#24 jealousy

1.3K 183 13
                                    







"Kamu nih kenapa sih aneh banget deh?"




Hari ini masih sama seperti hari sebelumnya, Daniel pergi untuk menjemput Nara. Nara yang menyuruh Daniel? Tidak. Ini Daniel saja yang mau. Alasannya sederhana, "yaudah Nara biar aku aja yang jemput kan aku bisa, ngapain repot-repot. Calon suami kok gak diberdayakan". Gitu. Jadilah tugas Daniel untuk menjemput Nara, walaupun kadang Nara ngotot dan ngeyel untuk naik motor saja sendiri ke kampus ataupun ke tempat lain. Biar tidak ribet dan tidak merepotkan Daniel tentunya.

Daniel sore ini menunggu di dalam mobilnya. Nara sedang ada rapat himpunan, persiapan untuk demisioner karena ini sudah tahun terakhirnya di kepengurusan himpunan. Sekitar 15menitan Daniel menunggu sambil mendengarkan radio di dalam mobilnya, dilihatnya sosok Nara keluar dari gedung himpunannya. Tapi sebentar, Nara bersama orang lain. Lelaki. Dan ekspresi Nara terlihat sangat asyik dan menikmati entah apa obrolannya dengan lelaki tersebut.

Sedikit penasaran, Daniel menurunkan sedikit kaca mobilnya untuk melihat lebih jelas siapakah lelaki yang sedari tadi diajak bicara oleh Nara sampai wanitanya itu tidak menyadari kehadirannya.

Masih tak sadar, Daniel akhirnya memanggil Nara. Sedikit kesal, tapi coba ditahannya. Tunggu nanti sudah di dalam mobil saja kesalnya.
"Nara" panggil Daniel dari dalam mobilnya.
Samar didengar oleh Nara, matanya lalu mencari sumber suara tersebut. Lalu dilihatnya Daniel sudah menunggu di dalam mobilnya.

"Heh gue udah dijemput. Duluan ya" pamit Nara pada teman lelakinya tersebut.
"Hahaha ok deh, hati-hati ya Na, inget besok jangan telat" jawab lelaki tersebut sambil melambaikan tangannya ke arah Nara yang sudah melangkah ke arah mobil Daniel.
"Iya siap"

Setelah duduk di dalam mobil. Nara membuka pembicaraan melihat Daniel yang masih diam dan menggenggam setir mobilnya.
"Hei, udah lama ya nunggunya?" tanya Nara.
Daniel masih diam.
Menjawab seadanya, Daniel berbicara sambil tetap menatap apa yang ada di depannya, "udah".
Lalu Daniel mulai menjalankan mobilnya. Masih diam. Nara bingung, ada apa dengan pacarnya ini. Tidak biasanya dia diam seperti ini mengingat seorang Daniel yang hanya bisa diam kalau sedang tidur, itupun juga jarang.

"Niel kamu kenapa sih?" Tanya Nara penasaran dengan perubahan sikap Daniel.
"Gak kenapa" jawab Daniel dingin.
"Ih gitu kan, gak kenapa tapi diem, tapi jawabnya ketus"
Lagi-lagi diam yang didapat Nara.

"Kamu nih kenapa sih aneh banget deh?" tanya Nara lagi pada Daniel yang sedari tadi mendiaminya.
"Cowok tadi siapa Nar?" akhirnya Daniel mengutarakan rasa penasaran nya.
"Kenapa tiba-tiba nanya itu? Aneh deh kamu ya"
"Yaudah tinggal jawab aja" balas Daniel
"Tadi itu kak Aris"
"Aris yang dulu pernah deket sama kamu?"
"Kenapa sih kamu nih?" tanya Nara sedikit risih. Kenapa Daniel harus menanyakan hal tersebut.
"Bener berarti" jawab Daniel yang masih fokus pada jalan didepannya.
"Kalo bener emang kenapa? kamu cemburu?" tanya Nara lagi.
"Ah cemburu? Not a chance" jawab Daniel sambil menghembuskan napasnya kasar.
"Ya terus kenapa?". Nara sebenarnya paham betul Daniel kalo sudah bertindak begini pasti dia cemburu, tapi dia gengsi saja untuk mengakuinya. Namanya juga Daniel.
"Aku gak suka aja liat kamu tadi deket banget sama dia" akhirnya jawab Daniel pelan ketika mereka berhenti di lampu merah.
"Cemburu kamu yaaaa???" balas Nara sambil menggoda Daniel, mencolek pelan pipinya.
Daniel hanya bisa merenggut seperti anak kecil sambil tetap menatap ke depan.
"Niel, dia tuh temen aku. Kita kenal udah lama. Iya, kita pernah deket. Tapi udah disana aja. Itu udah dulu. Gak usah dibahas-bahas lagi sekarang" jelas Nara.
"Tetep aja. Aku gak suka"
"Ihhhh sayang aku kok jadi cemburuan gini sihhhh" sambung Nara sambil kembali mencolek pipi Daniel.
Akhirnya untuk dapat berbicara lebih fokus dan tidak membahayakan diri mereka karena Daniel berbicara sambil mengemudi, akhirnya Daniel menepikan kendaraannya.
"Aku serius Nara" jawab Daniel lalu menoleh ke arah Nara. Tatapannya serius.
Nara yang melihat tingkah pacarnya hanya bisa tersenyum lalu meraih tangan Daniel untuk menautkan dengan tangannya.
"Daniel sayang, aku ini kan udah punya kamu ya, ini cincin kita gunanya kan buat nunjukin aku tuh punya kamu ya. Harusnya kamu jangan ragu dan pusingin masalah sepele gitu lagi dong sayang. Sekarang yang ada di pikiran aku tuh cuma kamu. Harusnya kamu juga jadiin aku satu-satunya di pikiran kamu, jangan dicampur aduk sama pikiran kayak tadi"
Daniel hanya bisa diam sambil menatap wajah Nara.
"Tapi aku takut Nar, aku takut kamu pergi"
"Pergi kemana sih Daniellll?..." balas Nara dengan memanjangkan huruf "L" pada nama Daniel.
"Aku tuh disini. Sama kamu. Iya aku pernah deket sama kak Aris. Pernah suka juga ya pernah. Tapi itu dulu. Sekarang aku deketnya sama siapa? Sukanya sama siapa? Sayangnya sama siapa? Tunangannya sama siapa?" sambung Nara sambil masih menautkan tangan Daniel.
"Aku" jawab Daniel pelan.
Mendengar jawaban Daniel yang malu-malu Nara hanya bisa tersenyum lalu mengelus pipi Daniel.
"Nah itu ngerti. Udahan ya cemburu-cemburunya. Gak suka aku kalo kamu diem. Kan aku jadi kangen suara kamu"
Akhirnya Daniel meluluh dan membalas senyuman Nara. Bodoh Daniel sempat berpikir seperti itu pada Nara hanya karena hal sepele seperti tadi.
"Tapi aku masih kesel" jawab Daniel lagi melepaskan tautan tangan Nara.
Nara sempat kaget, "kesel kenapa lagi deh ini"
"Kesel soalnya kamu lama banget keluarnya, aku jadi lama nungguin dan jadi kangen terus kan" jawab Daniel lalu nyengir ke arah Nara.
"Yeeee dasar tukang keju" Nara mencubit pelan lengan Daniel sampai Daniel mengeluarkan suara kesakitan sedikit.
"Yah maaf yang. Tapi beneran tau"
"Yaudah nanti aku nginep deh. Tapi besok anterin ke kampus pagi-pagi" kata Nara.
Mendengar hal tersebut Daniel lalu tersenyum, merasa menang.
"Ok. Apapun buat Kinara Radisti. Eh, sekarang apa udah boleh Kinara Karendra?" goda Daniel lagi.
"Terserah bapak Karendra aja, saya ikut. Tapi beneran loh ya, awas ngebo! Tempeleng nih?" Ancam Nara mengundang tawa dari Daniel.
"Kiss dulu dong kalo gitu?" Kata Daniel lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Nara.
Tanpa basa-basi Nara lalu menepuk bibir Daniel. Daniel yang terkejut kembali lagi berteriak kecil akibat tepukan Nara di bibirnya. Nara pun hanya bisa tertawa melihat Daniel lalu mengusap-usap bibirnya. Padahal tepukan tadi tidak keras, Daniel ini memang suka mendramatisir.

Sadar telah lama berhenti, keduanya kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini, diiringi gelak tawa dan obrolan keduanya.








——————



yhaaaa Daniel mau kiss ditolak yhaaaa

Nara menolak rejeki

amitié • kang danielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang