Dua Puluh empat

313 64 10
                                    

Sepanjang malam gadis berwajah imut itu tidak bisa tidur. Ia membolak balikkan badannya mencari posisi yang pas tapi masih saja tidak berhasil. Ada yang salah dikepalanya yang dipenuhi dengan bayangan Darrend. Kadang membuatnya tiba-tiba Tersenyum sendiri, kemudian menendang-nendangkan kakinya keudara sambil berteriak kecil. Hatinya membuncah, jika saja laki-laki itu tahu.

Dia tidak pernah berharap Darrend memiliki perasaan yang sama padanya, apalagi ditembak seperti itu didepan banyak orang? Masih seperti mimpi saja.

Sekali lagi Aby tertawa kemudian berteriak kecil kegirangan. Dan kali ini lebih ekstreem. Sambil loncat-loncat diatas dipan menyisakan suara decitan yang sedikit mengganggu. Hingga sebuah ketukan mengagetkannya dan membuatnya hampir terjatuh.

Aby melirik jam diponselnya sekilas. Hampir jam satu malam.

"Siapa malam-malam begini?"

Buru-buru dilangkahkan kakinya menuju pintu, membukanya sedikit, kemudian melongok keluar dan mendapati wajah kesal itu sedang menyilangkan kedua tangannya didada.

"Lo nggak bisa tenang dikit apa?" Meskipun datar suara itu terdengar sebal, laki-laki yang beberapa jam lalu mengungkapkan cintanya pada Aby. Gadis itu tertegun, heran sekaligus malu. Baru aja manis, kenapa sekarang jutek lagi?

"Maaf, Den.." ucap Aby, dia masih belum bisa merubah panggilannya pada Darrend. Lagipula, sifat Darrend yang tiba-tiba kembali seperti ini lagi membuatnya tidak yakin, sebenarnya acara penembakan tadi itu serius atau tidak?

Laki-laki didepannya menghembuskan napas kasar, terlihat lelah. Dipandanginya gadis itu berniat mengomel, tapi wajah lucu Aby membuatnya mengurungkan niat. Ya Tuhan... Mau gila rasanya!!

Bagaimana tidak? Tiap hari bertemu dengan Aby beberapa menit saja sudah membuat perasaannya berantakan. Sekarang? Dia sedang berdiri disini, seharian berdua dengan makhluk ini, bahkan dengan suasana seperti ini. Pikirannya sudah penuh dengan pikiran yang iya-iya.

"Gue capek, pingin tidur.." Ucapnya. "Please lo istirahat juga, yah..." Katanya lagi sambil meraih pipi gadis itu. Membuat pipi Aby memerah.

Salah Aby memang. Sudah tahu kamar mereka gandeng, cuma berdua, berisik lagi! Karena penginapan ini memang mengusung konsep pedesaan, dimana setiap kamarnya terpisah layaknya vila-vila. Mungkin itu juga sebabnya hanya Darrend yang merasa terganggu dengan keberisikan Aby yang hakiki.

"Iya, Den." Suara Aby tercekat. Sungguh dari awal sampai dipenginapan indah ini, Aby sama sekali tidak tahu harus berkata apa. Tiba-tiba saja kepalanya kosong melompong.

Darrend masih berdiri disana, seolah menimbang-nimbang ingin mengatakan apa. Mata tajamnya masih menatap Aby, membuat gadis itu menunduk menggigiti bibir bagian bawahnya.

"Kamu ngapain didalem?" Akhirnya suara itu keluar juga. Sedikit basa basi karena jujur saja, rasanya berat melangkah kembali ke kamarnya.

Kamu?? Kamu?? Kamu katanya? Den Darrend manggil gue kamu! Dada Aby semakin membuncah.

Diberanikannya menatap wajah laki-laki didepannya. Baru saja ia ingin menjawab, Darrend sudah mendorong pintu kamar Aby.

"Kelamaan jawabnya!" Gerutunya, kemudian menyambar tangan Aby dan membawanya kebalik pintu, sebelum akhirnya pintu kamar itu ditutup. Aby gugup bukan main. Matanya membulat memandang Darrend dengan tatapan yang sama sekali tidak beralih.

"Den... Maaf, ini sudah malam." Suara Aby terbata. "Lebih baik den Darrend balik aja ke kamar."

Deg...deg..deg...

Kentongan nasi goreng lewat lagi didadanya, berisik banget. Kali ini super berisik. Darrend tersenyum samar, kemudian menempatkan tangan kanannya di dinding sebelah kiri gadis cantik tersebut. Mendesak Aby semakin mundur dan merapat ke tembok.

✔️I got UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang