Capek, mungkin itu satu-satunya kata yang bisa mendeskripsikan keadaan Nara saat ini. Tugas tiada henti, project kelompok, belum juga tanggung jawab kepada kepanitiaan dan organisasi yang diikuti, semuanya tanpa henti menjejal dan menguras energi kehidupan Nara selama seminggu ini. Nara tidak sedang mengeluh kok, tapi manusiawi kan kalo merasakan capek dan penat atas rutinitas yang terus menerus dilakukan tanpa ada selingan.
Selingan itulah yang kini menanti Nara di depan fakultasnya. Disana Daniel berdiri disamping mobilnya sambil dengan sabar menunggu Nara keluar kelas."Nar, nara!" Panggil Daniel saat melihat orang yang ditunggunya telah menampakkan kehadirannya.
Nara tentu saja kaget dan bingung, mengapa Daniel menghampirinya ke kampus, padahal Nara ingat ingat tidak ada janji rapat atau bertemu?
"Eh nil lo ngapain disini?" Tanya Nara saat telah berada di depan Daniel
"Nyariin elo lah, masa nyariin mamang bakso kantin kampus lo sih"
"Yeee ditanyain serius"
"Iya ini gue juga serius sih. Hm lo sibuk gak abis ini? Mau langsung pulang apa masih ada acara lagi?"
"Pelan pelan pak nanya nya satu satu aja gak usah keroyokan. Ini mau pulang aja sih"
"Bareng mau gak?"
"Hmmm mau gak ya?"
"Mau aja lah sok sok an lu." kata Daniel lalu membukakan pintu penumpang untuk Nara.
"Yaudah deh buat mas daniel aku mah ngikut" Kata Nara sambil cekikikan yang langsung ditoyor pelan oleh Daniel.Ya, Nara dan Daniel jadi dekat akibat kepanitiaan yang mereka ikuti. Belum lagi karakter dan sifat keduanya begitu mirip dan cocok menyebabkan keduanya cepat akrab dan tidak canggung satu sama lain. Bisa dikatakan mereka jadi bersahabat dengan cepat. Padahal ini baru dua bulan sejak perkenalan pertama mereka. Daniel itu anaknya sangat straight forward dan easy going. Kalo dia sudah nyaman pada seseorang, dia bakalan nempel terus sama orang itu. Jadi Nara udah gak heran kalo Daniel agak sedikit clingy ke dia walaupun awalnya hubungan mereka sebatas kepanitiaan antara ketua divisi dan wakilnya.
"Nil ini mau kemana deh, rumah gue gak kearah sini, mau nyulik gue lo ya?!" kata Nara sedikit bercanda tapi bingung, kenapa Daniel menuju arah lain padahal rumah Nara dan Daniel pun tidak menuju ke arah ini kan.
"Iya cari makan dulu lah kita emang lo gak laper? Kalo gue sih laper Nar"
"Traktir enggak? Kalo traktir gue ayok sih"
"Yeee dasar kesempatan dalam kesempitan lo ye emang, iya gue traktir dah"
"Yes thanks bos ku" kata Nara sambil nyengir lalu kembali melanjutkan aktivitas melihat lihat pemandangan jalan raya diluar yang sedang padat-padatnya malam itu. Daniel hanya melirik sedikit ke arah Nara ikut tersenyum melihat aksi lucu Nara.Suasana makan malam mereka jadi sangat ramai. Selain keduanya memang sedikit talkative, keduanya juga gemar tertawa bahkan hal-hal konyol yang kalo kata anak jaman sekarang sih selera humor receh. Ya begitu mereka berdua apa saja bisa jadi bahan candaan.
"Nil by the way itu kenalin gue kek sama temen lo yang itu, yang biasa lo ajak tuh" kata Nara seraya menyeruput jus jambu kesukaannya
"Yang mana?"
"Yang nempel sama lo terus itu, yang udah kayak homo sama lo"
"Eh anjir homo sialan lo ya, si Satya maksud lo?"
"NAH iya itu, yang ganteng. Kenalin kek. Jomblo kagak?"
"Gantengan juga gue sih"
"Idih males. Kenalin kek, masa sering ketemu tapi gue gak kenal"
"Gak gak, lo naksir ya sama dia? Gak pokoknya lo gak boleh naksir sama dia"
"Sok protective amat elah lu mah"Sebenernya Daniel itu bukan protective, tapi ada sedikit perasaan sedih dan kecewa ketika Nara bilang dia ingin dikenalkan ke Satya, apalagi bawa bawa kata "jomblo". Daniel juga jomblo, kenapa gak sama Daniel aja? Ohhh jadi Daniel sekarang ada berharap sama Nara, tapi gengsi. Ada sedikit ketakutan kalau apa yang dirasakan Daniel tidak sama dengan yang dirasakan Nara karena keduanya sendiri pun masih dalam status pertemanan biasa, itupun mereka dekat akibat kepanitiaan di kampus.
Menghentikan pikirannya yang sudah kemana-mana, Daniel yang awalnya duduk berhadapan dengan Nara kini berpindah duduk ke sebelahnya. Lalu tanpa pikir panjang mulai memainkan rambut Nara. Ya, memainkan rambut Nara jadi salah satu hobi baru buat Daniel. Kapan pun dan dimana pun kalo sudah sama Nara, siap siap aja rambut Nara mau dikuncir atau digerai akan jadi bahan mainan Daniel.
"Nil lo tuh tau gak sih lo tuh jail plus usil dan annoying banget kadang kadang"
"Tau" balas Daniel yang masih dengan asik menyisir-nyisir rambut Nara dengan jarinya.
"Nah tuh lo ngerti, kurang-kurangin usil lo sih."
"Tapi lo suka kan gue usilin?"
"Gue bukan suka, tapi gue cuma udah terbiasa aja jadi gue udah gak gitu peduli keusilan lo"
"Yaudah sekarang cukup gue aja yg usilin lo, yang lain jangan. Kalo perlu kalo ada yang usilin lo, lo bilang aja ke gue biar gue tabok itu orang ya"
"Iya bapak daniel" kata Nara saat itu tanpa mengerti apa yang dimaksud Daniel. Nara hanya menganggapnya sebagai candaan dan angin lalu saja dari seorang Daniel Karendra.Saat itu berkat adanya Daniel, segala lelah Nara dapat dilupakan sejenak dengan bergurau dan bercerita dengan Daniel. Nara tanpa sadar telah menemukan obat dan penawar dirinya. Mungkin ini juga sih yang dinamakan kita itu gak pernah tau apa yang menanti di hadapan kita. Apa yang udah direncanain Tuhan buat kita karena berkat attempt pertama Daniel ini sedikit demi sedikit membuka pintu hati Nara. Walaupun keduanya masih sangat denial dengan perasaan masing-masing.
----------
hallo guys, its me again. Im sorry its taking too long for the update, i kind of having writerblock thingy and a hectic week i guess? So yeah here's the new chapter i hope it wouldn't be too lame and i might edit it somehow but please bear with me.
Btw klo bingung ini alurnya gimana, so i use alur maju-mundur ya jadi some posts maybe happens in the future, some posts maybe kind of flashback atau asal muasal cerita yang lainnya. hehe.DONT FORGET TO VOTE AND COMMENTS AYEEE:)
KAMU SEDANG MEMBACA
amitié • kang daniel
Fanfiction"Daniel lo tuh bego tapi jangan bego bego amat dong," "...gue gak nyangka aja lo bisa setolol dan sebajingan ini..." - a local fanfiction (indonesia) (c) copyrights all reserved. cheesysugarr. 2017