32 : Tangis

84 12 0
                                    


Kini aku, Duta, dan Cara berada di kamar Gara. Gara sedang mengambil kudapan untuk menemani kami menonton film.

Gara datang dan langsung memulai film-nya. Kini kami tengkurap di karpet dekat kasur Gara. Gara berada di sudut paling kiri, Cara dan aku di tengah, dan Duta di sisi kanan.

Kami tertawa saat adegan yang sangat-sangat lucu kelewat kocak, bahkan lebih kocak dari wajah Gara saat nahan boker.

Cara menyodorkan kudapan yang tadi Gara bawa. Aku mengemilnya bersama Cara. Di saat adegan lucu muncul lagi, Cara tak bisa menahan tawanya. Alhasil ia tersedak dan batuk-batuk.

Gara segera mengambil air minum, karena ia yang paling dekat dengan tempat minum. Cara meminumnya sedangkan Gara menepuk-nepuk punggung Cara.

Setelah selesai dengan adegan tersedak, Cara hanya cengengesan tanpa dosa, dan kita melanjutkan kegiatan menonton.

Cara dan Gara tertawa senang sembari menatap satu sama lain, layaknya orang pacaran. Hmm.

Kulihat Duta yang sibuk tertawa sendiri. Aku melanjutkan acara menontonnya dengan sebal.

Air mataku mulai turun di saat adegan si bapak-bapak bersembunyi di bawah meja ketika si ibu-ibu mencak-mencak tak jelas karena si bapak salah pakai baju

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Air mataku mulai turun di saat adegan si bapak-bapak bersembunyi di bawah meja ketika si ibu-ibu mencak-mencak tak jelas karena si bapak salah pakai baju.

Aku tak bisa membendung tangisku ketika yang lain tertawa keras. Gara lah orang pertama yang mengetahui aku terisak.

"Lo kenapa, Ra?" tanyanya.

Aku menggeleng dan menangis agak keras. Gara menghentikan film-nya. Kini kita terduduk dan semua pasang mata tertuju padaku.

Aku tetap menangis meskipun mereka menghiburku dengan bingung.

Duta merengkuhku ke dalam pelukannya dan mengusap rambutku pelan. Tangisku malah semakin menjadi, aku mendorong dada Duta dan menghindar dari pelukannya. Namun, Duta tak menyerah dan berusaha merengkuhku lagi. Aku tak bisa berkutik dan menangis dalam pelukan Duta.

Gara berdecak. "Lo kenapa sih? Padahal itu adegan kocak, tapi lo malah nangis. Gak jelas, aneh!"

Cara menenangkan Gara. Di saat aku menangis, Gara malah memarahiku seperti itu? Uh, dia sudah berubah.

Aku memang aneh! Disaat yang lain tertawa aku menangis.

Mereka tak tahu rasa kesakitanku di balik aksi ketawaku tadi.

[]

Paper Hearts Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang