#7 attempt [2]

2.4K 291 11
                                    

Nonton ke bioskop, makan, lalu sekedar berjalan-jalan di mall pasti jadi kegiatan yang mainstream banget buat orang yang lagi pedekate

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nonton ke bioskop, makan, lalu sekedar berjalan-jalan di mall pasti jadi kegiatan yang mainstream banget buat orang yang lagi pedekate. Tapi itu kegiatan yang paling bisa dijadikan alasan untuk seseorang mengajak orang yang ditaksirnya pergi dan menghabiskan waktu bersama. Seperti itulah Daniel sekarang. Semenjak mengakui perasaannya ke Nara ketika curhat bersama Satya dan Bang Jita, Daniel sekarang jadi lebih berani untuk menunjukkan perasaannya ke Nara. Nara masih saja tidak peka kalo bisa Daniel katakan Nara ini malah terlihat tidak tahu sama sekali maksud kode yang telah diberikan Daniel. Tapi Daniel tak ingin menyerah. Jadilah malam itu Daniel menjemput Nara dirumahnya.

"Yee lama amat sih lo dandannya, kering nih gue nungguin" kata Daniel sesaat setelah Nara masuk ke mobil.
"Ya biar keliatan cantik lah, lo gak malu ngajak gue kayak gembel emang?" kata Nara seraya sedikit melotot ke Daniel.
"Mau keliatan cantik buat siapa sih? sama gue ini juga lo elah".
"Iya karena sama lo gue mau keliatan cantik"

Deg....suasana jadi hening. Daniel kaget dengan perkataan Nara, tapi tetap berusaha cool dan pura-pura itu bukan hal yang bisa dijadikan alasan hatinya berdebar. Di saat yang sama, Nara juga terkejut dengan perkataannya sendiri. Sepanjang perjalanan Nara dan Daniel tidak banyak bicara, masih larut dalam pikiran masing-masing.

Sesampai di bioskop, Daniel dan Nara memilih film apa yang harus ditonton. Jatuhlah pilihannya pada film horror thriller "IT".

"Nyel nonton IT aja ya kita, gue pengen liat katanya bagus".
"Tapi IT kan film serem gue gak mau"
"Anjir lemah banget lo, gak ah lo mah jangan pikirin seremnya, kan sama gue ini nontonnya"
"Tapi..."
"Gak ada tapi-tapi ya, gue pesenin"

Akhirnya dengan berat hati Daniel menerima pilihan Nara. Daniel bukan takut atau lemah seperti yang dibilang Nara, tapi Daniel tidak suka aja dengan film horror thriller. Daniel tidak suka sensasi berdebar hanya karena menonton film. Tapi kalo berdebar karena Nara sih Daniel suka.

Ketika film sudah akan mulai, Daniel pelan-pelan tanpa disadarinya memberanikan diri meraih tangan Nara. Alasannya? Takut. Supaya Daniel merasa ada orang yang selalu menemaninya. Walapun di sisi lain ini salah satu modus Daniel supaya bisa saja menggenggam tangan Nara. Emang paling pinter ngalusnya si Daniel ini.

Nara tentu saja kaget, tapi tetap membalas genggaman itu. Bahkan menggosok tangan Daniel dengan ibu jarinya supaya Daniel tenang. Tapi baik Nara maupun Daniel tentu saja menikmati momen berdua ini walaupun Daniel hampir lemas gara-gara nonton film.

Setelah menonton, Daniel mengajak Nara untuk mampir ke cafe Bang Jita. Katanya sih mau mengajak Nara makan, tapi sekalian juga Daniel ingin mengenalkan Nara pada teman-temannya. Tapi keduanya tanpa sadar sejak tadi masih berpegangan tangan sampai disaat mereka masuk ke dalam mobil barulah keduanya melepas genggaman untuk kembali fokus dalam lautan pikiran mereka masing-masing. Keduanya mencoba menenangkan hati mereka masing-masing yang berdegup kencang karena sekadar berpegangan tangan. Ah anak muda memang.

"Nyel ini kemana?"
"Makan"
"Kenapa gak di mall tadi sekalian?"
"Gue mau makan di cafe temen gue"
"Oh"
"Gapapa kan?"
"Ya enggak sih, terserah lo aja"

Sampai di cafe, Daniel tanpa sadar kembali meraih tangan Nara lalu mengajaknya untuk masuk ke dalam. Aduh hati Nara ini berasa sudah seperti naik rollercoaster, degdegan tidak karuan. Kenapa sih Daniel harus mengenggam tangannya terus? Bukan Nara tidak suka, tapi Nara takut wajahnya tidak bisa bertahan untuk tidak tersipu dan merah.

Di dalam cafe, tidak seperti yang Nara bayangkan. Nara pikir mereka hanya akan datang, menyapa teman Daniel si pemilik cafe, lalu makan. Tapi ternyata di dalam cafe, teman-teman Daniel semuanya berkumpul dan sedang asyik mengobrol. Segerombolan lelaki itulah yang sedang dituju Nara dan Daniel.

"Hey guys" sapa Daniel.
"Eits, mas Daniel" kata Satya.
"HADUH ADA SIAPA INI SI CANTIK DARIMANA INIIII" lanjut Nata.
Nara tentu saja malu dan tersipu disambut oleh teman-teman Daniel. Tapi tetap berusaha tersenyum menyapa mereka semua.
"Berisik lo anjir, nih kenalin, ini Nara" kata Daniel mengenalkan Nara pada teman-temannya.
"Hai semuanya hehe" balas Nara, sedikit awkward.
"Haduhhh mas Daniel tangan ceweknya dipegang terus, takut lepas ya mas?" ini Jita, yang tiba-tiba datang.
Saat itu juga Daniel dan Nara sadar kalau mereka masih bergandengan tangan. Keduanya lalu dengan gugup melepas tangan masing-masing.
Walaupun suasananya masih sedikit awkward, untungnya Jita langsung mengambilkan makanan mereka semua, lalu makan dengan tenang.
"Jadi ini bang cewek yang lo ceritain?" ini Abim yang bicara.
"Hmm ceritain apa?" balas Nara, wah Daniel sudah cerita-cerita tentang dirinya ke teman-temannya.
"Ya gitu katanya dia lagi naksir cewek gitu tapi ceweknya kayak gak peka terus bang Daniel bingung harus gimana tapi doinya naksir berat jadi gimana dongggg" Satya melanjutkan omongan Abim.
"Anjir berisik lo" kata Daniel sebal, ya dengan begitu saja sudah terbongkar semua perasaan Daniel ke Nara.
"Hahahaha emang cewek yang dimaksud itu gue? Ih daniel mah cengcengannya banyak kali" balas Nara sambil tertawa, sedikit banyak hatinya berharap kalau memang benar cewek yang ditaksir Daniel itu dirinya lah.
"Wah bener ini gak peka. Nara, gini ya, ini Daniel ini emang anaknya slengekan pecicilan tebar pesona sana sini, tapi Daniel ini naksir banget sama lo. Lo nyadar gak sih Daniel tuh suka sama lo? Dari gerak-geriknya?" Lanjut Bang Jita.
Nara tentu saja kaget dan bengong mendapat pengakuan tidak langsung tentang perasaan Daniel ke dirinya. Daniel ketika itu sedang minum hampir tersedak mendengar Jita dengan detail menjelaskan perasaannya ke Nara. Salah trik sepertinya Daniel mengajak Nara kesini sekarang.
"Ya..ya-gak lah bang hahaha Daniel mah emang anaknya begini" kata Nara mengelak omongan Bang Jita, just for the sake of her own heart karena hatinya udah berdebar kayak orang kesurupan mendapatkan pengakuan tidak langsung ini.
"Udah ah kok jadi ngomongin gue sih lo pada" kata Daniel segera menghentikan ocehan teman-teman kurang ajar nya ini.

Setelah selesai makan, Daniel dan Nara segera pamit karena sudah cukup malam dan Nara tidak ingin pulang telat. Tapi sebenarnya mereka ingin pulang cepat karena ingin menghindari cengcengan teman-teman Daniel yang bertubi-tubi melepaskan detail bahwa Daniel ini suka dengan Nara. Keduanya pamit pulang diiringi dengan ocehan teman-teman Daniel.

"Daniel baik baik itu anak orang dipulangin" ini Satya.
"Bang itu ceweknya dianter pulang ya jangan diajak ngelayap lagi" ini Abim melanjutkan omongan Satya.
"Nil itu tangannya Nara dipegang atuh kasian dingin" ini tingkat kekurangajaran termaksimal dari Bang Jita.

"Nara maafin ya kamu kalo gak nyaman, temen-teman aku emang suka gak jelas gitu" Daniel menjelaskan situasi tadi sesaat setelah mereka di dalam mobil.
"Iya gapapa mah santai aja. Namanya juga temen kan"

Sampai di depan rumah Nara, keduanya masih diam, Nara belum ada niatan untuk keluar mobil, dan Daniel juga masih belum ada niatan untuk melepas Nara untuk pulang.
"Nar, gue mau ngomong sesuatu" Daniel membuka pembicaraan.
"Hmm? Kenapa?"
"Tentang anak-anak tadi di cafe"
"Mau minta maaf? Yaudah sih gapapa gue mah santai aja"
"Tapi apa yang dibilang mereka itu bener Nar"
"Bener gimana?"
Daniel berusaha menguatkan dirinya kalau sekarang adalah saatnya dia mengakui perasaannya ke Nara. Entah Nara berperasaan sama atau tidak Daniel tidak peduli. Yang penting Daniel harus mengungkapkan isi hatinya ke Nara.
"Bener kalo gue suka sama lo"
Nara tentu saja kaget, Daniel tiba-tiba mengakui perasaannya.
"Gue gak perlu lo suka juga sama gue karena itu hak lo, tapi gue cuma mau bilang aja kalo gue suka sama lo."
Nara masih terdiam, tidak tahu harus membalas apa, atau apakah perlu confession Daniel ini dibalas.
Namun demikian, pelan-pelan Daniel menatap mata Nara, maju centi demi centi mendekati Nara. Nara masih tercekat, tapi juga menatap mata Daniel. And then, slowly but sure, the two has involved in the sweet yet delicate kiss they are longing for.



—————

amitié • kang danielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang