Sejak kejadian malam itu, Nara dan Daniel belum sempat lagi berkontak, bahkan hanya untuk sekadar menyapa "hi". Padahal sebelumnya hampir setiap hari mereka berhubungan dan bertemu. Ini bukan salah Daniel, Daniel berusaha dengan keras untuk menghubungi Nara, tapi Nara terus saja menghindar. Nara belum siap bertemu dengan Daniel. Atau tepatnya Nara tidak tahu harus bersikap seperti apa kalau nanti bertemu dengan Daniel.
Kejadian malam itu ketika Daniel mencium Nara, Nara jujur saja kehilangan pikirannya. Nara bingung apa yang harus Nara lakukan, tapi Nara merasa senang Daniel menyatakan perasaannya dan menciumnya malam itu. Tapi namanya perempuan, hati dan perasaannya susah sekali ditebak, bahkan bagi Nara sendiri.
Ini sudah tiga hari sejak kejadian tersebut dan Nara masih kekeh dengan pikirannya sendiri. Berulang kali Daniel mencoba menghubungi Nara tapi selalu saja tak dihiraukannya. Bahkan Daniel seringkali terlihat nongkrong di kampus Nara untuk bertemu tapi Nara dengan cerdiknya kabur dan berharap tidak bertatap muka dengan Daniel.
Kenapa sih Nara ini sebenarnya? Nara malu. Malu dan bingung. Daniel mungkin salah satu orang dengan sifat yang sangat straightforward dan mudah memahami perasaannya sendiri, tapi tidak dengan Nara. Nara ragu, apakah dia memang benar memiliki perasaan yang sama dengan Daniel, ataukah dia hanya senang bahwa dia punya Daniel yang akan selalu menemani dan memperhatikannya.
Sampai sore itu, Nara sedang lelah-lelahnya setelah selesai kuliah dengan persentasi yang menguras otak, Nara tidak menyadari kehadiran Daniel yang telah menunggunya di parkiran. Tanpa Nara ketahui, Nara lewat saja depan Daniel, lalu tersadar ketika langkahnya terhenti oleh genggaman seseorang.
"Nar, gue mau ngomong" kata Daniel dengan cepat sebelum Nara sempat memproses kehadirannya.
"Aduh gue capek nih besok aja ya" balas Nara, mencoba menghindar untuk kesekian kalinya
"Gak usah alasan, lo cuma perlu duduk di mobil dan ikutin gue, lo udah ngindarin gue selama ini Nara, lo kenapa sih?"
"Gue gak kenapa-napa kok, aneh banget sih lo, yaudah mau ngomong apaan sih disini aja kali"
"Gak, gak bisa, lo masuk mobil sekarang, ikut gue" tanpa basa basi Daniel langsung membuka pintu mobil untuk Nara.
Nara saat itu masih bingung tapi tampaknya lambat laun pun masalah mereka berdua harus cepat diselesaikan, atau apakah ada masalah sebenarnya? Nara akhirnya menuruti saja kata Daniel dan masuk ke dalam mobilnya.Dalam perjalanan, Nara masih diam, entah apa yang dipikirkan Daniel tiba-tiba menghampiri dan mengajak Nara pergi bersamanya. Nara masih mencoba menerka-nerka apa yang kiranya akan disampaikan Daniel. Di sisi lain, Daniel masih fokus berkendara, dan juga memikirkan apakah dia salah "memaksa" Nara untuk ikut bersamanya? Tapi Daniel sudah tidak sabar untuk mengetahui apa yang sebenarnya menjadi alasan Nara menjauhinya.
Sampai lah mereka di tujuan mereka. Disana tidak langsung keluar dari mobil, hanya berdiam selama sepersekian menit, masih hanyut dalam pikiran masing-masing. Sampai akhirnya Daniel membuka pembicaraan sore itu.
"Nar lo kenapa sih? Gue ada salah sama lo?" Daniel mulai bicara, tatapannya masih lurus ke depan.
"Eh? Gue gak kenapa-kenapa kok, lo kali yang kenapa-napa" balas Nara, menoleh ke arah Daniel. Tatapannya sedih, bingung, tidak bisa Nara lihat dengan jelas.
"Lo gak usah bohong sama gue deh, lo marah sama gue karena...karena gue nyium lo?" tanya Daniel sedikit ragu untuk membahas hal itu.
Nara tentu saja kaget, wajahnya mungkin sedikit memerah mendengar Daniel mengatakan sendiri kejadian malam itu.
"Gue...gue...gue gak tau"
"Gue minta maaf Nar kalau lo ngerasa gak nyaman gara-gara hal itu, dan semua hal yang gue omongin malam itu lo bisa lupain, anggap aja gue gak pernah bilang-"
Belum selesai Daniel berbicara, Nara menghentikannya dengan mencium Daniel. Entah apa yang merasuki Nara sampai Nara berani sekali melakukan hal tersebut. Tapi Nara pikir ini hal yang tepat untuk dilakukan. Daniel tentu saja kaget. Singkat, tapi cukup kuat untuk membuat hati Nara dan Daniel berdegup kencang sekali seakan bersiap untuk lepas dari rongga dada mereka. Setelah melepas ciumannya, Nara mulai bicara, "gue gak marah Nil, ini bukan salah lo, ini salah gue aja, gue yang bego".
Daniel masih tidak mengerti apa yang dimaksud dengan perkataan Nara. Pikirannya masih melayang akibat ciuman tiba-tiba yang diberikan Nara tadi. Tapi Daniel berusaha tenang dan menanggapi omongan Nara.
"Maksud lo gimana Nar?"
"Gue gak mau lupain kejadian malam itu dan semua omongan lo ke gue waktu itu Nil"
Ada hening sebelum akhirnya Nara melanjutkan pembicaraannya."Gue...gue juga suka sama lo Nil"
KAMU SEDANG MEMBACA
amitié • kang daniel
Fanfiction"Daniel lo tuh bego tapi jangan bego bego amat dong," "...gue gak nyangka aja lo bisa setolol dan sebajingan ini..." - a local fanfiction (indonesia) (c) copyrights all reserved. cheesysugarr. 2017