DUA

431 74 4
                                    

Berbohong. Itu satu-satunya jalan agar ibu tidak curiga kenapa hari ini Aby tidak bekerja. Hanya bangun, mandi, sarapan dan pura-pura berangkat kerja seperti biasanya, sempurna!.

Ia berlari dari kamar ke kamar mandi seolah sedang buru-buru. Riweh mencari baju, setrika dan sepatu yang terkesan jauh lebih heboh dari biasanya. Sok-sokan sudah kesiangan, makan dicepet-cepetin, minum disedak-sedakin, Padahal ...

"Mau kemana, Mbak?." Suara Ruby keluar juga. Dari pagi dia dan ibu mematung, sangking herannya dengan tingkah laku kakak semata wayangnya.

Wajah Aby seketika berubah. Kenapa dengan ibu dan adiknya? Tidakkah mereka punya kesibukan?

"Kok kamu nggak siap-siap sih Dek, udah siang, loh." protes Aby melihat adiknya masih istiqomah dengan baby dol.

"Kemana?" Ruby bingung.

"Kemana?" Aby mengulangi pertanyaan adiknya. "Sekolah, lah.. Kemana lagi?"

Satu menit..
Dua menit...

Ibu dan Ruby saling berhadapan, kemudian seolah dikomando mereka tertawa cekikikan.

"Okeh mbak, Ruby tau mbak cinta sama pekerjaan. Tapi ini mingguuu... !!" kata-kata itu penuh penekanan. "Bukannya minggu mbak nggak punya sift?"

Ya Tuhaaan.... Apa artinya akting gue tadi?? Aby merutuk kesal.

"Terus kamu mau kemana?" Ibu ikut penasaran.

"Joging, Bu!" Aby menjawab asal sambil meringis dan lari-lari di tempat nggak jelas. Joging? Cari kerja iya..!

"Pake baju itu?"
Kemeja, jeans, sepatu flat. Ooooh... Abyy... Serius??. Hari ini konyol sekali.

"Ho'oh" dijawabnya pertanyaan ibu dan pandangan aneh adiknya dengan buru-buru. Mumpung mereka masih mlongo, kabur paling pas. Hehe.

*****

Dan matahari begitu terik ketika alunan lagu Di dekatmu milik jebe and petty terdengar di earphone Aby. Ia sedang duduk berselonjor diantara anak-anak tangga jembatan penyebrangan. Selembar koran sengaja ia lebarkan dan selipkan di atas rambut sebelum menggunakan topi mirip pengaman kepala jaman perang dinasti Ming, agar tubuhnya lebih banyak terlindungi dari sinar matahari. Ia mirip emak-emak jualan kacang godok sekarang, hanya saja tidak ada orang yang tertarik membeli kacang godoknya. Merana, kegerahan, sedikit ke-mendung-an, dan ... Butuh duit tentu.

"Gue harus kemana lagi?" Rutuknya. Ia benar-benar lelah, dan tak satupun tempat yang ia datangi membutuhkan tenaganya.

BRUKK!!

Terlihat seseorang sedang menendang sedan mewahnya kesal tepat di bawah tempat Aby duduk. Gadis itu tertarik memperhatikannya. Laki-laki tampan berbadan tinggi dan tegap dengan setelan jas berwarna hitam sedang marah-marah dengan entah siapa disebrang sana. Wajahnya tidak terlalu jelas, sedikit ke bule-bulean.

Beberapa menit kemudian dia kembali menelepon, kali ia terlihat memohon-mohon seperti hendak ditinggalkan seseorang.

"Please, Fris... Beberapa menit lagi.. Fris.. Ban mobilku kempes lagi, aku serius.. Fris.. Belive me, i... "

"Aaarrggghh!!"  Ia menggeram. Digenggamnya ponsel sambil mengepalkan tangan seolah ingin meninju angin. Kemudian membuka pintu mobil, mengambil sebuah kotak dan buket bunga di jok depan.

"Jangan bilang lo mau ninggal mobilnya?". Batin Aby. Dan benar saja, laki-laki itu buru-buru memanggil taksi kemudian menghilang entah kemana.

"Ck..ck..ck... Harga spion mobil lo aja mungkin jauh lebih mahal dari gaji gue. rela gitu kalo mobil lo ilang?? Atau minimal baret?" Ia berbicara sendiri.

✔️I got UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang