Ara dan Caramelia menikmati bakso di salah bangku kantin yang masih tersisa. Meskipun kantin akan selalu terisi penuh oleh populasi-populasi manusia doyan makan, untungnya kedua gadis itu masih bisa mendapatkan kursi kosong. Jika saja tadi Caramelia telat semenit membawa Ara ke kantin, mungkin siang ini mereka benar-benar hanya akan memakan roti yang dijual di Kopsis sekolah mereka.
"Oh ya, semalem lu balik jam berapa? Kok gue nggak tau lu udah pulang," Caramelia mengunyah baksonya dan kembali menatap Ara. "Jarang-jarang lu kelayapan malem sama orang lain kecuali gue sama Saga."
"Uhuk!" Seketika Ara tersedak, terbatuk-batuk karena bakso yang sedang memenuhi mulutnya.
"Eh, nih minum-minum," spontan Caramelia langsung menyodorkan es teh dan menepuk-nepuk pelan punggung Ara. "Lo kenapa sih? Makan pelan-pelan deh."
"Astaga, kamu sih, Mel, bikin aku kaget aja!" protes Ara dengan bibir pink softnya yang sudah mengerucut.
"Lah, gue ngagetin kenapa? Perasaan gue nggak ngapa-ngapain lo deh,"
Ah, iya!
"Ya, k-kamu pokoknya udah ngagetin aku," jawab Ara gelagapan. Ia meringis mengingat ia belum cerita apa pun tentang tamu misterius semalam, apalagi soal kejadian yang membuatnya benar-benar tidak bisa tidur setibanya di rumah.
Semua itu, hanya gara-gara Gavyn.
Caramelia menyipitkan matanya, curiga. Tidak biasanya Ara salah tingkah jika sedang diajak berbincang. Air mukanya pun terlihat sangat cemas dan sesekali gadis itu mengubah-ubah posisi duduknya, pertanda ia sedang gusar dan tidak nyaman.
"Lo--"
"Selamat makan, Ara!"
Seorang cowok tiba-tiba datang dan menyela ucapan Caremelia. Tanpa permisi, sosok itu langsung mengambil posisi duduk tepat di hadapan Ara sambil mengulas senyum lebarnya.
"Ngapain lo ke sini?!" semprot Caramelia tidak terima.
"Apaan sih lo, sewot amat. Gue duduk disini aja, Ara nggak keberatan kok, ngapain lo yang repot?"
"Bener-bener ya lo, Vyn."
Ya, lagi-lagi ulah Gavyn.
Ara menoleh, lalu menatap Gavyn yang muncul di depannya dengan cengiran konyol. Ara menelan ludah, mencoba mengalihkan pandangannya pada semangkok bakso. Ia tidak bisa menatap cowok itu terlalu lama, atau ingatannya akan kembali pada kejadian tadi malam.
Namun, ingatannya memang sudah kembali. Sekarang pikiran Ara mulai dipenuhi oleh Gavyn, itulah alasan mengapa wajah Ara kian memerah meskipun Gavyn tidak melakukan hal apa pun di depannya.
"Lo demam?" punggung tangan Gavyn tiba-tiba menyentuh dahi Ara, mencoba mengecek suhu badan gadis itu. "Nggak panas, tapi kenapa wajah lo merah?"
Aduh mati aku! Kenapa aku jadi salah tingkah gini sih?!
Merasa gugup, Ara langsung menyingkirkan tangan Gavyn dari dahinya. "A-apaan sih?! E-enggak lagi sakit!"
"Lah, lo kenapa juga sekarang ngomongnya gagap gitu?" komentar Caramelia.
Semakin terpojok, Ara jadi semakin bingung. Ia tidak mungkin membuka perbincangan tentang kencan daruratnya semalam. Apalagi sekarang Gavyn tengah menatapnya tanpa memperdulikan bagaimana reaksi anak-anak yang lain.
Jelas saja ini akan menjadi gosip baru. Perihal Gavyn yang dikabarkan menjadikan Ara sebagai target incarannya sampai gadis itu keluar, kini malah berputar sebaliknya. Cowok yang terkenal suka membully itu sekarang benar-benar sudah tobat dan beralih mengikuti Ara kemana-mana, lebih banyak tersenyum dan jarang melakukan aksi bolos seperti kebiasaan sebelumnya.
Caramelia kembali menyipitkan matanya menatap Gavyn dan Ara penuh selidik. "Atau jangan-jangan, lo ya yang semalem ke rumah Ara?!" ucap Caremelia dengan satu tarikan nafas dan berhasil mencuri perhatian seisi kantin.
Damn!
Bisikan-bisikan mulai memenuhi kantin, dan jadilah Gavyn dan Ara pusat perhatian semua anak-anak yang masih memadati kantin sambil berbisik satu sama lain.
"Wah Gavyn naksir sama Ara!"
"Padahal Ara kan targetnya dia, parah!"
"Ara menang banyak dong, ih kesel cogan gue kena pesona polosnya si Ara!"
Begitulah gosip itu mulai menyebar dan membuat Ara semakin tidak nyaman berhadapan dengan Gavyn. Belum lagi dengan tatapan mengintimidasi Ara secara langsung untuk memberikan dia keterangan asli. Tanpa berhasil ia bantah sekali pun, lama-kelamaan kedekataan mereka memang akan terkuak dengan sendirinya. Tak ada penjelasan yang bisa Gavyn berikan kecuali meraih pergelangan Ara seperti sekarang.
"Ya, kenapa? Kalo gue suka sama Ara kenapa? Masalah buat kalian?!" tandas Gavyn tanpa basa-basi lagi.
Dengan pernyataan ini, Ara dan juga Caramelia sontak membelalakan matanya. Kaget sekaligus tidak percaya dengan kebenaran yang sudah Gavyn katakan di depan umum.
"Ra, lo jadian sama Gavyn?" tanya Caramelia, dalam batin gadis itu ia berharap bahwa yang ia dengar kali ini adalah salah. Tidak mungkin, cowok yang Caramelia anggap brengsek menjadi pacar sahabatnya sendiri.
Tidak, jika itu terjadi pasti hal yang terjadi berikutnya adalah sebuah bencana.
"E-enggak, Mel---"
"Iya, mulai detik ini, Ara resmi jadi pacar gue!" satu kalimat itu meluncur begitu saja dan membuat anak-anak lain langsung berteriak heboh.
"APA?!" teriak Caramelia secara reflek.
"Patah hati deh gue!"
"Ara menang banyak anjir!"
Tanpa babibu lagi, Gavyn langsung menarik tangan Ara untuk keluar dari kantin dan meninggalkan Caremelia yang masih tergugu di tempatnya.
***
"Vyn, lepasin aku!" ronta Ara ketika dirinya dan Gavyn sudah benar-benar jauh dari kantin.
"Kamu kenapa sih, Vyn, bilang yang enggak-enggak gitu ke mereka. Kalo mereka salah paham gimana?"
Gavyn berhenti secara tiba-tiba dan otomatis membuat Ara menabrak punggungnya yang lebar. "Aww!" pekiknya.
"Gue suka sama lo," ucap Gavyn yang kini mulai menatap kedua bola mata Ara dan menyelemaninya dengan dalam.
"Jangan bercanda deh, Vyn. Nggak lucu!"
Gavyn meraih kedua tangan Ara dan menggenggamnya dengan erat lalu berkata, "Ra, gue nggak lagi bercanda. Gue serius waktu gue bilang suka sama lo. Gue akuin gue nggak bisa ngelepas bayangan lo gitu aja dari otak gue. Seberat apa pun beban yang gue tanggung saat ini, gue cuman punya satu tujuan. Yaitu, elo, Ra."
Ara tergugu di tempatnya, hanya bisa diam mendengar seluruh ucapan Gavyn yang entah mengapa terasa tidak nyata untuknya.
"Ra, lo bener-benar udah ngerubah gue. Gue berhenti ngelakuin hal-hal jelek itu hanya karena lo yang udah nasehatin gue. Emang wajar kalo lo masih belum bisa percaya sepenuhnya sama gue, mana mungkin berandalan kayak gue bisa tobat hanya dalam hitungan
hari? Gue rasa kalo gue jadi lo, mungkin gue juga bakalan berfikiran yang sama," Gavyn memberi jeda sebentar. "Tapi, kalo lo minta gue buat tetap ada dalam kehidupan lo, gue janji bakalan lindungin lo dengan cara gue sendiri.""Vyn..."
"I know, i'm not romantic but i can't lie about my beating heart when you smile for me. Seriously, maybe i love you, Ara."
Dan detik itu juga, jantung Ara mulai berdetak lebih kencang. Lututnya seketika terasa lemas, dan juga ia mulai merasakan jutaan kupu-kupu sedang berterbangan dalam perutnya.
Matanya mulai berkaca-kaca, "Gavyn..."
Gavyn menghembuskan nafas panjang sebelum ia melontarkan kata-kata yang akan membuat Ara semakin tidak percaya dengan hari ini. "Ra, will you be my princess?"
***
Author note:
Nah loh, ditembak udahan😂😂
Diterima nggak ya? Hahaha tebak dong tebak😂
Okey, kalau tahu jawabannya comment yak, see you next chapter😍😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Want's
Teen Fiction"Siapa sih lo sebenernya?! Kenapa lo selalu lancang masuk ke dalam pikiran gue?!" -Gavyn Sakti Andromeda- *** [Sister Love Story book One] Cinta itu hanya hoax bagi Gavyn, si ketua geng G-force yang sangat terkenal di SMA Merpati. Semenjak kejadian...