PROLOG

1.5K 94 6
                                    

Gerimis tak juga reda ketika sepasang kaki dengan sepatu kets belel berlari kencang menuju pagar. Secepat kilat disambarnya sepeda dengan stang berwarna tak jelas karena catnya sudah mengelupas disana sini, juga sedikit berkarat.

"ABYYYYYY...!!!".
lagi?? Sudah jam berapa ini bu? Gadis itu mendengus kesal.

Abyan maeni. Rambut panjangnya tergerai tanpa disisir, tapi tak juga bisa mengusir raut cantik di wajahnya. Yang di dalam? Itu ibunya. Wanita berbadan super bahenol, dengan rol bergerilya di rambut, dan punya hobby ngomel kalau rambut anak-anak gadisnya berantakan.

Bisakan, dia pergi sekarang? Ibu pasti mengerti putri sulungnya ini sedang memperjuangkan nasib mereka. Ia benar-benar tak ingin kehilangan pekerjaannya, terutama untuk saat ini, karena kebutuhan mereka sangat banyak. Sekolah Ruby, rumah papa.

PRAKK!

"ugh..!!" rutuk Aby, ketika kakinya terantuk pedal. Gara-gara kejar-kejaran sama mak bahenol, nih.

Segala hal yang bisa dilakukan harus dia lakukan, bukankah memang begitu seharusnya? tak ada banyak waktu atau mereka harus rela tinggal di kolong jembatan setelah rumah yang mereka tinggali benar-benar disita.

"Maaf buk, Aby berangkat dulu!!" teriak gadis itu sambil mengayuh sepedanya kuat-kuat.

*


*
*

Sementara itu, di sisi lain. Darrend, laki-laki dengan tingkat kemaskulinan yang tinggi, tak diragukan lagi pakaian dan semua aksesoris yang dikenakannya berharga di atas beberapa bulan gaji Aby, menyenderkan punggungnya lelah di atas kursi nyaman yang sengaja ia pilih beberapa bulan yang lalu, saat ia baru kembali dari Singapura.

Diputarnya kotak bludru berwarna hitam di atas meja dengan resah.

"Just this once, can you trust me, Fris?." Mata elangnya menatap keluar ruangan.

Vina, gadis berperawakan kecil dengan rok super ketat dan dada sengaja dibusungkan berjalan sambil membawa beberapa berkas. Daren tertawa kecil, ini keuntungan dinding kaca. Ia bisa memantau semua gerak gerik karyawannya dari dalam. Termasuk bersiap menghadapi sekertaris super centil yang satu ini.

"Apa kabar, Bos?" sapanya dengan nada selembut mungkin.

"Fine, langsung aja saya buru buru." yah, Dia tak ingin berlama lama terjebak dengan pemandangan menggelikan di depannya. Rambut dicurlie, bibir pink, dan bulu mata tadah hujan yang ... Ah, sudahlah.

"Ada beberapa berkas yang harus ditanda tangani." Vina menyerahkan berkas berkas di tangannya dengan mata masih tidak berkedip. Ia menopang dagu di atas meja sambil sedikit menjorokkan badan.

Mata yg indah dan tajam, kulit putih kecoklatan yang seksi, rahang yang kokoh, rambut yang tebal, hidungnya...

"Miracle of god." desahnya sambil senyum-senyum.

"Apa??." Daren merinding.

"Oh.. Nggak, Bos." ia buru buru membenarkan posisi duduknya.

"Kamu bisa kembali ke ruanganmu, saya buru-buru." ulang Daren setelah menandatangai dan memeriksa semua berkas. Dia harus pergi. matanya tiba tiba lelah melihat tingkah laku Vina.

Dengan berat hati gadis itu berdiri. Melangkah keluar masih sambil curi-curi pandang ke arah bos kecenya itu. Bos yang setiap hari selalu ramai diperbincangkan karyawati di kantornya dari mulai model rambut sampai merk pakaian dalam yang mungkin ia kenakan.

Okey, sampai mana tadi? Daren mengedikkan bahu, kemudian menyambar kotak bludru dan jas hitamnya dari atas kursi. Ada satu janji yang sama sekali tidak boleh dibatalkan. Sesuatu menyangkut masa depannya, yang sama sekali tidak bisa diganggu gugat.

"Masih lama, Ren?". Sapa suara dari seberang. Laki-laki itu menjauhkan ponsel dari telinga, kemudian melirik jam tangan Rolex yang ia kenakan.

"Aku berangkat sebentar lagi, tunggu di sana, yah." Bujuknya.

Pemilik suara itu adalah satu-satunya penghuni ruangan hampa dalam diri Daren. Belahan jiwanya, cinta matinya meski kadang nggak mati-mati amat karena rasa kesalnya. Ia gadis pertama yang berhasil menarik semua perhatiannya, melebur kesedihannya menjadi kepingan-kepingan harapan setelah kedua orang tuanya tiada.

Akhirnya prolog selesai... :) , jujur kekuranganku paling tragis itu bingung memilih genre..

Apa??? Iya..
Alasannya?? Nggak tau...!

Apakah semua romance berisi cerita fulgar/sedikit fulgar?
Apa semua teen fiction berisi cerita ttg remaja dan sekolah menengah?

Entahlah, otak pentium empatku masih susyah nyernanya..

Kalau ada readr yg mau bantu saran aku bner2 berterimakasih.. :)

Oh iya... Cerita ini spesial buat almrhumah sahabatku saat masih kuliah dulu, Friska, yg jadi inspirasi nama (friska ceweknya darrend) dan inspirasi karakter ( mbak Saroh) dg kebiasaan membawa sisir dan meninggalkan sisir dimana2... Love u so much Fris... We always miss u...

✔️I got UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang