"By!" Panggil Darrend ketika melihat gadis berambut indah itu sedang serius dengan pekerjaannya didekat kolam renang. Aby yang sedikit terkejut langsung meletakkan sapunya, mengelap tangannya pada rok sembarangan.
"Ya Den?"
"Ikut gue."
Hah? Ini orang nggak lihat apa gue lagi bersih-bersih?
"Saya masih--"
"Saya nggak nanya, kamu siap-siap sekarang."
Dan laki-laki berbadan tegap itu berlalu begitu saja dari sana. Sementara Aby menghentakkan kakinya kesal. Apalagi yang akan diperbuat Darrend hari ini?
Buru-buru ia pergi ke kamarnya, kemudian mengganti baju hitam putih itu dengan baju casual yang ia kenakan pagi tadi. Tara... !! Penampilan siap-siap dikerjain. Batinnya didepan kaca, mencoba menghibur diri sendiri.
Apa yang bisa dilakukannya? Darrend adalah majikan, dan sungguh-sungguh ter-la-lu jika ia menolak permintaan majikannya.
Okey, Aby sudah siap. Ia berlari kecil menuju garasi. Darrend yang tadi terlihat masih memakai jas sekarang sudah mengenakan t-shirt hitam dan celana jeans panjang, sesekali melirik jam tangannya tidak sabar.
"Lama banget, sih." Gerutunya.
Hellow... Ini udah ngebut ganti bajunya, Aby bersulut-sulut kesal, kemudian duduk di kursi penumpang.
"Trus Lo pikir gue supir, gitu?" Lagi-lagi Darrend melihatnya sebal. Aby membulatkan mata, tak mengerti seharusnya bagaimana. Kalau langsung duduk didepan dikiranya nggak sopan.
"Kita mau kemana Den?" Tanyanya setelah pindah kesamping Darrend.
"Ntar juga tau."
Super duper mengherankan. Aby sama sekali tidak mengerti, sebenarnya apa yang Darrend inginkan? Hari ini ketus, besoknya baik, lusa nggak peduli, eh ... Empat hari kemudian baik lagi.
Akhirnya, daripada makan ati, dia memilih diam sepanjang perjalanan. Pun saat di mobil Darrend ternyata diputar lagu-lagu kesukaannya. Ia mati-matian menahan diri agar tidak menggerakkan bibir sekedar bergumam atau mengikuti lirik tanpa suara.
******
Dan disinilah mereka sekarang. Disebuah salon yang cukup besar dan mewah dengan gaya bangunan klasik. Aby memutarkan pandangan 90 derajat, beberapa embak-embak berkulit putih mulus dengan tas yang kelihatannya mahal tampak sibuk dengan handphonenya masing-masing sambil menikmati treatment. Entah berapa biaya yang mereka keluarkan hingga kulitnya terlihat selicin itu? Aby menelan ludah.
Ke salon? Boro-boro bisa, membayangkan saja tidak berani. Sekalinya dia pernah ke salon beberapa tahun lalu, perginya cuma ke salon ncing Leha. Creambath dua puluh ribu, facial tiga puluh lima ribu. Murah? Banget ... nggak tahu deh merk apa yang dipakai, cabut komedonya pakai manual, pijetnya pake tenaga kuli, maskernya kayak gips, wajah gerak dikit retak, trus diomelin deh. Nggak ada uap-uapan dan benda anget-anget Alus yang nempel di kulit setelah wajah dipijetin.
Darrend berbicara dengan seorang karyawati, kemudian terlihat menunggu sambil memainkan handphonenya. Hingga beberapa saat kemudian seorang gadis berbadan tinggi langsing datang menghampiri mereka.
"Rend, lo apa kabar?" Sapa gadis itu, kemudian memeluk Darrend tanpa sungkan. Entah apa yang terjadi, seperti ada sesuatu yang menusuk dada Aby, sakit.
"Ini siapa?" Tanyanya setelah kebetulan melihat Aby. Aby tersenyum rikuh, tujuannya kesini saja dia tidak tahu.
"Calon gue... kenalin, namanya Aby."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️I got U
RomanceBagaimana jika seorang laki-laki tampan, kaya raya, smart, ketemu sama cewek msikin yang separuh hidupnya ia habiskan untuk mencari uang demi membayar hutang-hutang keluarganya? Pertemuan mereka diwarnai dengan banyak kesalah pahaman yang menyebalk...