1. RED

338 20 14
                                    

"Kenapa lo kirim surat-surat sampah ginian ke gue?! Lo pikir, dengan tampang lo yang kayak gitu pantes buat bersanding sama gue?" Gavyn tersenyum miring. "Ngaca dong! Lo itu nggak pantes!"

Gadis berkacamata tebal itu hanya merunduk, tangannya meremas dengan kuat ujung rok abu-abu yang sudah basah karena tersiram oleh jus jambu yang dibeli oleh Gavyn. Sementara matanya tak henti mengeluarkan air mata setiap mendengarkan semua hinaan Gavyn kepada dirinya yang teramat menyayat hatinya sedari tadi.

"Semua orang emang bebas jatuh cinta sama siapa aja, tapi lo juga harus nyadar diri, lo itu siapa!" Gavyn mengangkat dagu gadis itu dengan kasar sampai kedua mata mereka bertemu. "Sekali lagi gue nemuin surat sampah ini di laci gue, liat aja lo bakalan bener-bener keluar dari sekolah ini, ngerti lo?!"

"I-iya," jawab gadis itu disela isak tangisnya dengan tergagap.

Kemudian tanpa banyak bicara lagi, Gavyn mendorong tubuh gadis itu sampai terjembab ke lantai dan meninggalkan korban bullyannya menjadi tontonan satu kelas.

"Gila, tuh cewek nggak ngotak banget!"

"Kurang kaca kali tuh!"

"Yang cantik aja nggak pernah dilirik sama, Gavyn, apalagi tampang cupu kayak dia?"

"Bener-bener gila si, Laras!"

Begitulah beberapa cemoohan yang diterima oleh Laras, gadis berkepang dua yang ternyata diam-diam juga menyukai Gavyn. Kali ini identitasnya sudah terbongkar dan juga perasaan yang ia pendam selama ini. Semuanya harus berakhir tragis, begitu pula dengan hatinya yang sudah hancur berkeping-keping.

"Gimana? Udah selesai urusan lo?" Davin menepuk pundak Gavyn saat cowok itu berhasil keluar dari kelasnya.

"Tau ah, mood gue jadi ancur pagi ini gara-gara tuh cupu,"

Henry ikut menimpali, "Halah, kayak baru pertama kali aja lo ngadepin hal ginian. Santai aja kali, lagian lo juga udah ngasih pelajaran ke dia,"

"Namanya aja cinta itu buta, pasti bisa ngelupain segalanya," tambah Faiz yang sedari tadi hanya diam menyaksikan kejadian itu dari jauh. Bukannya apa, salah satu sudut hatinya sedikit tidak tega setiap melihat Gavyn mengerjai korban-korbannya. Ingin menasehati Gavyn, tapi rasanya percuma saja karena sahabatnya yang satu itu terkenal keras kepala sekali.

Maka dari itu, selama ini Faiz hanya diam dan memperhatikannya dari jauh.

"Sang Tetua mulai lagi nih ceramahnya," cibir Davin yang tak lain adalah adik sekaligus kembaran Faiz. Mereka lahir hanya selisih delapan menit saja, namun sifat mereka benar-benar berbeda. Davin lebih suka bermain-main, tetapi tidak dengan Faiz yang lebih dominan dengan sifatnya yang dewasa.

"Wah adek kurang aja lo!" Henry memukul lengan Davin ringan. "Abang lo itu!"

Sementara itu, Faiz hanya menghela nafas panjang melihat tingkah kembarannya yang memang sedikit menggila darinya.

Mendengar celotehan teman-temannya membuat Gavyn tambah pusing saja. Lantas, tanpa permisi ia berjalan lebih dulu meninggalkan anggota gengnya yang sedari tadi menunggunya di depan kelas.

Menyadari hal itu, Davin dan Henry reflek berteriak dan mengejar langkah Gavyn, sementara Faiz hanya berjalan dengan langkah santainya.

"Woi, tungguin!" seru Davin dan Henry bersamaan. Namun yang dipanggil terus berlalu dengan wajah yang sudah kusut seperti kertas lusuh.

***

"Mel, kamu pulang duluan aja nggak papa. Aku mau pinjem novel baru lagi ke perpus hehehe ..." gadis berambut coklat sebahu itu menampilkan cengirannya. Matanya menyipit membuat wajahnya semakin terlihat imut.

Heart Want'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang