Dering pertama...
Dering kedua...
Dering ketiga...
Terdengar suara di ujung lain telepon, suara yang telah sangat dirindukan Nara. Daniel.
"Hallo"
"Halo Daniel, kamu lagi apa?"
"Aku lagi ngerjain project nih yang sama temen-temenku. Kenapa?"
"Gak kenapa aku kangen, kamu sibuk ya?"
"Iya lumayan sih"
"Yaudah kalo gitu kamu lanjutin aja"
"Yaudah yang nanti aku telpon lagi ya"
Dan selesai. Percakapan telepon Daniel dan Nara bisa dihitung dalam hitungan detik.Sudah selama dua minggu ini, hubungan keduanya berakhir dengan hanya percakapan singkat di telpon, atau hanya sebatas pesan singkat. Itu juga kalo Nara yang menelpon Daniel. Kalo tidak? Daniel mungkin hanya akan mengirim pesan singkat kepada Nara yang isi intinya sama "sorry yang tadi aku lagi sibuk, aku juga kangen, nanti kalo kelar kita ketemu ya sayang". Tapi tak ada yang direalisasikan.
Nara sedih? Tentu. Nara tidak tahu apa yang sedang Daniel kerjakan dan apa yang dia lakukan sama sekali. Apakah Daniel baik-baik saja?
Tapi pikirannya kembali terganggu akan memori percakapan telepon tempo hari lalu dengan Daniel. Nara mendengar suara seorang perempuan. Nara tidak pernah mempersalahkan Daniel untuk berteman dengan siapapun, baik pria ataupun wanita. Nara percaya kalau Daniel akan tahu batasannya. Tapi kali ini...Nara mulai bimbang, Nara merasa Daniel menutup dirinya dari Nara. Tidak biasanya Daniel seperti ini, biasanya apapun yang Daniel lakukan dan siapapun temannya Daniel akan selalu terbuka dan cerita pada Nara. Tapi tidak dengan dua minggu terakhir ini. Dan itu membuat Nara takut.Walaupun kesepian, untungnya ada Satya yang mau menemani Nara. Satya sendiri tidak tahu apa kegiatan Daniel ketika Nara tanyai. Aneh. Biasanya keduanya selalu melakukan kegiatan apapun bersama dan saling memberitahu satu sama lain. Ataukah Satya sebenarnya tahu tapi sengaja menutupinya? Tapi yang jelas, Satya lah yang menemani Nara beberapa hari kebelakang ketika Daniel tidak mampu memenuhi tugasnya sebagai pacar.
Awalnya Nara masih mencoba berpikir positif dan tenang, tapi sore itu, Nara sudah tidak sanggup lagi. Dia melihat dengan mata kepala nya sendiri bahwa Daniel sedang berduaan dengan seorang wanita. Yang bahkan Daniel terlihat sangat santai dan senang bersama wanita itu. Ketika Nara ingin menghindar, sialnya Daniel menyadari keberadaannya dan menghampiri Nara. Disanalah kemampuan akting Nara diuji.
"Nara, kamu ngapain disini? Kok sama Satya?" tanya Daniel setelah berhadapan dengan Nara.
Sebelum Nara sempat menjawab, Satya telah lebih dulu maju dan berbicara dengan Daniel.
"Eh bro, iya ini Nara minta ditemenin beli buku trus laper yaudah deh"
Tatapan Daniel begitu dingin. Nara bahkan tak berani menatap mata Daniel.
"Gue gak suka lo pergi berdua sama cewek gue" jawab Daniel menatap tajam ke arah Satya.
"Dia cuma nemenin aku kok. Kan kamu sibuk" balas Nara, sedikit menyindir Daniel.
Daniel yang merasa disindir lalu menatap Nara, "gue mau ngomong sama lo", katanya sambil mencoba menggenggam tangan Nara. Sebelum berhasil meraih tangan Nara, Nara telah lebih dulu menghindar.
"Nanti aja, kayaknya lo lagi sibuk dan lagi sama seseorang," sambil melirik ke arah wanita yang diajak Daniel masih tenang duduk di tempatnya menunggu Daniel, ".. jadi mending lo kelarin urusan lo baru ngomong ke gue. Yuk Sat" akhir Nara sambil menarik tangan Satya untuk segera pergi dari tempat itu.
Kalau nanti mereka berbicara disana, Nara sungguh tak ingin menarik perhatian orang disana dengan obrolan yang mungkin tak diinginkannya disana dengan Daniel.
Satya yang masih diam, mengikuti kemana Nara membawanya. Setelah mereka duduk di restaurant di luar mall tersebut, sambil menunggu makanannya datang, Satya membuka pembicaraannya.
"Nar maafin gue lo harus liat Daniel disana"
"Ah? Kok lo yang minta maaf? Kan kita gak tau dia disana" jawab Nara mencoba berpura-pura tegar.
"Sebenarnya gue tahu Daniel dua minggu terakhir ini ngapain, tapi gue gak mau bilang ke elo, gue rasa bukan hak gue buat ngomongin hal ini ke elo."
"Maksud lo?" Nara masih bingung sekaligus kaget, dia bahkan menghentikan aktivitas minumnya seketika setelah mendengar pernyataan Satya.
"Jadi Daniel itu emang lagi ada project kampus, tapi kerjanya itu sama si Deta, cewek itu, cewek itu udah naksir lama sama Daniel. Lo ngerti kan Daniel dilabel tukang PHP lah player lah, dan dia populer di kampus? Nah si Deta itu merasa kalo Daniel itu ngasih dia harapan. Jadi...dia berasa ada hak buat deketin Daniel terus. Lo ngerti kan Daniel itu kayak gimana."Nara hanya tertawa renyah mendengar pengakuan Satya.
"Emangnya orang-orang di kampus lo gak tau Daniel udah ada ceweknya? Gue gitu?" Nara bahkan ragu mengatakan dirinya sebagai pacar Daniel. Masihkah Daniel menganggapnya pacar because it doesn't seem like that.
"Ya tau. Tapi lo ngerti cewek-cewek itu gimana. Gue juga gak ngerti kenapa dia masih aja usaha buat deketin Daniel."
"Kok kegatelan amat itu cewek?" balas Nara, ada sedikit kemarahan dari nada bicaranya, tapi yang lebih mendominasi? kecewa.
"Yaaa gimana ya..." jawab Satya ragu, menghindari tatapan Nara dengan memainkan sedotan jus jeruk nya.
"Ya Danielnya juga bego ya Sat? Kecewa gue Sat" balas Nara singkat.
Nara bingung, Daniel lo tuh bego tapi jangan bego bego amat dong. Kalau sudah begini, Daniel terus meladeni si Deta Deta ini, dia akan jadi semakin yakin kalo Daniel benar naksir dia. Yaampun Daniel lo nih kepala lo pernah ketimpuk batu apa gimana sih jadi bego gini. Satu sisi Nara marah, satu sisi Nara juga kecewa dan sedih.
"Sat, kenapa lo gak bilang sama gue?"
"Maafin gue Nar, gue...gue gaktau kalo bakalan gini, gue pikir Daniel gak akan begitu dan hubungan kalian gak bakal jadi renggang begini"
"Iya gue juga udah dengan begonya percaya sama Daniel."
Tepat selesai Nara bicara, makanan pesanan mereka datang. Keduanya lalu makan dalam diam. Nara bahkan jadi sedikit tidak bergairah lagi untuk makan. Pikirannya melayang. Apakah Daniel masih bersama wanita itu? Apakah pertemuannya hanya benar benar sebatas project kampus?
Ah sial, Daniel Karendra pergi lo dari pikiran gue!————————
Seusai mengantar Nara pulang, Satya kembali ke rumahnya. Disana dia melihat Daniel menunggunya di depan rumahnya. Tanpa basa-basi Daniel lalu menghampiri Satya.
"Sat, lo kemana aja sama si Nara?" Tanya Daniel tegas, tak ada sedikit pun keraguan di nada bicaranya. Hal ini sedikit membuat Satya kaget dan takut. Tapi Satya mencoba dengan santai menjawab pertanyaan Daniel.
"Baru inget lo sama Nara?" jawab Satya tidak menggubris pertanyaan Daniel.
"Jawab dulu pertanyaan gue, lo abis kemana aja sama si Nara?" Ulang Daniel lagi, kali ini dengan nada dan suara lebih tegas dibandingkan sebelumnya.
"Ke toko buku terus makan"
"Sat, selama ini lo yang nemenin Nara terus?"
"Iya emang kenapa? Kan lo sibuk" balas Satya tanpa takut meng emphasize kata sibuk nya.
"Maksud lo apaan?"
"Gue gak ada maksud apa apa, lo kali yang ada maksud apa apa"
"Sat, Nara itu cewek gue, lo gak pantes pergi berduaan sama dia terus"
"Terus emang lo pantes pergi berduaan sama cewek lain? Sementara Nara lo lupain? Pikir dong bro. Masih inget lo punya cewek? Hebat. Gue pikir lo udah lupa dan berasa jomblo lagi."
"Sat lo tuh sahabat gue harusnya lo bisa ngerti situasi gue sekarang, kok lo malah nyalahin gue gini? Naksir lo sama si Nara?"
"Kalo gue naksir Nara udah gue embat dari lama kali! Cowoknya bego gini kok." Belum selesai Satya bicara, satu pukulan meluncur dipipinya. Daniel geram, tatapannya gelap dan penuh amarah.
"Jaga mulut lo ya Sat" sambung Daniel masih mengepal tangannya.Satya yang meringis sambil memegang pipinya melanjutkan kembali ucapannya yang sempat terputus, "Lo gak usah berasa superior deh. Kalo lo emang gak bisa komitmen sama satu cewek mending lo gak usah berani pacaran deh. Dan satu lagi, gue ngomong gini bukan gue naksir Nara, tapi gue prihatin sama kondisi lo berdua. Nara itu sayang sama lo, dua minggu ini dia nahan sedihnya sendiri just for the sake biar lo gak khawatir atau mikirin dia, dia mau lo fokus sama kerjaan lo. Tapi gaktau deh kerjaan lo ngapain aja."
"Lo gak usah ikut campur deh Sat, gue minta bantuan lo kemaren just for that one time ya. And for the sake of Nara."
"Daniel Karendra, gue ini udah lama temenan sama lo dari orok kali ya, tapi gue gak nyangka lo akan setolol dan sebajingan ini sama cewek. Enough said aja. Lo emang bener player. Oh and don't ever tell me you do it for Nara's good because she surely is not good right now dan semua itu karena lo."Tanpa panjang lebar lagi, Satya segera masuk ke dalam rumahnya tanpa memperdulikan Daniel yang masih berdiri diam di depan rumah Satya. Wajahnya masih mencirikan amarah dan kegeraman. Tapi di sisi lain, hatinya sedih mendengar penjelasan Satya tentang kondisi Nara. Kok lo bisa tega begini sih Niel?
Tanpa basa-basi Daniel masuk ke dalam mobilnya, tidak langsung pergi, dia masih duduk disana, meredam amarahnya dan menenangkan pikirannya sebelum bisa pulang ke rumah dan...menyelesaikan masalahnya dengan Nara.
Daniel, lo baru aja denger cewek lo itu menderita lo giniin, lo sadar gak sih? Dan lo baru aja abis berantem sama sahabat lo gara-gara ketololan lo sendiri. Kurang brengsek apalagi lo jadi cowok.
What kind of the mess you get yourself into Daniel Karendra?
KAMU SEDANG MEMBACA
amitié • kang daniel
Fanfiction"Daniel lo tuh bego tapi jangan bego bego amat dong," "...gue gak nyangka aja lo bisa setolol dan sebajingan ini..." - a local fanfiction (indonesia) (c) copyrights all reserved. cheesysugarr. 2017