh mandi dulu, biar gue nggak perlu repot-repot buat mandiin lo!"
Ara menoleh ke arah si empunya suara. Matanya sudah berkaca-kaca sudah siap mengeluarkan cairan beningnya. Di atas penderitannya, ketiga cowok itu sedang tertawa bahagia.
"Ada apa ini?!" Saga tiba-tiba muncul dari dalam kelasnya dan segera menuju ke arah Gavyn, Davin, dan juga Henry yang menutupi jalannya menuju kelas XI IPS 1.
Kedua mata Saga langsung berkilat kemarahan, saat melihat seorang gadis dengan tubuh yang sudah basah sambil merunduk merapatkan pelukannya pada sebuah novel yang masih berada dalam dekapannya.
Bertepatan dengan itu, bel masuk pun berbunyi nyaring, mengundang siswa-siswi kembali ke dalam kelas mereka. Namun, karena ada sebuah kejadian tidak terduga, semua orang menghentikan langkahnya untuk masuk ke kelas dan lebih menikmati tontonan yang sedang terjadi antara cowok-cowok populer SMA Merpati.
Mereka sama tidak percayanya dengan Saga saat melihat Ara kembali menjadi bahan tertawaan Gavyn dan anggota gengnya.
Satu tarikan penuh langsung membawa tubuh basah Ara ke dalam dekapan Saga. "Jadi ini alasan kamu nangis semalam, karena kamu jadi bahan bully-an mereka?"
"Well, this is my game. See, your girl very happy right now," Gavyn mendekat ke arah dua anak manusia yang sedang berpelukan itu dengan senyum miringnya. "Apa lo juga mau ikut bergabung dalam permainan gue, cowok songong?!"
Saga melepaskan pelukannya pada Ara dan menarik tubuh gadis itu ke belakang tubuhnya yang kokoh. "Dasar cowok brengsek!"
Bugh!
Saga mengumpat seraya melayangkan sebuah pukulan pada pipi kiri Gavyn. Reflek, Gavyn terhuyung ke belakang mengikuti arah pukulan Saga yang menghantam keras pipinya.
Semua orang yang melihat kejadian itu memekik terkejut, satu tangan mereka berusaha menutupi mulutnya sebagai rasa keterkejutan mereka.
"Lo itu bener-bener cowok brengsek tau nggak! Mikir dong, dia itu cewek bukan boneka yang bisa lo mainin sesuka hati lo!" Saga bersiap kembali melayangkan pukulannya, namun segera ditahan oleh Ara.
"Udah, Saga. Aku nggak mau kalian berantem," Ara berusaha melerai keduanya meskipun air matanya tidak berhenti mengalir. "aku nggak papa. Ayo kita pulang,"
Davin dan Henry hanya bisa diam mematung saat mendengar ucapan Ara. Tidak ada umpatan amarah atau pun teriakan yang keluar dari mulut gadis itu, yang keluar justru kata-kata sederhana yang bijaksana. Gadis itu lebih memilih untuk mengalah daripada membuat suasana kali ini semakin semrawut. Dalam hati kecil mereka, ada perasaan menyesal saat melihat gadis itu berusaha menahan tangan Saga yang terkepal kuat dengan air mata yang masih setia keluar dari sudut matanya yang sudah memerah.
Gavyn memegangi pipinya yang menjadi korban amukan Saga, matanya tidak lepas dari wajah Ara yang terlihat sangat kacau.
"Kali ini lo bisa selamat dari pukulan gue. Tapi kalo lain kali gue liat lo nyakitin, Ara, lagi, gue pastiin lo bakalan keluar dari sekolah ini!" Ancam Saga sebelum membawa Ara pergi dari gerembolan siswa-siswi yang tengah menyaksikan mereka.
Gavyn hanya bisa terdiam melihat punggung keduanya semakin menjauh. Pukulan dari Saga benar-benar membuatnya sadar, bahwa kali ini ia sudah benar-benar kelewatan.
"Lo nggak papa, Vyn?" tanya Davin.
"Game over!" Jawab Gavyn seraya melangkah pergi menuju kelasnya.
Sementar dari jauh, seorang pemuda tengah meremas celana abu-abunya dengan kuat.
Kenapa gue ngerasain sakitnya kehilangan, padahal memilikinya pun gue belum pernah?
***
Hayo sapa tuhh yang lagi panas atinya😂 tebak ya tebakkk😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Want's
Teen Fiction"Siapa sih lo sebenernya?! Kenapa lo selalu lancang masuk ke dalam pikiran gue?!" -Gavyn Sakti Andromeda- *** [Sister Love Story book One] Cinta itu hanya hoax bagi Gavyn, si ketua geng G-force yang sangat terkenal di SMA Merpati. Semenjak kejadian...