11. TULIP

179 15 7
                                    

"Bener kamu nggak diapa-apain sama cowok brengsek itu?"

Ini sudah kesepuluh kali Ara mendengar Saga bertanya hal yang sama secara berulang-ulang hingga membuat telinganya terasa panas. Apalagi ia sangat kesal jika Saga memanggil Gavyn dengan sebutan 'cowok brengsek' entah mengapa Ara tidak suka mendengar hal itu.

Tangan Ara bergerak memukul lengan Saga. "Namanya, Gavyn, bukan cowok brengsek tau!" kemudian ia bersidekap dan membuang muka agar menghindari wajah Saga yang entah mengapa terlihat begitu mengesalkan pagi ini. "Udah deh, kamu tuh cepet berangkat sana. Anak baru juga, pakek mau acara telat-telatan segala, sana pergi!" Usir Ara.

"Liat aja nanti, aku bakalan pukulin, Gavyn, kalo ketemu di sekolah!" Saga mengeluarkan ancamannya bermaksud membuat Ara untuk jujur.

"Awas aja kalo kamu sampek berantem lagi, aku bakalan marah sama kamu!" Ara membasahi bibir bawahnya. "Lagian, Gavyn, itu nggak salah apa-apa kok. Aku yang ngeyel buat nolongin dia meskipun dia udah ngusir aku."

"Ya makanya nggak usah baik-baik sama dia. Udah tau jahat, tapi tetep aja ditolongin."

Beginilah nasib Ara setelah bercerita perihal kejadian semalam yang membuat badannya demam. Omelan demi omelan Ara telan mentah-mentah bak sarapan paginya. Saga tidak bisa berhenti mengoceh, meskipun gadis itu sudah menceritakan semuanya secara detail.

"Apaan sih kamu tuh?! Udah sana berangkat!" Ara mendengus.

"Awas aja kalo kamu nanti keluyuran lagi!"

"Bawel!"

"Suka-suka aku lah!"

"Saga---"

Ucapan Ara seketika terpotong saat Saga tiba-tiba mendekat ke arahnya dan mencium pipi kirinya dengan kilat kemudian berlari keluar dari kamar Ara.

Selalu kayak gini, dasar bongsor!

"SAGA!" teriak Ara keras. Ia selalu merasa kesal jika Saga suka mencium pipinya tanpa ijin. Meskipun bukan hal asing lagi bagi Ara, tapi tetap saja ia merasa kesal pada Saga.

Saga tertawa sebelum masuk ke dalam mobilnya. Ia tahu, pasti sekarang Ara sedang mencak-mencak dengan kedua pipinya yang menggelembung. Wajah dan telinganya juga akan memerah karena menahan marah. Ah, itu menggemaskan sekali. Mungkin, jika hari ini ia tidak bersekolah, Saga pastikan akan mencium pipi Ara sampai gadis itu merasa kapok.

Salah sendiri gemesin, jadi kena ciuman gue kan? Hahaha ...

***

"Fik, ini suratnya, Ara. Dia lagi sakit,"

Pagi itu Caramelia datang dengan membawa surat ijin Ara yang semalam Nadin titipkan padanya. Karena demamnya yang belum turun semalam, akhirnya Nadin memutuskan untuk tidak mengijinkan Ara masuk sekolah. Takut jika gadis itu akan pingsan di tengah pelajaran dan akan membuat pihak sekolah menjadi kerepotan. Nadin tidak ingin hal itu terjadi.

"Oh, oke," Fika segera menulis nama Ara dalam papan absen kelasnya.

"Makasih ya,"

"Ara, sakit?!"

Belum sempat Caramelia berbalik badan, namun sebuah suara bariton sudah mengejutkannya terlebih dahulu. Reflek, gadis itu mengurut dadanya seraya menghela nafas pelan.

"Eh, KW, bisa nggak sih pagi-pagi nggak teriak-teriak. Kalo gue jantungan, emang lo mau tanggung jawab?!" semprot Caramelia saat menoleh ke arah pemilik suara bariton itu. Siapa lagi jika bukan Orion si Ketua Kelas.

Caramelia memang memanggil Orion dengan sebutan 'KW'. Alasannya hanya satu, karena nama Orion itu susah. Dipanggil Yon kayak orang desa, dipanggil Ori kelihatan kayak barang mahal. Makanya dengan imajinasi liar Caramelia, gadis itu menciptakan sebutan baru dan mudah dihafal untuk Orion yaitu, KW.

Heart Want'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang