Dua Puluh Delapan

184 34 4
                                    

Ishigaki, terletak di sebelah tenggara Okinawa. Jaraknya kira-kira 400km dan bisa ditempuh dengan naik pesawat selama satu jam perjalanan. Pulau ini merupakan pulau terbesar ke tiga dengan pemandangan lautan dan bakau yang indah. Bukan hanya itu, di pulau ini, kita juga bisa menikmati salah satu langit berbintang terbaik di dunia yang sudah mendapatkan sertifikat Dark Sky place Karena langit malamnya sudah dipastikan bebas polusi udara.

Dan di sinilah Darrend sekarang. Setelah beberapa tahun, akhirnya dia kembali lagi kesini, masih dengan suasana hati yang buruk.

Ia terkekeh, tatkala memandang lautan dari kamar resortnya di Fusaki. Menertawakan kata-katanya beberapa tahun silam, berjanji pada diri sendiri akan kembali dengan gadis yang ia cintai yang mungkin saja sudah menjadi istrinya. Kenyataannya? Tentu saja tidak.

Friska meninggalkannya begitu saja dengan segala drama yang ia buat sebelum Darrend sempat melamarnya. Sedangkan gadis yang dia kejar saat ini, semakin menjauhinya karena kebodohannya sebagai laki-laki.

Pip

Ponselnya bergetar. Sebuah panggilan masuk dari asistennya.

"Meeting besok pukul delapan pagi, Pak."

"Oke."

Diteguknya kopi yang sengaja ia pesan dari layanan resto. Udara laut yang kencang dan basah memang berbeda. Darrend selalu menyukainya sejak ia masih kecil. Laut satu-satunya hal yang bisa membangkitkan kenangan indahnya bersama kedua orang tuanya yang sudah tiada.

Pip

Sekali lagi ponselnya berbunyi. Sebuah pemberitahuan uang masuk, sejumlah tujuh juta rupiah. Alisnya bertaut tak suka. Ada rasa sakit dihatinya tatkala mengetahui gadis itu benar-benar berusaha keras agar hutangnya segera lunas. Apa dia ingin memeras tenaganya hingga kering? badannya saja sudah sangat kurus.

Ia tahu kata-katanya sedikit kasar, tapi tidakkah Aby mengenalnya dengan baik dalam beberapa bulan ini?

Diam-diam Darrend meremas ponselnya, sedikit gemetar. Mencemooh ketidak mampuannya berkomunikasi dengan baik saat berada di depan gadis yang ia sukai. Dia pasti salah paham.

Pip

Kali ini sebuah gambar dikirim dari suruhannya. Seorang gadis memasuki jeep hitam tepat di depan rumahnya. Laki-laki itu menggeretakkan gigi, menahan emosinya yang membuncah. kali ini dilemparnya ponsel begitu saja di atas dipan. Ia menyandarkan badan pada bingkai pintu beranda dengan tatapan kosong. Dia tidak boleh menyerah.

****

Aby seketika berhenti didepan gerbang tatkala melihat sebuah jeep terparkir di sana. Gun tampak bersandar dengan senyum merekahnya, kemudian melambaikan tangan pada gadis itu dengan percaya diri.

"Sore, By."

"Nungguin siapa, Mas?"

"Elu, lah... Siapa lagi? Masa mbak Saroh?"

"Ya kali..."

"Takut disantet fudu, gue."

Gadis itu tergelak, menghampiri Gun yang berdiri beberapa meter didepannya.

"Saya sudah bilang, mas Gun nggak usah jemput lagi." Ucapnya rendah.

"Saya yang mau jemput, itung-itung buat menghemat waktu dan tenaga kamu. Ayo!"

Laki-laki itu menariknya lembut menuju kursi penumpang disebelah pengemudi.

Sudah tiga hari ini Gun kembali mengantar jemputnya meskipun Aby berkali-kali menolak. Ada saja caranya membuat gadis itu setuju untuk ikut. Sampai-sampai kang Hasan dan pak Pardi geleng-geleng melihatnya.

✔️I got UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang