Sembilan

284 67 1
                                    


"Wuuu, kulit lo alus banget cin, kayak prosotan waterpark." Suara tante Dini, wanita tulen empat puluh tahunan yang cara ngomongnya agak cucok boook itu. Aby dan mbak Lisa si penata rambut hanya tersenyum menanggapi omongannya.

"Badan lo bisa bagus gini rahasianya apa sih cin? Yakin lo pembokat? Kok kulit lo putih banget?" tante Dini masih saja nyerocos. Aby sendiri tidak tahu bagaimana harus menjawabnya, ibu bilang kakeknya dari almarhum ayah masih keturunan Jepang, tapi entahlah.. Dia sendiri tidak pernah bertemu dengan beliau.

"Aby udah siap tan? " Gun yang tiba-tiba datang terdiam, kemudian menelan ludah tidak percaya. Dia Aby yang tadi, kan? Batinnya. Bukannya Aby yang tadi tidak cantik, tapi Aby yang ini terlihat begitu berbeda, sperti dua orang yang berbeda tapi sama- sama cantik.

"Eh ganteng, udah nih.. Chantiik kan Gun?" jawab tante Dini menirukan nada cantiknya princess syahrini. Diikuti anggukan setuju laki-laki itu. Dan sebelum konsentrasinya semakin buyar, ia cepat-cepat memulai sesi pemotretan ini.

"Lebih natural dikit By." teriaknya ketika belum juga mendapatkan foto yang ia inginkan sampai detik ini. Aby bukan hanya tidak menghayati, tapi juga kaku. "Shitt!!"  rutuknya tertahan. Buat apa model cantik kalau ekspresinya sekaku ubi pohon!

Jaman serba canggih seperti ini, mana mungkin sih ada gadis seusia dia yang nggak pernah narsis di sosmed? Apa-apaan ini? Pertanyaan terbesar dalam kepalanya saat ini adalah, Kenapa Oma bisa salah pilih model sih? Laki-laki itu frustasi. Friska, you make a big mess!

"Lo bisa santai nggak sih??  Lebih kalem dikit wajahnya, nggak usah tegang-tegang... Udah setengah jam ini !!" Gun kembali berteriak.

Aby menelan ludahnya, gugup dan takut ketika mendengar makian Gun. Dia sudah berusaha sebisa mungkin, tapi tetap saja gagal. Airmatanya serasa ingin keluar tapi ditahannya. Demi tiga puluh juta! .

detak jantungnya terasa tiga kali lebih kencang saat laki-laki itu akhirnya menghampirinya, kemudian memegang kedua lengannya. Menatap matanya dalam-dalam. Tak terasa genangan air sudah hampir tumpah kepipinya. Oh no, Aby.. Jangan! Ini bukan saat yang tepat. Lo bukan gadis cengeng!

Melihat mata gadis didepannya berkaca-kaca Gun mencoba menenangkan hatinya. Ia menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan matanya sesaat, mencoba meredakan emosinya.

"Dengerin gue, gue minta maaf udah bentak lo, tapi kita udah mulai dari setengah jam lebih yang lalu, dan gue masih belum dapat satu fotopun yang bagus." kata Gun dengan nada yang lebih hati-hati. Aby masih diam, berusaha menormalkan detak jantungnya.

"Wajah lo terlalu tegang, kaku, nggak natural." tambahnya lagi. "Lo butuh istirahat sebentar, tenangin ati lo... Dan jangan mikir apa-apa. Anggep aja lo lagi pose didepan kaca, oke?"

"Iya mas, maaf." Ucap Aby menyesal. Laki-laki didepannya membuang napas lagi, tiba-tiba semua kesalnya hilang seketika seolah dengan ajaib kulit Aby menyalurkan ketenangan. Entahlah, biasanya dia bisa lebih marah lagi jika modelnya tidak seperti yg dia harapkan. Dia hanya bisa berharap setelah istirahat Aby akan memberikan yang lebih baik dari ini.

"Bu Mia dapet dari mana sih cewek itu? Bener dia cuma babu?" kata Nina si pic yang sengaja mampir sebentar ke studio dilantai dua demi melihat model pengganti Friska kepada Lisa, Lisa yang tau-tau dijejeri Nina cuma tersenyum malas. Bukan apa-apa, selama ini Nina memang terkenal bigos.

"Lagian babu dijadiin model, ya nggak level, lah... " tambahnya yang diam-diam iri pada Aby.

"Ehhmm." tiba-tiba sebuah deheman terdengar pas dibelakangnya. "Kamu disini nggak ada kerjaan atau memang sengaja ngehindarin kerjaan?" kata pemilik suara tidak suka. Nina kaget bukan main, pasalnya orang yang menegurnya adalah cucu pemilik MH Boutique, laki-laki yang selama tiga tahun terakhir ini menjadi incarannya.

✔️I got UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang