Baru saja Saga ingin masuk ke dalam kelasnya, namun tiba-tiba seorang gadis datang dan langsung menarik tangan Saga menjauh dari pintu kelasnya.
Saga menatap Caramelia dengan satu alis yang terangkat, "Kenapa sih?"
"Ara, mana? Kok dia nggak berangkat bareng lo?"
"Emang lo mau liat, Ara, disiksa lagi?" Saga memutar bola matanya dengan malas. "lo mah tiap hari yang ditanyain cuman, Ara, mulu. Lah gue kapan?" ujarnya dengan bibir yang sudah manyun.
Melihat tingkah Saga yang seperti anak kecil itu, sontak mengundang gelak tawa Caramelia. Gadis itu tertawa hingga membuat beberapa pasang mata menatapnya kebingungan, takut-takut ada yang salah dengan Caramelia.
"Hahaha ... lo tuh ya emang nggak pernah berubah," tangan Caramelia bergerak mencubit kedua pipi Saga dengan gemas. "masih aja cemburuan, ih gemes deh!"
"Aww! Sakit tau!" pekiknya seraya berusaha melepaskan tangan Caramelia dari kedua pipinya. Namun, sia-sia saja. Gadis itu justru semakin mencubiti pipi Saga habis-habisan. "Lepasin!"
"Traktir gue es krim dulu dong, baru gue lepasin, gimana?"
Tidak ada cara lain untuk membuat Caramelia berhenti mencubit pipinya, selain membuat keputusan untuk melihat dompetnya akan dikuras oleh Caramelia. Gadis tomboy itu selalu saja bisa membuat rencana menghabiskan uang bulannya.
"Iya-iya, udah lepasin ih!"
Caramelia tersenyum penuh kemenangan sebelum akhirnya melepaskan cubitannya pada kedua pipi Saga. "Nah, gitu dong! Pulang sekolah nanti pokoknya gue tunggu di parkiran, dah!"
"Dasar king kong!" umpat Saga seraya langsung masuk ke dalam kelasnya sebelum Caramelia akan menghujani dengan puluhan cubitan lagi di pipinya.
"Untung ganteng, kalo enggak, mungkin gue udah robek tuh bibirnya!" Gerutu Caramelia sambil berjalan menuju kelasnya.
***
"Ma, Ara, keluar bentar ya!" seru gadis dengan sweater pink kebesaran itu saat mengeluarkan sepedanya dari garasi.
"Kemana? Mau hujan lho, Ra," Nadin muncul dari balik pintu dapur yang menghubungkannya dengan pintu garasi. "Kamu juga lagi nggak enak badan, kok malah mau keluar?"
"Cuman mau ke minimarket depan komplek aja kok, Ma. Ara, mau beli es krim hehehe ..." Ara menampilkan senyum tiga jarinya ke arah Nadin.
"Tau sakit, tapi masih doyan aja makan es krim, dasar!" Nadin menggeleng sebentar. "Yaudah sana cepetan beli. Inget, harus pulang cepet!" peringat wanita paruh baya itu dengan mata yang sedikit melotot.
"Siap, Ma! Ara pergi dulu, dah!"
Lantas setelah mendapat ijin dari Nadin, Ara segera menaiki sepedanya keluar dari perkarangan rumah dan melesat menuju minimarket langganannya membeli es krim dadakan.
Satu hal yang disukai Ara, yaitu es krim. Gadis mungil itu suka semua makanan yang beraroma manis, mulai dari permen, gula-gula, es krim, dan masih banyak lagi. Semuanya Ara suka.
Tak lama, Ara telah sampai di sebuah minimarket yang lumayan sepi pengunjung. Ia memarkirkan sepedanya di samping mobil hitam dan langsung melenggang masuk mencari sesuatu yang sejak tadi mencari incarannya. Apalagi, kalau bukan es krim strawberry kesukaannya.
"Nah, ini dia!" seru Ara saat sepasang mata gadis itu telah menemukan apa yang ia cari, tanpa memikirkan bagaimana kondisinya yang sedang tidak fit, Ara langsung mengambil lima es krim strawberry sekaligus. "buat stok di rumah!" ujarnya dengan girang.
Mungkin, jika Saga tahu bahwa Ara membeli es krim sebanyak ini, cowok itu pasti sudah menghujani Ara dengan berbagai omelan sok bijaknya. Belum lagi, ceramah panjang lebar yang membuat telinga Ara terasa panas. Saga selalu seperti itu, Ara bilang cerewetnya Saga melebihi dari Nadin yang terkenal dengan khotbahnya yang sangat panjang jika sudah mengomeli Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Want's
Teen Fiction"Siapa sih lo sebenernya?! Kenapa lo selalu lancang masuk ke dalam pikiran gue?!" -Gavyn Sakti Andromeda- *** [Sister Love Story book One] Cinta itu hanya hoax bagi Gavyn, si ketua geng G-force yang sangat terkenal di SMA Merpati. Semenjak kejadian...