Dua Puluh Satu

285 61 15
                                    

"Pegangan!" perintah Juno pada Aby saat gadis itu baru saja memasang helmnya.

"Ogah."

"Pegangan atau gue jomplangin nih, motor."

"Tauu... Yang mantan pemain debus"

Juno seketika tergelak. Dia sangat tahu apa yang dimaksud Aby dengan mantan pemain debus. Dua tahun yang lalu saat baru saja bisa melakukan free style dengan motornya, Juno mengalami kecelakaan yang memalukan. Bagaimana tidak? Saat itu dia dengan percaya dirinya mengajak Aby ke peternakan milik saudaranya di puncak. Tanpa berpikir panjang laki-laki itu langsung menunjukkan kemahirannya memainkan motor dengan congkak.

Eeeeehh nggak taunya, kecongkakannya berakhir petaka. Juno malah nabrak pagar pembatas pacuan terus lurus masuk ke kandang kuda. Untung si Tukiman, kuda blasteran yang punya kandang lagi nggak disana.

Bengek? Ya jelas, lah. Bahkan para karyawan peternakan tidak bisa menyembunyikan tawa mereka meski Juno sudah memasang tampang mengancam.

Aby mencengkeram ujung-ujung jaket Juno. Sedikit kesal juga, sih ... Susah payah ia mengatur kata-kata untuk mengatakan pada Gun, agar laki-laki itu tidak menjemputnya sore ini, ternyata Juno sudah lebih dulu menghubunginya. Bahkan sempat-sempatnya si rambut gondrong itu ngomong kalau dia dan Aby harus pulang bareng karena mereka sudah resmi pacaran. Juno oon!!

"Lo ngerusak pasaran gue aja!" teriak Aby ditengah deru motor Juno. Laki-laki itu tertawa kemudian membelokkan motornya menuju sebuah taman.

"Turun, gue mau nunjukin sesuatu sama lo" kata Juno dengan tatapan yang tajam.

"Apa?"

"Ntar lo jga tau sndiri, hehe ..."

Merekapun berjalan memasuki taman. Tak lama kemudian seorang anak kecil menghampiri, memberikan sebuah balon bertuliskan " i'm". Aby menerimanya, terkekeh dengan dada berdetak tak karuan. Ada apa ini?

Dipandangnya Juno, mencoba mencari jawaban. Tapi Juno lebih memilih mengacuhkannya. Ada yang lain dengan sahabatnya itu. Tangan Juno menggenggamnya erat, seolah tidak mau melepasnya sambil terus berjalan.

Menjelang sampai di belokan menuju air mancur, sepasang kekasih memberinya sebuah balon lagi. Kali ini bertuliskan "falling in love". Dengan terpaksa Aby menerimanya lagi. Masih sambil mengernyitkan dahi. Apa-apaan sih, ini?

Beberapa pasang mata melihatnya. Mengikuti langkahnya menuju tepat di depan air mancur.

"Apa-apaan sih, No?" bisiknya pada Juno. "Lo liat nggak sih, orang-orang pada aneh?"

"Liat ... "

"Gimana kalo kita cari tempat laen aja? Gue nggak nyaman disini, berasa mau dikerjain."

"Haha.." lagi-lagi Juno tergelak. Entah ini yang keberapa kalinya ia tertawa karena gadis itu. Yah, entah keberapa kalinya. Karena baru saja ia sadari setelah begitu lama persahabatan mereka, bahwa Aby lah yang selalu ada. Membuatnya merasa hidup dan dibutuhkan.

"Gue nggak ada niat ngerjain lo, kok."

"Bukan, bukan lo maksud gue, Tapi orang yang ngasih gue balon-balon ini." Wajah Aby begitu serius.

Dam! Juno meringis. Segala hal yang telah ia susun dikepalanya ambyar. Bulir-bulir kecil keringat terlihat berdiam manis di dahinya. Ia merutuki hari ini, bukankah sangat terlambat untuk gugup, No? Beberapa tahun ini kalian selalu berdua.

Juno menyeka keringat didahinya dengan punggung tangan. Selama ini, sedekat apapun jaraknya dengan Aby, tak pernah sedikitpun membuat Juno mencurigai perasaannya. Ia yakin itu hanya sebatas sayang dan enggan ditinggalkan seorang sahabat. Namun, kehadiran Darrend dan Gun disekitar gadis itu membuatnya begitu gugup tanpa alasan. Ia mulai sibuk mencari info kemana gadis itu pergi, dan apa saja yang dia lakukan.

✔️I got UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang