49 : Ikan

71 12 0
                                    

Dua hari lagi hari kelulusan angkatanku. Hubunganku dengan Gara masih di ambang.

Namun, aku dan Duta berkembang pesat dalam kurun waktu sebulan, mungkin. Pokoknya pada saat waktu bebas sekolah sesudah UN.

Mungkin aku sudah bisa sedikit demi sedikit melupakan rasaku pada Gara. Mengganti Gara dengan Duta sebagai lelaki yang kusayang.

Duta merangkulku, berjalan menuju kawasan pasar yang tak pernah kukunjungi sekalipun. Katanya sih, supaya seru belanja di pasar tradisional.

Ya, aku ikut saja. Toh belanjaan yang mama minta juga ada di pasar tradisional ini. Ayam dan ikan, pokok belanjaannya.

"Tuh tukang ayam." Aku menunjuk kios yang menjual ayam segar.

Duta dan aku membelinya beserta bumbu-bumbu penunjangnya. Sekarang tinggal beli ikan saja dan pulang.

Duta dan aku menuju kios ikan yang lumayan besar dan pembeli harus menangkap ikannya sendiri. "Sok neng jang, pilih sendiri ikanna nu seger-seger, biar maknyos dipasakna," suruh penjual ikan dengan bahasa yang diaduk-aduk. Haha.

Aku memandang Duta yang sedang tersenyum miring, curiga aku. Tanpa babibu Duta menangkap ikan yang masih hidup di kolamnya itu. Keliatannya gampang.

"Ra, coba gih, seru tau," ucap Duta.

Ya sih, kelihatannya seru. Aku mencoba menangkap ikan yang berenang ke sana ke sini. Tak kudapatkkan ikan satu pun karena licin, sedangkan Duta sudah menangkap tiga ikan.

"Ta, susah," keluhku pada Duta.

"Coba lagi, sini gue bantuin." Duta menempatkan dirinya di belakangku, menggenggam tanganku yang mencoba menangkap ikan.

Tolong, jantungku kondisikan!

"Nah gini," ucap Duta ketika aku, eh kita berhasip menagkap ikan segar yang masih hidup.

Duta melepaskan tanganku yang memegang ikan. Duta berdiri di sampingku, aku menatap Duta. "Akhirnya bis- eh, eh, eh."

Ikan di tanganku bergerak-gerak cepat dan licin. Ternyata tenaga ikan yang sebesar telapak tangan besar juga, sampai aku tak bisa menahannya.

Ikan itu lolos dari tanganku dan loncat pada muka Duta. Tepat di bagian bibirnya, ekor ikan itu bergerak, semacam menampar bibir Duta sebelum kembali meloncar ke kolam.

Aku tertawa melihat itu, sungguh lucu sekali. Apalagi muka Duta yang terkejut. Aku ngakak tujuh turunan sampai perutku sakit.

Aku masih tertawa terpingkal-pingkal. Ketika aku ingin melihat wajah Duta lagi, bibir Duta menempel di pipiku, dua kali!

 Ketika aku ingin melihat wajah Duta lagi, bibir Duta menempel di pipiku, dua kali!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia menciumku!

Duta menjauhkan wajahnya, mengusap wajahku yang sangat terkejut.

Bagaimana kalau ada orang yang melihat?

[]

Paper Hearts Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang