#nowplaying Don't Say You Love Me - Fifth Harmony
Tiga hari,
sudah tiga hari baik Daniel maupun Nara masih betah dalam diamnya. Tidak ada yang mau mencoba, mungkin gengsi, mungkin sakit hati, mungkin juga takut. Takut menghadapi fakta akan apa yang sebenarnya terjadi saat ini, takut akan apa yang mungkin terjadi nanti.
Sementara Daniel masih sibuk dengan urusannya, Nara kini jadi lebih dekat dengan Satya. Daniel, lo kok gak sadar sih posisi lo ini bisa keganti sama si Satya?
"Kak, kok akhir-akhir ini gue sering liat lo sama Bang Satya ya?" Tanya Agas, ketika mereka sedang bersiap pulang sehabis rapat di sekber himpunan.
"Ya kenapa emang?" Jawab Nara masih sibuk merapikan dokumen.
"Ya kan biasanya sama Bang Daniel terus kak, tapi udah lama ya Bang Daniel gak kesini, lo...-" Agas menghentikan pembicaraannya, menimbang-nimbang apakah melanjutkan pertanyaannya atau tidak.
"Kenapa?" Nara tampak bingung Agas tiba-tiba menghentikan pembicaraannya.
"Lo gak putus kan sama Bang Daniel?" lanjut Agas, berharap semoga Nara tidak tiba-tiba menangis atau marah pada Agas karena menanyakan topik sensitif ini.
Nara sempat diam, seburuk itukah hubungannya dia sekarang dengan Daniel sampai orang lain bisa berpikir dia dan Daniel telah berpisah?
"Gue masih menentukan apakah gue mau lanjut atau udahan aja Gas" lalu Nara diam kembali. Suasana menjadi hening. Tak ada yang berani memulai pembicaraan lagi.Sore itu, Nara kembali ditemani Satya.
"Nar, lo gak ada hubungin Daniel?"
"Gak ah ngapain?"
"Ya...kalo gini terus sampe gue nikah juga gak akan kelar masalah kalian berdua"
"Gue takut Sat, gue takut kalo gue coba hubungin Daniel, gue menemukan fakta-fakta menyakitkan lainnya. Gue...-.."
Nara diam, memikirkan ulang kembali apa yang akan dikatakannya. Satya masih melihat Nara penuh antisipasi.
"Gue masih mau mantepin hati gue, apa gue mau lanjut apa udahan aja sama Daniel"
Sontak Satya kaget mendengar jawaban Nara langsung tersedak es jeruk yang tadi diminumnya.
"Lo...lo yakin?"
"Karena gue belum yakin makanya gue mau biarin gini dulu. Kalo emang Daniel masih mau mertahanin gue, hubungan gue sama dia, gue akan percayakan itu. Tapi kalo emang dia udah gak mau, gue bisa apa?"
"Tapi Nar lo tau sendiri kalo kalian sama-sama diem gak akan ada titik temu masalah kalian berdua. Dan gue yakin lo masih sayang sama Daniel. Begitu juga Daniel ke elo. Nar, temen gue yang satu itu emang gebleknya kebangetan, tapi gue yakin dia tuh sayang dan mau mertahanin lo Nar. Gue bisa liat dari cara dia merhatiin elo, gak pernah ya seumur hidup gue temenan sama dia, dia tuh sebegitu pedulinya sama orang selain elo Nar. Pengalaman cinta dia emang dikit, tapi kalo dia udah sayang sama orang dia bakal jaga baik-baik orang itu, walaupun dengan cara tolol yang mungkin gak masuk akal manusia aja. Gue mau minta satu aja, lo pikirin baik-baik, jangan sampe lo nyesel sama pilihan lo. Gue gak mau liat lo berdua gini terus, lo berdua sahabat gue, gue mau yang terbaik buat kalian, tapi kalo emang yang terbaik buat kalian adalah gak seperti apa yang gue ekspektasikan then let it be. I'll be here to support".
Nara hanya diam mendengar omongan Satya. Pikirannya jauh memikirkan bagaimana kelak hubungannya dengan Daniel. Daniel, lo kemana sih?—————————
Daniel baru saja menyelesaikan tugasnya di kampus. Sudah tiga hari sejak kejadian Daniel menonjok Satya, keduanya masih betah diam tak bersapa. Daniel tahu Satya sering bersama Nara, sedikit banyak menimbulkan rasa marah dan cemburu di hati Daniel. Tapi disisi lain, Daniel masih termakan gengsi nya sendiri, masih membiarkan ketidakjelasan hubungannya dengan Nara.
"Daniel, gue denger lo ada masalah sama Kak Nara?" tanya Abim ketika keduanya sedang duduk santai di teras rumah.
Daniel kaget belum siap menjawab pertanyaan Abim tapi mencoba setenang mungkin untuk menjawab, padahal pikirannya sudah pusing tak karuan memikirkan hal tersebut.
"Lo tau darimana?"
"Agas cerita. Dia...dia tadi ngobrol sama Kak Nara. Bang masalah lo ini sebenernya apa sih? Gue denger lo kemaren tengkar sama Bang Satya?"
"Rumit Bim, anak kecil gak akan ngerti"
"Gue bukan anak kecil" Abim mendengus pelan. Daniel hanya bisa tersenyum tipis melihat kelakuan adik sepupunya itu.
"Kayaknya emang ini salah gue ya Bim?"
"Kalo emang apa yang gue denger tentang masalah lo ini bener, tentang lo yang deket sama cewek yang lo tau sendiri dia naksir lo dan berusaha deketin lo, dan lo melupakan Kak Nara, berarti iya, lo salah. Salah besar"
"Tapi gue kan deket si Deta karena kita ada project kampus Bim. gak mungkin dong gue pilih pilih partner?"
"Gue gak bilang lo harus pilih partner, tapi lo tuh harus inget batasan lo kak. Kak Nara itu udah baik banget mau maklum lo giniin, tapi dia juga punya batasan sendiri kak. Jangan sampe lo lewatin batasan itu dan bikin lo sendiri nyesel."
"Tapi Bim gue gini pun biar Nara gak punya pikiran aneh-aneh Bim sama gue, gue gak mau nanti Nara khawatir dan ragu sama gue."
"Tapi sekarang lo pikir deh Bang, dengan cara lo ini, lo bisa menghilangkan pikiran aneh-aneh nya si Kak Nara gak? Yang ada lo malah bikin dia berpikir lo tuh selingkuh, lo gak terbuka sama dia. Apalagi gue denger lo kepergok lagi makan berdua sama si Deta ini? Parah lo bang. Skakmat."
Daniel berdeham mendengar omongan Abim. Abim kembali melanjutkan pembicaraannya.
"Udah deh sekarang, lo mending gak usah banyak mikir, kebanyakan mikir gak kelar-kelar urusan lo. Sekarang lo ngomong ke Kak Nara, lo jelasin semua ke dia. Lo juga harus tegas sama cewek-cewek yang berusaha deketin lo, terutama si Deta deta ini. Lo tunjukin kalo lo tuh nganggep mereka tuh temen, gak ada alasan kasi harapan dan celah. Gue tau it may sounds harsh tapi itu yang perlu lo lakuin sekarang. Gue rasa si Deta ini udah salah arah banget nangkep kebaikan lo ke dia." Abim menghentikan pembicaraannya sebentar untuk memperhatikan reaksi Daniel, yang diajak bicara malah masih menatap kosong ke depan, berpikir dan merenung apa yang harus dilakukan. "Gue ngerti bang lo tuh orangnya emang ramah dan baik as fck ke semua orang. Ngerti gue lo orangnya gak enakan, tapi lo juga harus ngerti, gak semua orang bisa nangkep kebaikan lo dengan maksud yang sama yang lo kasi, gak semua orang bisa lo puasin bang. Ya jelas aja lo dibilang tukang php kalo lo sendiri gak bisa ngasi batasan buat diri lo."
"Dan lagi ya Bang, gue mau lo juga minta maaf ke Bang Satya. Selesaiin masalah lo sama dia juga. Lo udah sahabatan lama sama dia, jangan cuma karena kesalahpahaman sepele lo juga kehilangan dia. Lo cemburu sama dia? Lo tuh harus nya terimakasih, selama ini bang Satya yang rela nemenin cewek lo yang lo lupain itu. Kalo gak ada Bang Satya gue gaktau gimana bakal Kak Nara lo giniin bang. Udah pokoknya lo kelarin sendiri deh masalah lo ini, biar gak makin panjang dan melibatkan banyak orang lagi. Cukup sampai disini aja ya bro masalah-masalah gak penting kayak gini. Gue percaya sama lo bang." Akhir Abim sambil menepuk pelan pundak kakaknya lalu masuk ke dalam rumah meninggalkan Daniel yang masih menatap langit sore itu.Nara, lo dimana, gue kangen lo.
KAMU SEDANG MEMBACA
amitié • kang daniel
Fanfiction"Daniel lo tuh bego tapi jangan bego bego amat dong," "...gue gak nyangka aja lo bisa setolol dan sebajingan ini..." - a local fanfiction (indonesia) (c) copyrights all reserved. cheesysugarr. 2017