10. MOONLIGHT

157 15 5
                                    

Ara menuntun sepedanya memasuki garasi dengan badan yang menggigil. Bibir dan bahunya bergetar menahan suhu dingin setelah bermandikan air hujan.

"Ma," panggil Ara seraya memasuki rumahnya.

Nadin langsung mengabaikan acara televisi kesukaannya dan beralih pada sosok gadis mungil dengan tubuh yang sudah basah kuyup. "Astaga, kamu main hujan-hujanan? Kok pulang jadi kayak gini sih, Ra?" Nadin menghampiri Ara dan memeluk putrinya itu.

"Ara tadi bantuin temen, makanya, Ara main hujan-hujanan."

"Kamu itu lagi sakit lho, Ra. Kok masih bisa-bisanya mikirin orang lain?" Kemudian Nadin menggiring Ara menuju kamarnya. "Bersihin badan kamu, Mama, mau bikinin kamu teh anget." ujar Nadin.

Ara hanya mengangguk menuruti perintah Nadin untuk membersihkan tubuhnya dan mengganti bajunya dengan pakaian hangat.

***

"Assalamualaikum," ucap Saga dan juga Caramelia saat keduanya masuk ke dalam rumah Nadin.

"Waalaikumsalam," balas Nadin dari arah dapur sambil membawa nampan berisi secangkir teh hangat untuk Ara. "tumben pulang telat, abis jalan kemana?"

Saga melengos ke arah Caramelia yang cengar-cengir kuda memperlihatkan deretan gigi putihnya. "Kemana lagi sih, Ma, kalo nggak sama dia. Biasa, ngabisin uang jajannya, Saga."

Nadin tersenyum menggeleng melihat keduanya secara bergantian. "Yaudah, kalian cuci kaki sama tangan dulu, Mama, mau nganterin teh anget ini untuk, Ara."

"Lah, Ara, kenapa, Ma?"

"Lagi demam dia abis main hujan-hujanan,"

Saga mendengus sambil berkacak pinggang dan berkata, "Tuh anak, emang bandel banget. Disuruh istirahat, eh taunya malah main hujan-hujanan," lantas Saga langsung merebut nampan yang Nadin bawa, berniat menggantikan tugas Nadin untuk mengatarkan teh anget Ara.

"Eh, hati-hati, Ga. Panas itu,"

"Saga bakalan omelin tuh bocil!" serunya.

"Halah, lo mah lebih pantes jadi Mamanya, Ara, daripade Tante Nadin hahaha ..." komentar Caramelia merasa gemas dengan tingkah Saga yang selalu over.

Nadin ikut tertawa menanggapi ucapan Caramelia. "Hehehe ... iya ya, Mel. Lebih bawelan dia daripada Tante,"

Merasa kesal di ejek kedua perempuan itu, Saga reflek memanyunkan bibirnya dan segera berlalu menaiki tangga menuju kamar Ara.

"Dih ngambek, tungguin!" Caramelia yang menyadari kekesalan Saga segera berlari kecil menaiki tangga.

Kepala Caramelia langsung menyembul di balik daun pintu kamar Ara saat Saga berhasil masuk ke dalam sana. "Ara, lo masih ngerasa nggak enak badan?" tanya Caramelia seraya berjalan mendekat menuju ranjang besar milik Ara.

Ara tidak tidur, ia justru tengah melihat kartun favoritnya yang sedang tayang di salah satu stasiun televisi swasta. Apalagi jika bukan Frozen.

"Masih doyan juga nonton beginian," cibir Caramelia. "Udah gede tuh nonton yang lebih menantang dikit kek, Ra."

"Ara, sukanya kartun, soalnya lucu hehehe ..." gadis itu menjawab sambil menampilkan cengirannya.

"Dasar bocil!" Saga ikut mencibir. "Udah bocil, mana bandel lagi,"

"Ye...suka-suka aku dong, sewot amat!"

"Disuruh istirahat, eh taunya main hujan-hujanan di luar. Kalo udah sakit gini siapa yang repot? Aku juga kan?" Saga mulai berceloteh.

Ara dan Caramelia hanya diam mendengarkan omelan Saga. Mereka tahu betul karakter Saga yang cerewetnya melebih mak-mak kos garang macam Kak Ros.

Heart Want'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang