Sore itu cuaca cukup mendung dan ada sedikit rintik hujan menghiasi. Tapi hal itu tak jadi halangan Daniel untuk berkunjung ke rumah Nara. Biasa lah, apel. Apalagi setelah keduanya sepakat akan lanjut ke jenjang selanjutnya dalam hubungan mereka, Daniel dan Nara masing-masing seperti absen ke keluarga dan ke rumah masing-masing. Supaya lebih dekat dan akrab jadi kalau sudah menikah tidak perlu adaptasi terlalu banyak lagi. Begitu sih kata Daniel waktu itu. Atau itu sih jadi alasannya Daniel saja supaya bisa sering-sering bertemu kekasihnya itu.
Tidak apalah, toh sebenarnya keduanya sudah akrab dengan keluarga masing-masing sejak pacaran masih leha-leha sampai kini keduanya akan menjejakkan kaki ke chapter selanjutnya.
Sore itu keduanya sedang bersantai di ruang keluarga di kediaman Nara. Nara dengan santainya tidur selonjoran dengan kaki menghadap Daniel. Sebagai pacar yang baik, Daniel memangku kaki Nara sambil sesekali mengusap lembut kaki si mbak pacar ini. Kebetulan juga Daniel ingin menemani Nara yang seharian ini harus dirumah karena sakit flu. Daniel paham betul ketika cuaca sedang tidak baik, Nara akan cepat sekali jatuh sakit. Oleh karena itu, Daniel selalu tahu waktu yang tepat untuk menemani pacarnya itu. Sudah terlihat seperti pasangan baru menikah belum? Kelihatannya saja dulu, menikahnya nanti. Proses, kalau seperti kata Daniel.
"Yang, aku udah nentuin tanggal buat tunangan kita" kata Daniel tiba-tiba memecah keheningan ketika Daniel dan Nara sedang duduk di santai menonton TV di ruang keluarga di rumah Nara sore itu.
Mendengar hal tersebut Nara sontak mengalihkan perhatiannya dari layar televisi ke arah lelaki yang jadi sandaran kaki Nara. Tunangan. Satu kata yang semakin didengar semakin membuat Nara memerah. Malu dan juga senang. Jujur saja Nara tidak pernah sekali pun berpikiran bahwa Daniel akan benar-benar serius padanya. Apalagi usia hubungan mereka yang belum terlalu lama. Tidak pernah terbesit bahwa lelaki yang sekarang duduk memangku kakinya inilah yang berani dan siap untuk nantinya menjadikan Nara pasangan hidupnya. Untuk menikah, memang pandangan itu masih jauh, ada di benak Nara dan Daniel, tapi untuk mensegerakan rencana itu keduanya sepakat untuk berjalan perlahan dan memantapkan lagi keyakinan keduanya. Pernikahan tentu bukan hal yang mudah diputuskan. Apalagi bagi Nara yang sama sekali tak terpikir untuk menikah muda walaupun tidak menolak ide tersebut sama sekali. Tapi untuk saat ini, biarlah begini dulu, pacaran ala ala anak muda dengan Daniel, walaupun rencana pertunangan tersebut sudah ada dan ditetapkan kedua belah pihak.
Tunangan. Untuk urusan yang satu itu, Nara menyerahkan sepenuhnya kepada Daniel atas penentuan tanggal yang tentunya akan didiskusikan lagi pada orang tua mereka. Kata Nara saat itu ketika keduanya sedang bersama memikirkan kira-kira tanggal yang tepat untuk hari baik hubungan mereka "tanggalnya terserah kamu aja yang gapapa". Nara hanya percaya saja pada Daniel entah mengapa, jadi dia mempercayakan hal penting itu ke Daniel tanpa banyak komentar lagi.
Daniel sempat protes tentu. Daniel pikir, hari penting ini haruslah atas kemauan Nara. Daniel ingin memprioritaskan Nara, tapi pendapat sebaliknya disampaikan Nara. Daniel pun akhirnya mengalah. Yang penting yang terbaik buat Nara, jadi kalau keputusan Nara adalah ingin Daniel yang menentukan tanggalnya pun maka Daniel akan melakukan itu."Ah?" tanya Nara lagi, ingin mengonfirmasi apa yang barusan dia dengar.
"Aku udah nentuin kapan tunangan kita" kata Daniel lagi mengulang.
Nara sempat diam lalu mengganti posisi duduknya sehingga menghadap Daniel.
"Kapan?" tanya Nara. Pandangannya lekat menatap mata sang kekasih yang kini sedang serius."Ulangtahun aku"
KAMU SEDANG MEMBACA
amitié • kang daniel
Fanfiction"Daniel lo tuh bego tapi jangan bego bego amat dong," "...gue gak nyangka aja lo bisa setolol dan sebajingan ini..." - a local fanfiction (indonesia) (c) copyrights all reserved. cheesysugarr. 2017