Dua puluh tiga

292 59 11
                                    


"lo mau kemana?".

"Dapur, Mas... ada yang bisa saya bantu?" Mata Aby membulat menatap Darren. Laki-laki itu masih saja berwajah datar. Bukan Darrend namanya kalau nggak kaku dan sok dingin.

Darren diam beberapa saat, anak-anak rambut Aby tampak tidak rapi diatas pelipisnya, bercampur sedikit keringat. Bisa jadi karena dia baru saja selesai beres-beres rumah.

Alangkah ajaibnya Tuhan menciptakan gadis itu, dalam kondisi apapun dia tetap terlihat cantik. Setidaknya dimata Darren. Atau hanya karena perasaan aneh ini  saja yang membuatnya berbeda?

"Mas??." Aby mengulangi panggilannya. Cowok ganteng bisa kehilangan konsentrasi juga, yah... kekurangan cairan mungkin?? Pikirnya iseng, mengingat sebuah iklan di televisi yang baru saja dilihatnya. 

Darren menggulung lengannya kemudian menghampiri gadis itu. Hanya berjarak beberapa jengkal didepannya.

"Ntar pulang kerja ikut gue, yah..." Katanya, kali ini wajahnya sedikit berekspresi. Sedikit saja.

"Kemana Mas?." Aby berusaha mengingat-ingat apakah ada janji dengan ibu atau adiknya nanti sepulang kerja.

"Yang jelas bukan ke Pasar".

Heh!!

Aby berusaha menetralkan ekspresi wajahnya. Jawaban apa tadi? Nggak lucu!

Gadis itu menggeleng pasrah beberapa saat setelah Darren pergi. Ia tidak mengerti apa yang sedang dia inginkan dari Darren, tiap kali bertemu dengan laki-laki bertampang maskulin itu dia selalu tidak bisa menemukan arah perasaannya. Jelas ini perasaan suka, bahkan mungkin sudah jatuh cinta. tapi hanya gadis bodoh yang masih mau berdamai dengan perlakuan laki-laki macam dia. Sebentar kasar, sebentar menyebalkan dan jarang baiknya. Ia bahkan seringkali merasa dimanfaatkan.

Aby hanya  membiarkan semua apa adanya, tanpa berusaha mencari tahu, tanpa berusaha memastikan. Karena sejujurnya ia takut berharap, ia takut berangan-angan kemudian suatu saat dia akan terhempas. Tidak ada alasan untuknya berjuang, karena dia tahu tak ada satupun kelebihan yang dia miliki yang pantas disandingkan dengan laki-laki tampan dan kaya raya itu. Beberapa kali bahkan alarm dalam dirinya berteriak, mempertegas posisi diantara mereka.

Terkadang ia ingat kata-kata ibu, bahwa hidup itu bukan hanya apa yang kita inginkan, tapi apa yang kita perjuangkan. Nyatanya tekad Aby tidak setegar angan-angannya. Nyalinya ciut sejak pertama kali perasaan aneh itu ada. Dia hanya butiran ee'nya keong ditengah hamparan pasir dilautan.

*********

"Heran saya sama kamu By, mau-maunya nurutin Darrend. kamu sadar nggak kalau anak badung itu manfaatin kamu?" Suara bu Mia gemas. dia sengaja memanggil Aby setelah tahu kejadian tunangan palsu dari Juno semalam saat baru saja sampai di Indonesia. Laki-laki itu sengaja meluapkan kekesalannya dengan cara mengadukan semua perbuatan Darrend pada omanya.

"Mungkin mas Darrend tidak punya pilihan lain saat itu, Bu?" jawab Aby berhati-hati. ujung mata bu Mia memandangnya tajam.

"Yang seperti itu kamu bilang tidak punya pilihan lain?" Bu Mia meneguk air putihnya, kemudian meletakkan gelasnya lagi di atas meja.

"Darrend is targeted by many women."

"Berapa banyak perempuan yang bisa dia pilih untuk memerankan drama murahan itu? harusnya itu bukan kamu... " Bu Mia menggeram.

"Saya benar-benar kesal sama anak itu!"

Aby tersenyum tipis. "Saya nggak apa-apa bu, lagipula pernikahan mbak Friska sudah lewat... "

Bu Mia memandang Aby dalam-dalam. "Ibu cuma takut kamu jatuh cinta sama dia sayang..." Ucapnya, kemudian meraih jemari Aby lembut.

"Mencintai, tanpa balasan itu sakit ... ibu pernah muda, dan ibu tau karakter Darrend, dia  hanya pernah jatuh cinta sekali sampai saat ini, susah untuk dia membuka hati."

✔️I got UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang