#sidestory [1] Jita Aditya

1.2K 178 24
                                    

Menunggu mungkin jadi hal yang menyebalkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menunggu mungkin jadi hal yang menyebalkan. Siapa sih yang suka menunggu? Jangankan berjam-jam. Semenit pun rasanya sudah sangat tidak betah. Menunggu mungkin jadi hal yang tidak menyenangkan, tapi mungkin hal tersebut lah yang jadi satu-satunya solusi atau pilihan yang bisa kita ambil. Menunggu atau pergi. Dengan resiko, jika pergi kita tidak hanya akan menyesal sendiri karena berpikir "ah harusnya aku mau menunggu lebih lama" atau mungkin mengecewakan orang lain karena ketidaksabaran kita.

Menunggu lah yang jadi pilihan Jita saat ini. Adalah seorang Agatha Mentari, wanita yang kini ditunggu oleh seorang Jita Aditya di depan kantor tempatnya bekerja. Dengan sabar Jita menunggu di dalam mobilnya berharap kehadiran seorang Tari segera muncul.

Tari, wanita yang sudah 3 tahun ini dikenal Jita. Wanita yang sudah 3 tahun ini juga disayangi Jita tanpa tahu. 3 tahun sejak mereka kenal di bangku perkuliahan hingga kini, Jita masih saja menyimpan hati dan perasaannya untuk Tari. Ntah apa yang ada dalam pikiran Jita sampe mau dan kuat menunggu selama itu. Bahkan Tari pun sudah berapa kali berganti pasangan sementara Jita tetap disitu, dengan segala perasaannya untuk Tari.

"Hey, udah lama ya?" tanya Tari ketika sudah masuk di dalam mobil Jita.
"Ah enggak kok baru aja. Gimana kerjaan kamu hari ini?" balas Jita sembari memulai menyalakan kendaraannya.
"Ya lumayan padat sih hari ini. Beberapa meeting sama client. Hehe. Kamu gimana? Aku ngrepotin deh pasti ya"
"Ah enggak kok. Cafe juga udah ada yang handle. Ini mau mampir ke EO bentar ya? Ketemu anak-anak dulu" jawab Jita fokus terhadap jalan di depannya.
"Oh iya, katanya Daniel udah mau tunangan ya? Ih gak nyangka ya tu anak pecicilan begitu tau tau mau tunangan, kamunya disalip loh" kata Tari sambil tertawa.
"Ya gimana gak disalip. Yang mau aku ajak tunangan masih iya enggak iya enggak"
"Ah? Emang udah ada? Kok gak cerita sih!" sambar Tari menatap ke arah Jita.
Itu elo Tar, kok masih gak sadar juga sih lo.
"Kok diem sih Ji? Siapa sih cewek kamu?" tanya Tari lagi.
"Elo" jawab Jita singkat.
"Ji....lo...lo masih..." belum selesai Tari berkata, omongannya sudah dipotong oleh Jita.
"Iya masih. Dulu, sekarang, nanti...." kata Jita lalu menghentikan mobilnya untuk dapat berbicara lebih fokus.
"Tari, gue serius. Dan gue masih selalu bilang ke elo sama seperti sebelum-sebelumnya. Gue bakal nunggu lo, sampe lo siap" sambung Jita.

Sebenarnya Jita sudah berulang kali menembak dan menyatakan perasaannya ke Tari. Tapi Tari masih saja tetap mengelak. Belum bisa katanya. Tari takut menyakiti Jita, karena Tari merasa perasaannya ke Jita belum sebesar perasaan Jita ke dirinya. Tari takut bahwa nanti Jita merasa tidak cukup karena tidak mendapatkan perasaan yang sama besarnya yang seharusnya dia dapatkan. Tari...tak mau kehilangan Jita. Tapi apa daya, semuanya rumit. Berulang kali Tari pacaran dengan pria lain pun Jita tetap disana, tetap jadi sahabat Tari. Tetap rela mendengar curhatan Tari tentang hubungannya. Katakanlah Tari kejam, tapi Tari ingin Jita berhenti berharap padanya. Jita deserves better than her. Tari ingin Jita biar benci saja sekalian dengannya maka lebih mudah untuk menjauh, lebih baik Tari pergi dengan meninggalkan kebencian di hati Jita dibandingkan meninggalkan luka dan kesedihan karena harapan palsu. Tapi tidak, Jita tidak semudah itu pergi. Dia tetap bertahan.

Dan mungkin ketahanan Jita ini mulai meluluhkan hati Tari sedikit demi sedikit.

amitié • kang danielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang