"Siapa sih lo sebenernya?! Kenapa lo selalu lancang masuk ke dalam pikiran gue?!" -Gavyn Sakti Andromeda-
***
[Sister Love Story book One]
Cinta itu hanya hoax bagi Gavyn, si ketua geng G-force yang sangat terkenal di SMA Merpati. Semenjak kejadian...
"Wah, cantik banget!" Ara bertepuk tangan heboh setibanya di tempat yang lebih tinggi dari pelataran warung tadi.
Mata gadis itu berbinar saat melihat jutaan bintang yang sedang memamerkan keindahannya di langit berwarna gelap itu. Bagai sihir yang sedang ia nikmati, Ara tersenyum lebar seraya mengadahkan kepalanya menatap gemerlap bintang-bintang itu.
"Cantik kan?" tanya Gavyn setelah puas melihat ekspresi Ara yang begitu tercengang.
"Iya," jawab Ara pendek, lalu merentangkan kedua tangannya sebentar.
Mulut Gavyn separuh terbuka, tetapi Ara masih asyik dengan kegiatannya. Bagaimana bisa, cuaca sedingin ini tidak membuatnya kedinginan? Gavyn rasa, Ara tidak menyadari bahwa tubuhnya hanya terbalut kaos tipis. Gadis itu terlalu menikmati keindahan sampai lupa sendiri dengan keadaannya sekarang.
"Ra," lirih Gavyn.
Mendengar panggilan itu, Ara langsung menoleh mengarah ke Gavyn. "Apa?"
"Lo nggak kedinginan cuman pakek kaos gituan aja?" Jemari Gavyn bergerak ke atas lalu turun ke bawah, memastikan ada yang salah dari pakaian gadis itu. "Ini bukit, Ra, lo nggak ngerasa kedinginan gitu?"
Yang dikhawatirkan pun malah menggeleng kuat, ia merasa tubuhnya baik-baik saja. Atau mungkin, Ara memang asli keturunan manusia es yang tidak bisa merasakan kedinginan?
"Nggak kok," jawab Ara ceria sambil mengacungkan jempolnya dengan cengiran konyol, menandakan bahwa dia baik-baik saja. "Keren banget!"
"Ish, dasar cewek aneh!" Gavyn berdecak seraya melepaskan sweater hitamnya dan meninggalkan kaos putih di tubuhnya.
"Kenapa dilepas, disini kan dingin?"
Lagi-lagi, Gavyn menghela nafas panjang. Harusnya ia tahu bahwa gadis ini begitu ceroboh dan sangat lemot. Lihat saja bagaimana sekarang ia mengkhawatirkan Gavyn, sedangkan tubuhnya sendiri hanya terbalut kaos tipis. Selemot itukah Ara?
"Nih pakek," Gavyn memberikan sweater itu pada Ara. "Ntar kalo lo sakit siapa yang susah? Gue juga kan? Udah cepet pakek!"
"Tapi kan..."
"Apa? Takut gue kedinginan? Plis deh, Ra, lo juga bakalan mati kedinginan kalo lo tetap khawatirin gue. Jadi sekarang cepet lo pakek sweater ini, sebelum gue bener-bener marah sama lo!"
Melihat Gavyn melotot seperti itu membuat nyalinya surut. Jadi mau tidak mau ia harus menerima sweater itu dan mengenakannya pada tubuhnya yang mungil.
"Nah gitu dong,"
"Tapi kan, kamu juga bakalan kedinginan kalo kayak gini."
"Berisik," tiba-tiba Gavyn menarik tubuh Ara untuk mendekat padanya dengan satu tangannya merengkuh punggung Ara dari belakang. "See, gue nggak bakalan kedinginan karena lo disini. Udah mending kita nikmatin suasananya aja, jarang-jarang kan lo liat bintang kayak gini apalagi bareng cogan kek gue gini,"
"Percaya diri banget, cih," Ara mendengus.
"Emang,"
Setelah itu keduanya memilih melempar pandangan ke depan, meliar jauh menikmati semua keindahan pencipta semesta ini. Ara tidak henti-hentinya mengulas senyum, seperti merasa puas sekali karena telah diperbolehkan melihat berjuta bintang malam ini. Mungkin memang awalnya ia merasa kesal karena sikap Gavyn yang seenak jidatnya, tetapi jika Ara tahu bahwa Gavyn akan membawanya ke tempat yang indah seperti ini, ia pasti akan langsung mensetujui ajakannya dengan semangat empat lima.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ara benar-benar terpesona.
"Gavyn,"
"Hem,"
"Kalo kamu jadi rasi bintang, kamu pilih jadi bintang apa?" tanya Ara seraya memutar kepalanya melihat wajah Gavyn yang begitu dekat dengannya.
Mendengar pertanyaan itu, Gavyn sedikit kebingungan dan balik menoleh menatap wajah Ara. "Maksud lo?"
"Maksud aku, rasi bintang kan ada banyak. Nah kamu pilih jadi rasi bintang yang mana?"
"Oh..." Gavyn manggut-manggut sebentar sebelum melanjutkan ucapannya. "Gue pengen jadi pemanah,"
Ara mengernyit, "Pemanah? Kenapa?"
Entah, sihir apa yang sudah Ara berikan untuknya. Tapi Gavyn akui, belakangan ini ia lebih banyak tersenyum, apalagi jika bersama Ara. Ada saja tingkah gadis itu yang bisa membuatnya merasa senang. Seperti saat ini, pertanyaan aneh yang Ara ajukan juga berhasil menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan sempurna.
"Karena pemanah selalu menunjukan arah yang tepat. Ketika semua orang tersesat, ketika semua orang mulai kehilangan arah, pemanah selalu menjadi penunjuk arah yang tepat. Meskipun kehadirannya jarang terlihat, tetapi bagi siapa saja yang ingin tahu jalan darinya, seseorang pasti akan menuju ke arah pemanah itu. Dan asal lo tau?"
"Apa?"
"Pemanah selalu mengarah pada matahari terbit, menyambut sinarnya yang selalu menyebabkan semua senyuman kembali ada." kata Gavyn dengan senyuman yang masih setia ia sunggingkan.
Ara tercengang, tidak percaya bahwa Gavyn akan berkata bijak seperti itu. Apakah Ara tidak salah dengar? Gavyn? Tahu soal rasi bintang?
Itu perlu dipertanyakan.
"Wah... ternyata kamu bisa waras juga ya,"
"Dikata gue ini orang gila apa,"
"Mirip orang gila juga sih," sanggah Ara sambil nyengir memamerkan deretan gigi putihnya.
Dan hal itu, membuat Gavyn tidak kuasa untuk tidak mencubit pipi gadis itu kuat-kuat. Akibat sifatnya yang begitu menggemaskan, Ara baru saja mendapatkan dua cubitan sekaligus pada pipinya.
"Resek ya lo sekarang,"
Ara memekik, memukul-pukul tangan Gavyn yang sedang menyiksa kedua pipi bakpounya. "Sakit, Vyn!"
"Siapa suruh jadi cewek kok gemesin amat,"
"Tapi ini beneran sakit tau! Lepasin nggak?!" ancam Ara dan saat itu juga Gavyn langsung menghentikan aksinya. "Aww... sakit nih pipi aku,"
"Sakit?" tanya Gavyn seraya memajukan wajahnya, mendekat pada wajah Ara.
Kaget dengan jaraknya yang begitu dekat, Ara hanya bisa manggut-manggut kaku. Nafasnya terasa tercekat detik itu juga. Gugup.
Cup!
Sesuatu yang lembut menempel pada salah satu pipinya yang kini sudah semerah buah tomat. Matanya membelalak, nafasnya semakin tercekat, serta kakinya jadi terasa lemas begitu saja. Mungkin jika diibaratkan benda, mungkin Ara sekarang lebih mirip seperti es krim strawberry kesukaannya yang baru saja menjatuhkan lelehannya ke tanah. Apa barusan Gavyn berhasil mencium pipinya?
"Ra," panggil Gavyn. "Back to earth!"
"Ha?" gadis itu tergagap, kemudian mengambil sedikit jarak antara dirinya dan juga Gavyn yang terlihat santai saja dengan tingkahnya barusan.
Andai Gavyn tahu, kini jantung Ara jadi berdebar tak menentu. Rasa-rasanya organ dalamnya itu seperti akan meloncat dari sarangnya saja. Ini pertama kalinya bagi Ara mendapat ciuman mendadak seperti itu selain dari Saga, dan itu sukses membuatnya semua otot-otot kakinya langsung lemas.
"Anggap aja, ciuman itu tanda kencan kita yang pertama."
"APA? KENCAN?!"
Dan detik itu juga, Ara baru tahu bahwa dirinya telah masuk ke dalam pesona alami Gavyn Sakti Andromeda.
***
Author note: Ara dicium sama Gavyn? Seneng nggak ya dicium cogan wkwkwk😂😂