Enam Belas

281 66 26
                                    

Udara malam begitu dingin ketika Juno memutar setirnya menuju warung nasi goreng kambing langganan mereka.

"Jangan nangis, atau gue panggil banci, mau Lo?" Kata Juno menggoda. Aby menggeleng mantap.

Mereka berjalan menuju meja kosong disudut warung. Melihat baju Aby yang sedikit terbuka dibagian pundak, laki-laki itu segera menarik jas disqmping Aby dan mengenakannya di pundqk gadis itu. Aby terkejut, kemudian mengusap-usap hidungnya yang tak gatal, sedikit salah tingkah.

"Sekarang Lo ceritain ke gue, kenapa Lo bisa ada disana?" Tanya Juno meskipun sedikit banyak dia sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tidak mungkin Friska mengundang Aby, bukan?

"Den Darrend minta tolong gue buat jadi pasangannya disana." Jawab Aby malas. Bohong ... Darrend bahkan tidak meminta tolong, dia memaksanya meskipun tanpa kalimat pemaksaan. Ia meletakkan Aby diposisi harus menerima.

"Gue sahabat Lo By, gue tau Lo lagi bohong atau nggak." Katanya datar. Ada raut kecewa diwajahnya, kecewa pada sepupunya yang tak tau diri itu.

"Gue nggak bisa nolak No... Lo tau posisi gue."

Yah, dia tahu posisi Aby. Sangat tahu. Tapi yang membuat hatinya sakit adalah, ia juga tahu posisi Darrend... Cukup tahu apa yang dirasakan laki-laki itu sekarang.

"Lo suka sama Darrend?" Tanyanya kemudian, sedikit berhati-hati. Ya Tuhan, kenapa hati gue cenut-cenut gini yah?

"Nggak ... Maybe." Jawaban yang sangat ambigu, membuat Juno melengos, tidak sabar dengan sikap Aby yang seolah ingin menutupi semuanya.

"Lo harus cerita ke gue kalo Darrend kayak gini lagi sama Lo. " Juno menerima segelas es jeruk dari Bu Nur, istri pak Soleh penjual nasgor. "Gue nggak mau lo iya-iya aja, padahal hati Lo bilang nggak."

"Gue nggak apa-apa." Seolah tidak ingin mengungkit tentang Darrend saat ini, gadis itu mengalihkan pandangan kemudian meneguk minumannya.

"Gue cuma pingin makan, dan jangan sebut nama den Darrend lagi malam ini, okey?" Gadis itu melahap nasi gorengnya tanpa jedah dan terkesan dibuat-buat. Juno kesal, Tapi apa yang bisa ia perbuat?.

"Okey."

*******

"Jangan ngebut!" Teriak Flow ketika Darrend hampir saja menabrak mobil didepannya yang mengerem mendadak.

"TIIINNN!!!!" ia membunyikan klakson berkali-kali kemudian membanting tangannya diatas kemudi. Wajahnya terlihat begitu kesal.

"Lo kenapa sih, Rend? Tell me please ... Gue jadi nggak nyaman semobil sama Lo." Oceh Flow yang sedari tadi udah ketar-ketir. Tapi Darrend masih saja diam, seolah tak mau berbagi cerita dengannya. Ya sudah, terserah elo deh ... batinnya ikutan boring. Pake acara Aby tiba-tiba ilang lagi, pasti ada hubungannya deh.

"Gue lagi bad mood Flow."

"Masalah Aby?"

"No ... lebih sama diri gue sendiri aja."

"Maksud lo?" Flow mengangkat alisnya heran. "Bukan tentang ketidak mampuan lo mempertahankan Friska?"

"Friska itu masa lalu, dia udah nggak ada hubungannya lagi sama gue."

"Tapi Lo keliatan bete, you know?"

Apa jadinya kalau Flow sampai tahu Juno lah penyebab moodnya berantakan hari ini? Juga tentang dirinya yang sama sekali tidak mengerti apa yang sedang ia rasakan saat ini. Ia kesal pada dirinya sendiri. Kesal karena terlihat seperti laki-laki ter-menyebalkan didunia, khususnya didepan Aby. Yah ... Aby, pembantu gilanya itu.

✔️I got UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang