"Yang aku kayaknya gak bisa jemput hari ini ya, aku ada acara sama temenku" begitu bunyi pesan Daniel sore tadi. Nara tentunya tidak merasa kesal atau marah, Nara memberi kebebasan pada Daniel untuk dapat bersosialisasi dengan teman-temannya.
Tapi ini sudah kesekian kalinya Daniel membatalkan janjinya pada Nara. Nara bukannya marah tapi Nara sedih, Daniel tidak pernah membatalkan janjinya. Dia orang yang sangat ter manage masalah jadwal dan tahu prioritasnya.
Karena Daniel tidak bisa menjemput, Nara terpaksa ikut nebeng dengan Satya. Kebetulan Satya sedang tidak sibuk dan kebetulan sedang di kampus.
Ketika menunggu Satya, handphone Nara berbunyi. Panggilan masuk, Daniel.
"Hallo" jawab Nara
"Yang, kamu dijemput Satya ya? Maaf ya aku ada acara mendadak sama temenku"
"Iya udah gapapa."
"Kamu baik-baik ya, kalo udah sampe rumah kabarin aku"
"Iya"
Namun samar-samar Nara mendengar suara di belakang telepon itu. Seseorang bersama Daniel. Perempuan.
"Niel, nelpon siapa sih?" Begitu suara itu terdengar. Walaupun samar, cukup jelas bahwa itu seorang perempuan.
Belum sempat Nara bertanya, Daniel segera menutup teleponnya.
Tepat juga ketika Satya datang menjemputnya.
"Woy! Nar! Ayok" panggil Satya dari atas motornya. Malas turun.
Segera setelah melihat Satya, Nara berlari ke arah Satya.
"Kok tumben lo sendiri? Daniel kemana?" Tanya Satya pada Nara
"Katanya lagi ada urusan sama temennya. Tau deh ngapain. Lo emang gaktau Sat?"
"Enggak, dia gak ada ngomong apa sama gue"
Nara ingin bertanya pada Satya kira-kira siapa wanita yang dia dengar di telepon tadi. Tapi Nara mengurungkan niatnya dan hanya diam. Mungkin Nara hanya banyak pikiran saja. Nara segera menghilangkan pikirannya tentang Daniel.Setelah sampai dirumah, sebelum masuk ke dalam, Satya menghentikan Nara sebentar.
"Nar, lo gapapa kan?" Tanya Satya. Satya sadar Nara pasti memikirkan sesuatu yang mengganjal hatinya. Nara banyak diam dan wajahnya tampak lesu.
"Lah emang gue kenapa? Lebay deh lo gue gapapa kok" jawab Nara mencoba tersenyum.
"Gue tau lo pasti lagi kepikiran si Daniel kan?"
"Ah gak kok, kan dia udah bilang ke gue mau pergi kemana"
"Nar, jujur sama gue, lo udah berapa hari gak ketemu Daniel?"
"Seminggu"
"Seminggu? Terus lo kontak-kontakan sama Daniel, lancar?"
"Yaaa...biasa aja sih"
"Nar, jujur sama gue."
"Ya gitu, kadang dibales kadang enggak"
"Nar, kalo lo emang butuh temen atau lo butuh orang buat nabok si Daniel, please lo hubungin gue, biar gue yang nghajar tuh bocah kalo macem-macem"
"Ah apaan sih lo Sat, lebay deh, gapapa kok. But thanks anyway, means lot for me" balas Nara akhirnya, senyumnya masih kaku.
"Yaudah Nar, gue balik dulu. Baik-baik lo" akhir Satya lalu segera pulang mengendarai sepeda motornya.Daniel kemana sih. Seminggu sudah mereka tidak bertemu. Alasannya selalu sama, acara mendadak, pergi dengan teman, atau keperluan kampus. Nara bukan ingin protektif ataupun obsesif, tapi Nara mulai merasa aneh. Nara sepi, Nara rindu Daniel. Teringat Daniel, Nara segera menelpon pacarnya itu, sekedar mengabari bahwa dia telah sampai dirumah.
Dering pertama...
Dering kedua...
Sampai dering ketiga, Daniel tidak mengangkat telponnya.Diulang lagi, tetap tidak ada jawaban. Akhirnya Nara hanya akan mengirim chat saja kepada Daniel.
Line messages
Nara: yang, aku udah sampe rumah tadi dianter Satya.
——————————
Tanpa ada balasan akhirnya Nara meninggalkan hapenya untuk segera mandi dan mengerjakan tugas.
Sampe ketika malam hari Nara mengecek hp nya untuk melihat apakah Daniel membalas pesannya. Hasilnya? Nihil. Nara lalu membuka kembali chatnya. Hanya terlihat read oleh Daniel. Daniel mau lo apa sih. Okay sabar Nara kali aja dia sibuk apa lupa bales. Nara terus-terusan meyakinkan dirinya sendiri. Akhirnya, entah mengapa Nara mengirim pesan ke Satya.
Line messages
Nara: Sat...
Nara: lo sibuk gak?Satya: nape? gak kok gak sibuk gue
Nara: besok temenin gue.
Satya: kemane? daniel?
Nara: tau ah bodo amat. terserah dia deh males gue.
Nara: temenin gue aja. kan lo gabut, free all the time. kemana kek gituSatya: berasa gak faedah banget ya idup gue :) yaudah gue temenin, kabar-kabar aja lo.
Nara: terbaik. Ok sipsip. Thanks ya Satya, ganteng deh :)
Satya: gue tau gue ganteng. Udah ah. Ganggu main game aja lo. Tidur sono
Nara: iya.
——————————
Sejak hari itu, Nara jadi sering terlihat bersama Satya. Satya sendiri tentu saja senang bersama Nara. Bersama Nara, rasanya sama seperti bersama Daniel, Satya cocok dengan keduanya. Mungkin karena sifat Nara dan Daniel mirip. Tapi Satya bingung, kenapa Nara tidak pernah membahas atau bahkan menyebut nama Daniel sekalipun. Karena penasaran, akhirnya Satya memberanikan diri untuk bertanya. Dengan berhati-hati, Satya mengangkat topik sensitif tersebut.
"Nar, lo sama Daniel gimana?"
"Menurut lo gimana?"
"Gue gak tau. Kok lo gak pernah sama dia?"
"Harusnya lo tanya sahabat lo tuh, masih inget gak dia punya pacar disini?"
"Nar, kalo lo gini terus, dan lo main sama gue terus, gue takut orang salah sangka"
"Bodo amat? Lagian Daniel nya aja gak pusingin gue kok?"
"Nar..."
"Apa? Lo sendiri gimana? Lo sahabatnya kan? Biasanya juga berdua sama lo kan? Sekarang ditinggal juga lo?" balas Nara, ada sedikit risih tersirat dari suaranya. "Naas ya kita Sat, sama sama ditinggal. Lo ditinggal sahabat, gue ditinggal pacar. Dan itu karena orang yang sama."
Merasa bersalah, Satya segera menutup mulutnya dan kembali berkutik dengan laptopnya. Daripada diomelin Nara lagi.Dengan demikian Satya telah menangkap apa yang sebenarnya terjadi antara Nara dan Daniel. Ada kesalahpahaman yang tidak disadari keduanya yang menyebabkan mereka menjadi renggang.
Sampailah sore itu, Nara dan Satya pergi ke mall untuk membeli peralatan dan buku kuliah Nara. Setelah selesai di toko buku, keduanya mampir untuk makan dan beristirahat. Disana, di bangku ujung sana, Nara melihat Daniel sedang duduk. Dengan seorang perempuan. Tampak keduanya sedang asyik bercakap. Mungkin Daniel pun tidak menyadari keberadaan Nara.
Sakit hati Nara melihat Daniel disana. Selama ini? Selama hampir dua minggu? Tanpa kabar? Nara sudah berusaha untuk menghubungi Daniel. Tapi hasilnya tetap sama. Ditelpon, Daniel mengangkat tapi hanya beberapa detik lalu mengatakan dirinya sedang sibuk dan berjanji akan menelpon balik Nara, tapi tak pernah dilakukan, atau tidak mengangkat telpon sama sekali dan hanya mengirim pesan singkat just for the sake of making up his mistakes for not calling Nara.
Apalagi sekarang alasanmu Daniel Karendra?Daniel ternyata tertangkap mata oleh Nara sedang duduk. Berdua. Dengan seorang perempuan. Inikah perempuan yang dia dengar di telepon tempo hari? Inikah yang menyebabkan Daniel jadi "melupakan" Nara? Brengsek kamu Daniel.
Tampaknya Satya menyadari ada yang aneh dengan Nara karena Nara berdiri kaku menatap kursi di ujung sana. Menyadari bahwa yang dilihatnya Daniel, Satya segera mengalihkan fokus Nara.
"Nar woy, kayaknya gak enak disini tempatnya, kita pindah aja ya."
"Eh iya? Oh gitu? Ya..yaudah deh. Yuk deh"
Thanks Sat, for distracting me.Tepat ketika mereka akan pindah, pandangan Daniel beralih ke arah Nara. Menyadari kehadirannya, Nara segera berpaling pura-pura tidak melihat. Tanpa disadari, Daniel telah berjalan mendekat.m
"Nara, kamu ngapain? Kok sama Satya?"
———————————
aku lagi baik dan gabut jadi aku update. kalo gak baik aku gak update. jadi kalian harus baik sama aku juga dengan comment dan vote yaaa!!! hahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
amitié • kang daniel
Fanfiction"Daniel lo tuh bego tapi jangan bego bego amat dong," "...gue gak nyangka aja lo bisa setolol dan sebajingan ini..." - a local fanfiction (indonesia) (c) copyrights all reserved. cheesysugarr. 2017