26. DESTINY(?)

95 8 0
                                    

"Kita mau kemana sih?! Kamu sengaja ya ngajakin aku bolos sekolah?" protes Ara.

"Udahlah pegangan aja, bentar lagi juga bakalan nyampek,"

"Nyebelin!"

Gadis itu sebenarnya merasa sedikit kesal karena sikap Orion yang tiba-tiba mengajaknya keluar di jam pelajaran sekolah. Tak cukup sampai di situ, bahkan yang membuat Ara merasa semakin gondok adalah Orion yang berbohong tentang dirinya yang sedang sakit kepada pak satpam sekolah demi melancarkan aksi membolosnya hari ini.

Bagaimana Ara tidak merasa kesal?

Namun, Ara berfikir ada sisi positifnya juga membolos bersama Orion. Ia jadi tidak harus mengikuti beberapa mata pelajaran, mengingat hari ini moodnya benar-benar dalam keadaan yang buruk. Ya meskipun Orion sudah bersikap seenak hati padanya, Ara tetap berterima kasih pada Orion yang telah menyelamatkannya dari rasa gelisah yang menyelimutinya. Setidaknya ada hal lain yang bisa Ara lakukan jika ia bersama dengan Orion hari ini.

Maka dari itu, Ara tidak lagi protes sepanjang jalan Orion membawanya pergi. Tidak ada yang Ara inginkan selain pergi dari sekolah yang bisa membuatnya terus mengingat sosok Gavyn.

Makasih, Orion!

Gadis itu kemudian menyandarkan kepalanya pada punggung lebar Orion. Ia benar-benar ingin lupa, ia benar-benar ingin melupakan semua kegelisahan hatinya.

Semua tentang Gavyn membuatnya merasa frustasi. Di sini ia memikirkan berbagai solusi untuk menjelaskannya pada Gavyn, namun apa gunanya usahanya itu jika sosok yang ingin ia temui selami ini memilih untuk menghilang.

Mengabaikan semua rasa

Mengabaikan semua kenangan

Mengabaikan semua alasan juga perasaan yang telah ia tinggalkan.

Ara hanya ingin Gavyn tau bagaimana perasaannya. Bukan menghilang seperti ini saat hatinya juga membutuhkan sebuah alasan untuk memperkuat perasaannya.

Jika ia bisa, Ara juga ingin berlari menemui Gavyn. Berlari padanya, lalu bertanya tentang apa arti dirinya bagi Gavyn. Ara ingin mendengarkan secara langsung, tentang apa yang telah membuat Gavyn mengungkapkan isi hatinya. Tentang apa yang telah ia lakukan, tentang semua kepastian yang sekarang Gavyn gantungkan.

Namun, bagaimana ia bisa berlari jika tujuan yang ia tuju tiba-tiba menghilang?

Semua kehangatan yang ia rasakan tiba-tiba lenyap begitu saja. Hilang, tenggelam dengan rasa penasaran yang terus menghatuinya.

Orion melirik sebentar dari kaca spionnya. Gadis itu tidak lagi mengoceh. Ia terdiam dalam punggungnya.

Tuh anak ketiduran kali ya? Perasaan jadi anteng amat?

Tapi, baguslah jika Ara akhirnya memilih untuk menurut. Jadi, Orion bisa membawa gadis itu kemana yang ia mau tanpa harus mendengar deretan pertanyaan yang bisa membuatnya bisa hilang kendali.

Ara itu menggemaskan. Baik saat dia marah, atau pun cerewet seperti biasanya. Entah sejak kapan pula, Orion jadi ketagihan melihat senyum lebar Ara. Intinya, semua tentang Ara bisa membuat jantungnya jadi berdebar tak menentu.

Jika ia bisa mengutarakan isinya, cowok itu, Orion, benar-benar mengingankan senyum dan juga gadis itu hanya untuknya.

Jika ia bisa

Jika ia lebih berani

Jika ia pandai berkata

Orion ingin gadis itu melihatnya sekali lagi. Sebagi lelaki, bukan teman sekelasnya.

Heart Want'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang