"Kalo tau dia bolos sekolah demi nemuin kamu mah, mendingan dia sendiri aja yang ngasihin obatnya ke kamu, kenapa harus susah-susah nitipin ini ke aku?" Saga mendengus seraya menaruh kantong plastik yang pagi tadi diberikan oleh Gavyn.
"Ya suka-suka dia lah, kok kamu yang sewot!"
"Abis, aku kesel sama dia. Dia tuh udah jahat sama kamu, makanya aku nggak suka sama dia!"
"Tapi aku suka dia,"
"Ha?!" Pupil mata Saga membesar. "Aku nggak salah denger? Beneran kamu suka sama dia?"
Ara dengan polos mengangguk membenarkan ucapannya sendiri, "Dia itu lucu tau, Mama aja suka sama Gavyn. Tadi aja dia ngebantuin Mama beresin meja makan, bener-bener cowok yang baik." Paparnya dengan girang.
Saga tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Ara. Bagi Saga, gadis itu terlalu cepat menilai tentang Gavyn. Tidak mungkin cowok yang sangat terkenal se-SMA Merpati karena sifat bullyannya, bisa berubah dalam hitungan hari. Itu tidak mungkin.
"Aku peringatin ya, Ra, jangan terlalu percaya dulu sama dia. Mungkin dia baik sama kamu karena ada maunya kan. Kamu tuh nggak bisa nebak isi kepala orang lain, makanya kamu harus tetep hati-hati sama dia. Apalagi, Gavyn, itu pernah jadiin kamu sebagai targetnya, jadi aku yakin dia pasti punya rencana lain buat ngejebak kamu."
Ara merasa gondok sekali. Ia tidak suka Saga menilai orang seperti itu. Jika Gavyn berubah, bukankah itu adalah hal yang baik. Tapi kenapa hal itu justru menjadi masalah bagi orang lain, termasuk Saga? Ara semakin tidak mengerti jalan pikiran orang lain. Ia yakin betul, bahwa Gavyn itu sebenarnya baik. Hanya saja dia tidak tahu bagaimana cara untuk mengekspresikannya. Belum lagi luka-luka di masa lalu juga berpengaruh baginya. Ara yakin, Gavyn seperti ini karena cowok itu belum sembuh dari lukanya di masa lalu.
"Kamu nggak boleh jelek-jelekin, Gavyn, lagi. Mulai sekarang dia juga temen aku!" tegas Ara.
"Temen apaan? Ntar lama-lama malah jadi demen lagi, yakan?!"
Ara bersungut, tangannya bergerak melempar satu bantal tidurnya ke arah Saga hingga menghantam wajah cowok bertubuh tinggi itu. "Aduh, sadis banget sih!" protes Saga.
"Pergi sana, aku capek dengerin kamu ngoceh mulu!" usir Ara sambil telunjuknya mengarah ke pintu kamar yang dicat putih bersih itu.
Saga berdecih seraya berjalan keluar. Namun sebelum itu ia sempat berkata, "Tapi inget, di sekolah anak-anak yang lain taunya aku pacar kamu. Inget!"
"Pacar, mbahmu! Udah ah cepetan pergi!"
"Aku juga sayang kamu, Ara."
"Najis!"
Setelah perdebatan kecil itu, Ara memilih untuk segera bergelut dengan mimpi-mimpinya. Ia berharap, hari esok akan menjadi hari yang indah untuknya.
***
Gavyn senyum-senyum sendiri saat merebahkan tubuhnya membentuk bintang besar dan memandangi langit-langit kamarnya. Entah untuk alasan apa, tapi hari ini moodnya sangat baik sampai-sampai tidak ingin di kacaukan oleh kedatangan teman-temannya.
Gavyn berguling ke kanan, meraih ponselnya di atas nakas kemudian membuka aplikasi LINE yang sedari tadi berbunyi menampilkan beberapa pesan dari grupnya.
65 Messages from G-force group.
Dahi Gavyn berkerut, bingung sendiri memikirkan teman-temannya yang entah memperbincangkan apa hingga membuat LINE nya kebanjiran chat masuk.
Henry: BOSEENNNNN
Henry: Hayati butuh hiburannnnnnn
Faiz: Berisik!
Davin: Sorry, Hen, abang gue lagi pms. Biasa perawan baru :v
Henry: Ngakak. Faiz mah pms sama kagak masih tetep sadis -_-
Davin: Hooh. Gue aja nggak nyangka bisa kembaran sama manusia es kayak dia.
Faiz: Emang gue mau jadi kembaran lo? G!
Henry: Mampus lo, Vin!
Senyum Gavyn bertambah lebar ketika membaca chat grup gila ketiga sahabat baiknya itu. Bukan teman Gavyn namanya jika tidak heboh barang satu detik pun.
"Dasar gila!"
Gavyn merasa beruntung memiliki teman-teman seperti mereka. Meskipun sikap mereka yang selalu aneh-aneh, tetapi tetap saja Gavyn menyanyangi mereka. Setelah keterpurukannya karena Selina, dengan kelucuan mereka, Gavyn mampu bangkit meskipun lukanya tidak bisa sembuh begitu saja. Setidaknya, kehadiran mereka bertiga mampu membuat Gavyn sedikit tersenyum di balik lukanya yang masih menganga.
Tak niat untuk nimbrung bersama yang lain, Gavyn memutuskan untuk kembali menaruh ponselnya di atas nakas dan memilih untuk kembali pada posisi awalnya, yaitu merebahkan tubuhnya membentuk bintang besar.
Alasannya apa, Gavyn pun tidak tahu. Ia hanya sedang merasa senang. Matanya tak henti-henti menatap langit-langit kamarnya yang dicat dengan warna abu-abu, memberi kesan sedikit gelap pada kamarnya.
"Ara," gumam Gavyn. "Nama yang bagus."
Detik berikutnya Gavyn tiba-tiba bangkit kemudian mengacak-acak rambutnya dengan gemas. "Gue ngomong apa sih?! Kenapa juga gue kepikiran cewek aneh itu?"
Ia bergeleng, "Enggak-enggak, gue nggak boleh terlalu baik sama dia. Ntar dia kegeeran lagi,"
Gavyn berbicara sendiri seperti orang gila. Sebentar ia memuji Ara, sebentar lagi ia menghalau semua pikirannya tentang gadis itu. Ia bingung, kesal, dan juga senang. Bingung karena bayangan itu sedang memenuhi otaknya. Kesal karena hanya Ara yang berhasil mengetahui isi hatinya. Dan yang terakhir ia merasa senang, entah untuk alasan apa yang satu itu, Gavyn tidak tahu.
"Ra, lo bener-bener ngobolak-balik hidup gue!"
***
Seusai sarapan pagi, Ara segera mencium kilat pipi Nadin kemudian berlalu pergi ke halaman rumah, tepat menuju ke arah mobil Saga sedang terparkir tanpa menunggu Saga menyelesaikan sarapan paginya.
Pagi ini, Ara merasa sangat bersemangat setelah meminum obat pemberian Gavyn. Meskipun Ara tidak menyangka hal itu akan terjadi padanya, tetapi hatinya sudah berbunga-bunga sejak semalam.
"Tinggalin aja terus!" cibir Saga yang tiba-tiba sudah berdiri di samping mobilnya.
"Abis kamu lama, aku kan takut telat."
"Halah, biasanya situ juga yang bikin telat pakek nyalahin aku lagi," Saga membuka pintu mobilnya dan duduk di kursi kemudi. "udah cepetan naik, kata nggak mau telat."
"Dasar bawel!"
"Iya-iya, aku juga sayang kamu, Ara!"
"Tau ah!"
Dengan gondok, Ara langsung masuk ke dalam mobil dengan bibirnya yang sudah mengerucut. Saga terkikik geli, sebelum akhirnya menjalankan mobilnya meninggalkan perkarang rumah.
***
Bonus pic:
Gue tau, gue ganteng jadi berhenti liatin gue! Gue takut rumah sakit pada penuh gara-gara orang diabetes liatin gue.
Love
Gavyn Sakti Andromeda
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Want's
Teen Fiction"Siapa sih lo sebenernya?! Kenapa lo selalu lancang masuk ke dalam pikiran gue?!" -Gavyn Sakti Andromeda- *** [Sister Love Story book One] Cinta itu hanya hoax bagi Gavyn, si ketua geng G-force yang sangat terkenal di SMA Merpati. Semenjak kejadian...