Sembilan belas

304 65 12
                                    


DARREND

Aku berjalan menuju ruang ganti dengan sedikit tergesa. Apa yang sudah kulakukan? Bagaimana mungkin aku menikmati suasana itu? bahkan menyukai kegugupan dan semburat merah dipipi Aby. Seperti laki-laki brengsek saja!

Ya Tuhan.... Dia absolutely perfect. Gadis yang berhasil membuatku berpikir bahwa tubuhnya sangat pas dipelukanku. Pinggangnya pegangable. Bibirnya yang penuh dan merah sangat menggoda, alisnya yang menukik, warna matanya... Dan sejak kapan aku jadi se mesum ini?

DARREEEENNDD!!! Come on wake up! Dia pembantu lo, dan sepertinya sudah punya gebetan. Bersiap-siaplah mengatakan selamat tinggal pada perasaan tidak bernama lo ini. Atau lo akan terus-terusan pusing mencari tempat-tempat aman yang tidak akan dilalui gadis itu. Dan itu tidak mungkin selama dia bekerja disini, kan?

Ku kenakan setelan kemeja dan celana bahanku. Sepertinya aku harus membatalkan niatku berdiam diri di rumah hari ini. Aku harus terus membuat otakku bekerja jika tidak ingin bayangan gadis itu berlari-lari dikepalaku.

"Lo masih disini?" tanyaku kembali dingin ketika keluar dari ruang ganti. Gadis yang sedang mengepel lantai kamarku dengan wajah tegang tersebut menghentikan kegiatannya, kemudian mengangguk pelan.

Aku membiarkannya begitu saja, meskipun sebenarnya ada sedikit rasa bersalah didadaku. Entahlah, susah sekali memulai perkataan manis pada gadis ini. Menganggapnya tidak ada didekatku adalah keputusan paling tepat. Karena aku tidak mungkin mengijinkan pikiran kotor mampir dikepalaku lagi. Itu sangat-sangat bukan Darrend.

Mata itu... Bibir itu... Blushing dipipinya.... Keinginan untuk menyentuhnya sekali lagi terasa memanggil-manggil dalam diriku.

"Hhh...."

Aku duduk di meja kerjaku sambil memilah-milah dokumen yang harus kubawa. Asal kalian tahu, dibalik sikap sok sibukku ini, sebenarnya kepalaku kosong, blank, kopong. Aku tidak tahu apa yang harus aku masukkan ke dalam tas, dan apa yang kubutuhkan. Sepertinya kecerdasan dan memoryku sedikit menurun setelah kejadian memalukan tadi.

"Sudah selesai, saya permisi Den." gadis itu sama sekali tidak melihatku. Aku tahu bagaimana gugupnya dia setelah jatuh menimpa tubuhku. Sama persis seperti yang kurasakan. Aku hanya diam tidak merespon kata-katanya, gadis itu berjalan tergesa-gesa menuju pintu sambil menenteng alat pel dan kemocengnya.

Wait... Bukannya lantai itu baru saja dipel? Dia akan terpeleset jika berjalan secepat itu. Belum sempat aku memperingatkannya, gadis itu sudah berteriak. Dan aku melihatnya jatuh terjengkal basah kuyup.

Apa kubilang?

********

ABY

"Aaaahhkk.." BRUUKKK!!

Aku menutup mataku rapat-rapat menghindari gagang pel yang hampir saja menimpa kepalaku. Aku jatuh? Disaat seperti ini aku jatuh? Ya Tuhan ... Kenapa hari ini begitu sial untukku?!

Pinggangku sakit, mungkin terantuk lantai saat jatuh barusan. Rasanya susah sekali untuk berdiri lagi. Mana baju jadi basah semua gara-gara air sisa pel ikutan tumpah. Hiks, ini memalukan.

Kulihat den Darrend buru-buru menuju kearahku. Ya ampun... Malu sekali. Mau ditaruh mana muka ini? Seharian jatuh dua kali, dengan posisi yang sama-sama memalukan. Terima kasih kepada bu Mia yang memintaku membersihkan kamar laki-laki ini.

"Lo nggak apa-apa?" tanya den Darrend dengan wajah khawatir. Entahlah, apa benar itu wajah khawatir? Aku sama sekali tidak berani memandangnya, dia pasti mengira aku sedang berusaha menarik perhatiannya saat ini.

✔️I got UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang