"Gavyn mabal?"
"Hooh,"
"Kok nggak ngajak-ngajak sih?!" Davin mendengus.
"Palingan juga ke rumahnya, Ara," ujar Faiz dengan santai sambil tetap memainkan ponselnya.
"Bang, kok lo bisa tau sih?"
Faiz mengendihkan bahu, sementara Davin mendengus kesal melihat saudara kembarnya yang tengah asik bermain mobile legend. "Asal nebak aja sih. Dimana lagi coba dia pergi tanpa kita-kita?"
Henry manggut-manggut menyetujui ucapan Faiz. "Iya juga sih. Tapi tetep aja dia mabal tanpa ngajak kita-kita!" Cowok berambut cepak itu memberenggut, sedikit kecewa karena Gavyn membolos pelajaran tanpa mengajaknya.
"Ya lu bego, mana ada ke rumah cewek ngajak-ngajak kita, dikira mau demo apa?" merasa gemas tangan Davin bergerak menonyor kepala Henry. "Pinter dikit kek,"
"Aduh, jangan siksa gue dong. Ntar otak berlian gue jadi lecet lagi," gerutu Henry sambil mengusap kepalanya yang menjadi korban kekerasan Davin.
"Bacot, ih!"
***
Butuh keberanian ekstra bagi Gavyn demi bisa kemari dan meminta maaf secara langsung kepada Ara. Setelah beberapa keputusan yang ia ambil--termasuk membolos pelajaran-- sudah Gavyn ambil untuk mengusir bayangan Ara yang terus menghantui benaknya. Dengan sedaya upaya ia mencoba melakukan apapun termasuk membelikan Ara sebuket bunga tulip saat akan pergi ke rumah gadis itu.
Namun, setelah sampai di rumah Ara, cowok bertubuh jakung itu gugup setengah mati saat Ara menyapanya dengan sangat ramah.
Gavyn merasa kikuk sekali saat Ara berusaha menggali kedekatan yang baru dengannya. Bahkan saking gugupnya, Gavyn sudah beberapa kali meremas tangannya sendiri untuk meminimalisir perasaan aneh dalam hatinya. Antara bingung dan gelisah, semua membelenggu menjadi satu dalam benak Gavyn.
Ini cewek kenapa bikin gue deg-degan mulu sih?!
"Emang rumah kamu sama minimarket kemaren itu deket ya? Kok kita bisa ketemu disana?" tanya gadis itu seraya membenarkan beberapa letak bunga tulip yang sekarang ia pindahkan pada vas bunga besar yang sudah diisi dengan sedikit air.
"E-enggak, cuman kebetulan doang gue mampir kesana,"
"Aku kira kita tetanggaan hehehe ..." Ara menampilkan sederet gigi putihnya yang rapi ke arah Gavyn. "Kan bagus kalo kamu bisa sering main kesini,"
Entah Ara itu kelewat polos atau apa, tapi perkataannya barusan benar-benar membuat Gavyn semakin gugup saja. Ia tidak bisa mengerti kemana arah pemikiran gadis itu pergi. Semua ia lontarkan begitu saja tanpa beban, sedangkan Gavyn sendiri tidak bisa mengerti maksud Ara yang terlalu ambigu itu.
"B-bagus kenapa?"
"Ya bagus dong, kan kamu nggak bakalan ngerasa kesepian lagi. Lagian, Mama aku suka banget kalo ada temen aku main kesini, jadi tambah rame deh."
Kesepian. Kalimat itu kembali mengingatkan Gavyn pada sosok Selina yang entah sekarang berada dimana. Tidak bersurat, tidak bersuara, dan juga tidak berkabar membuat Gavyn semakin membenci semua kenyataan yang ia alami sekarang ini.
Bagaimana ia dulu mencinta Selina dengan tulus, bagaimana ia selalu berusaha melindungi gadis itu setiap waktu, bagaimana keduanya saling berucap janji untuk saling mengisi perbedaan diantara mereka, dan juga bagaimana akhirnya Selina memilih pergi meninggalkan Gavyn dengan seribu luka di hatinya. Semua itu kembali berputar dalam otak Gavyn bak film pendek yang diputar secara cepat. Bayangan Selina tersenyum memenuhi otaknya hingga menimbulkan rasa nyeri di tempat yang berbeda. Hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Want's
Novela Juvenil"Siapa sih lo sebenernya?! Kenapa lo selalu lancang masuk ke dalam pikiran gue?!" -Gavyn Sakti Andromeda- *** [Sister Love Story book One] Cinta itu hanya hoax bagi Gavyn, si ketua geng G-force yang sangat terkenal di SMA Merpati. Semenjak kejadian...