#nowplaying: Lost Boy - 5 Seconds of Summer
Sore itu cuaca cukup cerah dan tenang. Matahari telah siap untuk menutup hari menampakan cahaya oranye dan langit cukup biru. Cuaca mungkin bagus hari itu, tapi tidak dengan hati Nara. Kuliah yang cukup melelahkan ditambah lagi masalahnya dengan Daniel yang tak kunjung menemukan titik terang. Keduanya masih betah dengan spekulasi masing-masing.
"Nar woy!" Panggil Satya saat itu diatas motornya di parkiran kampus Nara.
"Ngapain lo?" Tanya Nara bingung dengan kedatangan Satya
"Ayok ikut gue, bang Jita tuh mau ada traktiran gitu di kafe nya"
"Tumben amat?"
"Iya dia mau syukuran karena sebentar lagi akan membuka cabang baru"
"Weh mantab"
"Lo gak bawa motor sendiri kan?"
"Iya tadi gue ngojek hehe"
"Yaudah sini naik" akhir Satya sambil memberikan Nara helm.Selama perjalanan mereka berdua masih diam. Sampai saat Nara teringat, seseorang yang masih ia hindari. Daniel. Tentu saja Daniel pun akan datang ke acara ini. Daniel kan juga sahabat bang Jita. Sesampainya di kafe, Nara bertanya ragu ke Satya tentang hal yang mengganjal pikirannya sedari tadi.
"Sat, ini semua anak anak dateng?"
"Iya kayaknya"
"Daniel?"
"Most likely yes"
"Sat kok lo gak bilang sih, gue mau balik aja deh ya"
Tepat sebelum Nara beranjak pergi, bang Jita menyambutnya diluar mengiring mereka berdua untuk masuk ke dalam. Tidak ada alasan lagi bagi Nara untuk menghindar.Di dalam kafe, disana, dilihatnya seseorang yang sudah lama ia rindukan tapi juga ia hindari. Aduh jangan mikirin rindu rindu dulu deh Nar. Duduk dengan tatapan intense ke arah Nara selagi dia berjalan menghampiri meja tempat mereka berkumpul. Nara merasakan Daniel tak hanya menatapnya dari luar, tatapannya sangat intense seperti menusuk jiwa Nara. Ada siratan kesedihan di matanya, dan satu hal yang tak bisa Nara jelaskan. Mungkin rindu? Keduanya sempat terdiam sejenak, canggung. Tapi untungnya ada Abim dan Bang Jita yang mampu memecahkan suasana canggung itu dengan obrolan dan guyonan mereka. Tak hanya Nara, suasana canggung juga terasa antara Satya dan Daniel. Aneh. Biasanya mereka selalu ribut dan mengobrolkan bahkan hal tidak penting sekalipun ketika bersama. Tapi sekarang? Hening. Hanya ada sedikit kontak mata, selebihnya, Satya berusaha mengalihkan fokusnya untuk berbicara dengan Nara, sama dengan Daniel. Dia diam. Hanya mendengar obrolan teman-temannya sambil hanya sesekali merespon singkat.
"Ngomong-ngomong Nata mana ya?" Tanya Nara pada Bang Jita.
"Skip dulu katanya masih kerja kelompok di kampus" jawab Daniel sebelum bang Jita sempat menjawab pertanyaan Nara.
"Oh" balas Nara, canggung kenapa Daniel yang menjawab pertanyaan nya padahal kan dia bertanya pada bang Jita.Seusainya mereka makan dan berbincang, Abim memulai pembicaraan.
"Geng gue balik duluan ye sama Agas? Mau ada acara lain lagi kita" kata Abim sambil berdiri merangkul Agas.
"Acara apaan lo? Gaya amat" balas Daniel
"Biasa bang, pengacara. Pengangguran banyak acara"
"Yee tampol juga nih" canda Daniel sambil sedikit mengangkat tangannya ke arah Abim berpura-pura akan memukul.
Abim hanya bisa tertawa. Lalu pamit bersama Agas.
"Gue juga musti balik nih bang, makasih ya makanannya." Lanjut Dimas.
"Mau kemana lo?" Jawab Bang Jita
"Nugas dong bang. Sibuk gue sibuk."
"Aelah bocah belagak sibuk. Yaudah sono. Hati hati"
Lalu tinggallah Daniel, Nara, Satya dan Bang Jita. Nara merasa suasananya sedikit tidak nyaman bermaksud untuk pamit juga. Satya yang mengerti situasinya pun segera mengajak Nara untuk pulang.
"Sat balik juga yuk?"
"Oh yaudah yuk"
Sebelum keduanya pergi. Daniel mencegat Nara dengan mengenggam tangannya.
"Sat, Nara balik sama gue. Lo duluan aja"
Kaget. Nara tak tahu harus merespon apa. Satya yang ikut kaget segera melihat Nara tentang jawabannya. Nara hanya menatap Satya mengisyaratkan bahwa dia akan baik-baik saja dan pulang dengan Daniel. Lalu Satya hanya mengangguk dan pergi.Bang Jita yang bingung dengan situasinya hanya bisa berdeham lalu mengantar ketiganya untuk pulang sampai ke depan kafe nya.
Sampai di dalam mobil pun, Nara tak sedikit pun melirik ke arah Daniel. Perasaannya masih marah. Kecewa lebih tepatnya. Walaupun demikian, keduanya betah diam selama perjalanan pulang.Setibanya di depan rumah Nara, Nara segera akan keluar dari mobil Daniel tapi ditahan dengan tangan Daniel.
"Nar gue mau ngomong"
Nara masih diam.
"Yaudah kalo lo masih gak mau ngomong sama gue, tapi please dengerin gue dulu" mohon Daniel. Nara masih diam tak menjawab tapi tetap mau mendengarkan Daniel.
"Nar gue minta maaf okay? Gue salah. Gue bego. Gue tolol giniin lo. Gue...gue emang lagi ada project di kampus yang bikin gue sibuk akhir-akhir ini dan ya gue kerja sama si Deta itu, cewek yang lo liat kemaren di mall, tapi itu cuma sebatas meeting buat ngomongin agenda acara project gue Nar-.."
Belum selesai Daniel bicara, Nara tak tahan dan membalas perkataan Daniel.
"Harus berduaan banget ya meetingnya? Seumur-umur gue punya acara di kampus kayaknya meeting tuh bareng anak-anak panitia yang lain deh."
"Nar, gue tau lo marah. Lo boleh marah sepuasnya sama gue but please trust me kemaren yang lo liat gue sama Deta itu pure ngomongin project kita doang soalnya Deta gak bisa buat meeting sama anak-anak". Nara masih diam. Masih tak ingin menatap Daniel lama-lama.
"Okay Nar gue salah, gue gak cerita sama lo, gue menghindar. Tapi gue cuma mau lo supaya gak khawatir dan mikir yang aneh-aneh sama gue kalo lo tau gue kerja sama cewek itu."
"Trus dengan lo bohong kayak gini gue gak bakalan mikir aneh? Niel lo tau gak sih gue tuh jadi berasa worthless banget. Gue tau apalah gue ini bisa dapetin lo. Gue berasa gak pantes. Gue berasa lo tuh terlalu wah buat gue. Dengan gue kayak gitu, gue merasa gue itu not enough buat lo. Gue jadi insecure sama diri gue sendiri. Dan gue benci perasaan itu. Coba gue tanya, apa gue pernah ngelarang lo temenan? Jalan sama temen cewek lo? Gak pernah. Karena gue percaya sama lo Niel. Tapi kalo lo udah mulai nutupin kayak beginian gue udah gaktau lagi apa gue masih bisa percaya sama lo apa enggak." Jawab Nara, airmatanya mulai menetes. Perasaannya yang selama ini dia tahan mulai meluap.
"Nar...gue...gue minta maaf."
Nara hanya diam. Maaf gak akan segampang itu Daniel."Gue gak mau tau lagi deh Niel. Gue capek" I balas Nara. Pikirannya sudah kalut. Lelah.
"Gue...lebih baik kita...gak usah ketemu dulu"
—————————
BOOM!
kalian tim siapa nih Daniel Nara atau Satya Nara? hehehe comment dibawah ya!!! Kalo aku sih tim Nara bahagia aja deh kasian mbak nyajangan lupa vote nya juga :) thank you
KAMU SEDANG MEMBACA
amitié • kang daniel
Fanfiction"Daniel lo tuh bego tapi jangan bego bego amat dong," "...gue gak nyangka aja lo bisa setolol dan sebajingan ini..." - a local fanfiction (indonesia) (c) copyrights all reserved. cheesysugarr. 2017