Empat Belas

297 61 6
                                    


Darrend melajukan Range Rover hitamnya dengan tergesa-gesa menuju rumah. Telat dikit pasti Juno dan Aby sudah pergi. Dasar tuh gondrong, nggak tau apa Aby lagi lemes?

Sampai di depan rumah, ia segera berlari mencari makhluk ngeselin tapi ngangenin itu di taman, tapi tak ditemuinya. Kemudian ia beralih ke ruang tengah, masih belum ketemu juga. Motor Juno sudah tidak ada, apa mereka sudah pergi? Bener-bener tuh, si gondrong!

Darrend kesal, apa yang harus dia lakukan? Ia tak mungkin menelepon Juno dan menyuruhnya mengembalikan Aby sekarang juga, karena hal seperti itu akan membuatnya terlihat tidak keren. Darrend adalah bos, dan sejujurnya dia harus menghindari hal-hal yang berbau tidak keren.

Tapi otaknya sedang tidak bisa di stel seperti biasanya. Sepertinya khusus hari ini kadar kejeniusannya menurun menjadi setengah jenius karena gadis yang tidur-tidur nggak jelas di taman tadi. Sekuat apapun ia menghindari ide terakhir, akhirnya kalah juga. Nggakpapa, lah. Sekali-sekali.

"Ya, Rend?" Suara Juno disebrang.

"No, lo tau nggak sih Aby lagi nggak enak badan? Emang mau Lo ajak kemana? Naek motor lagi." Omel Darrend.

"Lo ngomong apa sih Rend?"

"Balikin dulu pembantu gue, dia lagi nggak sehat, jalan-jalannya kapan-kapan aja.. kalo ada apa-apa gue juga yang repot." Sela Darrend lagi masih dengan nada sok coolnya. Terdengar Juno terkekeh diseberang sana.

"Gue nggak jadi keluar sama Aby, dia nggak mau." Jawaban yang membuat Darrend benar-benar mati kutu, oke, hari ini dia benar-benar nggak keren.

"Cie ... cie ... bos yang dulu gambar kucingnya mirip kambing sekarang udah bisa perhatian sama cewek ..." Juno terdengar bahagia dunia akhirat mendengar nada khawatir Darrend.

"Jadi, lo nggak keluar sama Aby?" Darrend berusaha meyakinkan apa yang didengarnya.

"Ya nggak, lah, dia nggak mau, lagian sepertinya Aby lemes, gue nggak tega ... gini-gini gue sahabat yang Baek."

Terus dimana Aby??

"Yaudah kalo gitu."

"Gitu doang? Mana kiss buat gue? Bibir gue udah monyong nih." Goda Juno lagi, kemudian terbahak.

"Lo pingin bunuh diri?"

********

Dan dimanakah gadis gila itu? Darrend mematikan ponselnya kesal. Setelah berhasil mempermalukan diri sendiri tapi yang ia cari belum juga ketemu. Jangan bilang Aby lagi nggak nyadar tidur di bawah meja? karena gadis itu memang benar-benar bisa tidur dimana saja.

Ia kesal, dan mulai berpikir mungkin dengan segelas kopi kesalnya bisa hilang dan menguap.

Dilangkahkan kakinya menuju dapur. Tak ada siapapun disana. Mbak Sri juga tidak ada. Padahal biasanya wanita berbadan tambun itu sedang sibuk memasak sambil dengerin dangdut icikiwir dan new palapanya lewat radio. "Gue pengin kopi, tapi males bikin sendiri" gumamnya.

Baru saja ia berbalik siap-siap pergi, terdengar bunyi berisik dari arah kulkas. Diliriknya benda persegi besar  dibalik meja itu. Pintunya terbuka sebagian. Ada kucing? Atau anjing? Mungkin mang Kardi lagi nyamar jadi kucing?

Darrend buru-buru melangkah hati-hati hingga sampailah dia disamping meja besar berwarna putih itu. Kemudian pelan-pelan diintipnya kulkas, penasaran makhluk apa yang sedang ada disana. Tapi betapa terkejutnya dia, saat mengetahui makhluk berambut panjang, putih, sedang jongkok sambil masang wajah sedihnya. Makhluk yang terlihat ringkih itu tampak putus asa dengan rambut terurai kedepan.

✔️I got UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang