#18 karendradisti [4]

1.9K 229 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin sebagian orang merasakan waktu satu tahun itu sangat lama, ada juga yang merasakan bahwa satu hari pun bisa berlalu dengan begitu cepat maka setahun pun mungkin tak akan begitu terasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin sebagian orang merasakan waktu satu tahun itu sangat lama, ada juga yang merasakan bahwa satu hari pun bisa berlalu dengan begitu cepat maka setahun pun mungkin tak akan begitu terasa.
Hal itulah yang dirasakan Daniel hari ini, tepat hari ini tanggal 5 November adalah hari dimana Daniel memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih dari hanya teman dengan Nara. Sebenarnya, baik Daniel ataupun Nara tidak ada yang benar-benar ingat dan tahu kapan tepatnya mereka mulai menyatakan diri sebagai sepasang kekasih.
"Yaudah, karena ini date pertama kita, kita tetapin ini jadi hari jadian aja" kata Daniel saat itu. Maka jadilah hari ini tepat satu tahun umur hubungan mereka.
Dalam waktu setahun, banyak yang dirasakan keduanya. Lika liku pacaran dari yang menye menye sampai yang drama pun sudah dilalui. Tapi untungnya mereka berdua sampai di penyelesaian chapter 1 hubungan mereka. Yang nantinya semoga sampai ke chapter chapter selanjutnya.

Hari ini, spesial, bukan karena ini jadi perayaan hubungan keduanya, tetapi hari ini juga Daniel akan mengajak Nara untuk bertemu orangtuanya. Yah walaupun Nara sudah sering ke rumah Daniel dan sudah akrab dengan orang tua Daniel. Tapi tetap saja, Daniel telah menyiapkan semuanya. Yang mungkin, Nara sendiri tidak akan menyangka akan apa yang nanti dilihatnya.

"Assalamualaikum" sapa Daniel sore itu ketika dia tiba di rumah Nara untuk menjemput kekasihnya tersebut. Berpakaian santai dibalut dengan jaket kulit warna hitam, Daniel sedikit gugup hari itu.
"Walaikumsalam, eh Daniel, ayo masuk nak, Nara nya lagi siap siap" sahut Mama Nara yang membukakan pintu dan mempersilahkan Daniel masuk. Ntah mengapa Daniel merasa gugup sekali hari itu, padahal dia sudah sering apel ke rumah Nara. Ketika Daniel sedang menunggu Nara di ruang tamu, ayah Nara datang dan menyambut Daniel.
"Eh Daniel. Mau jemput Nara ya?" Sapa Ayah Nara sambil menyalami Daniel.
"Iya om hehe biasa lah anak muda"
"Ah bisa aja kamu. Jadi gimana Nak kamu sama Nara?" Tanya ayah Nara.
"Ya begini om, sedang progres haha"
"Lah jangan progres terus, kapan finish nya?"
"Waduh, kode nih om?"
"Hahaha bisa aja kamu ini ya. Ya om mau nya mah jangan main-main terus. Kan udah dewasa. Udah ngerti kan arahnya mau kemana"
"Iya om, Daniel mah mau sama Nara tapi Nara nya udah siap belum sama Daniel" jawab Daniel dalam hatinya.
"Jadi apa kesibukan kamu sekarang Nil?" Tanya ayah Nara lagi.
"Masih skripsi om, dan belajar bisnis. Lanjutin bisnis ayah saya"
"Wah bagus itu. Om dengar kamu sudah ada usaha sendiri?"
"Iya om, saya ada EO, gak sendiri sih. Joinan sama temen-temen saya. Mumpung ayah mau modalin haha" jawab Daniel lagi sambil nyengir khas nya.
"Oh gitu. Bagus itu. Berarti nanti selesai kuliah udah ada pegangan dong ya Nil? Hahaha"
"Pegangan apa om, pegangan hati?"
"Aduh kamu ni banyak bercandanya ya"
"Ya gapapa om, banyak bercandanya, asal saya sama Nara kan gak bercanda"
Sebelum sempat ayah Nara melanjutkan lagi perbincangannya dengan Daniel, Nara sudah berada di ruang tamu kaget dengan keberadaan ayahnya yang sedang mengobrol dengan Daniel.
"Eh kamu udah lama?" Tanya Nara pada Daniel.
"Enggak kok. Udah selesai? Yaudah yuk" ajak Daniel.
"Pa aku pergi dulu ya" pamit Nara pada ayahnya. Diikuti dengan Daniel.
"Om saya pinjam dulu anaknya. Nanti saya kembalikan dalam keadaan utuh"
"Ih apaan deh kamu" sambung Nara sambil memukul pelan pundak Daniel.
Yang dipukul hanya bisa tertawa, begitu juga dengan ayah Nara.
"Yaudah sana, hati-hati ya. Daniel, itu anak om nanti inget dikembaliin ya, kalo gak dikembaliin di sah in dulu" teriak ayah Nara.
Mendengar omongan ayahnya tersebut Nara berbalik dan sedikit melototi ayahnya. Pipinya sudah memerah. Ada-ada saja omongan ayahnya ini.
Sampai di dalam mobil, Nara bertanya pada Daniel.
"Tadi kamu ngobrol apa aja sama papa Nil?"
"Ngomongin kamu" jawab Daniel santai sambil menatap jalan di depannya.
"Iya apaaa? Pasti ngomongin jelek-jeleknya aku?" tanya Nara semakin kepo.
"Idih geer?"
"Ih beneran aku kepo, ngomongin apa? Papa gak ngomong aneh-aneh kan?"
Sebelum menjawab, Daniel berpikir haruskah dia menceritakan obrolannya dengan ayah Nara? Ah sebaiknya tidak. Supaya Nara tidak malu dan suasana jadi canggung.
"Gak kok, paling nanyain kamu sama aku gimana, aku nya sibuk apa. Gitu gitu"
"Oh gitu. Kalo papa ngomong aneh-aneh kamu jangan anggep dalem hati banget ya Nil"
Wah aku nya udah baper duluan Nar gimana dong.

Sesampainya di rumah Daniel, Nara sempat bingung. Kenapa dia diajak ke rumah Daniel.
"Yang kok ke rumah? Ada yang ketinggalan?" Tanya Nara.
"Enggak kok. Ini tujuan kita yang."
"Ah serius kamu?-." Belum selesai Nara berbicara keduanya telah disambut oleh ibu Daniel.
"Nara Daniel. Ayok masuk udah disiapin semua"
"Hallo Bu, aduh kok repot repot Bu. Tau gini kan Nara beliin apa gitu di jalan. Daniel gak ada bilang apa." Balas Nara sembari melirik Daniel yang cuma senyam senyum.
"Haha Daniel ini emang. Kata dia mau surprise Bu buat Nara. Jadi ibu mah cuma nurutin aja"
"Gegayaan bener surprise" sahut Abim yang juga turut dalam acara surprise dinner Nara dengan Daniel.
"Berisik lo" balas Daniel.
Keduanya pun masuk ke ruang makan Daniel, disana ayah Daniel sudah duduk menunggu kedatangan mereka.
"Malem om" sapa Nara.
"Jangan panggil om, panggil saya ayah juga. Kamu sudah saya anggap seperti anak saya sekarang" jawab ayah Daniel.
Nara yang mendengar cuma bisa senyam senyum. Begitu juga Daniel. Senang bahwa orang tua nya menyenangi Nara.
"Eaaaaa satu langkah menuju pelaminan" sambar Abim yang kini sudah mengambil posisi duduk di sebelah ibu Daniel.
"Abim, jangan godain kakaknya terus" jawab ibu Daniel sambil tertawa.
Makan malam nya hari itu berjalan menyenangkan. Baik Nara dan orang tua Daniel, keduanya seperti cocok satu sama lain. Daniel sangat senang bisa mengenalkan Nara secara pribadi dan baik kepada orang tua nya di hari anniversary mereka.
Saat telah selesai makan, Nara membantu ibu Daniel untuk beres-beres. Walaupun awalnya sudah tak diijinkan, Nara tetep kekeh ingin membantu. Di sela-sela kegiatan tersebut, ibu Daniel mengobrol bersama Nara.
"Nar, ibu seneng banget kamu sama Daniel" kata ibu Daniel.
"Wah aku juga seneng bu sama Daniel haha"
"Nah kan gini nih miripnya kamu sama Daniel, bercanda mulu"
"Hahaha akunya ketularan Daniel bu"
"Tapi beneran nak, ibu seneng banget kamu sama Daniel. Ayah juga suka. Ibu sama ayah berharap kamu bisa lama terus sama Daniel ya"
"Iya bu, Nara juga kepengennya gitu. Doain aja ya bu"
"Ibu seneng semenjak Daniel sama kamu ya, Daniel itu dulu kerjanya main mulu. Gak ada serius-seriusnya. Tapi sekarang kayak udah ngerti hidupnya mau kemana. Kata dia, dia pengen sama kamu terus. Makanya dia rencanain bener-bener sekarang biar kamu gak susah nanti."
Mendengar hal tersebut membuat hati Nara berdebar. Tentu saja Nara senang. Daniel ternyata di usia hubungannya yang dapat dibilang masih sebentar ini, sudah memikirkan untuk menjadikan Nara bagian dalam masa depannya.
"Aduh ibu buat Nara geer nih"
"Hahhaha bisa aja kamu nak. Langgeng terus ya sama Daniel. Sabar-sabar aja ngadepin dia anaknya kalo suka bandel ya. Hahaha"
"Wah tau aja ibu si Daniel suka bandel"
Di pertengahan obrolan mereka, Daniel tiba-tiba masuk ke dapur.
"Yang, udah?" tanya Daniel sambil melihat Nara yang kini sudah selesai dan mengelap tangannya.
"Udah. Kenapa?" jawab Nara sambil menghampiri Daniel.
"Ayok kita pergi lagi"
"Lah mau kemana lagiii?"
"Ada deh. Ayok deh. Banyak tanya gak jadi nih ya"
"Iya iya. Bu, Nara pamit dulu ya. Gini nih Bu Daniel suka sembunyi-sembunyi" pamit Nara sambil menyalim tangan ibu Daniel.
"Ih kok ngadu sih kamu, dasar. Bu pergi dulu ya"
"Hmm hati-hati"

Nara tentu saja masih senang dan berdebar mengingat percakapannya tadi dengan ibu Daniel. Daniel yang menyadari hal tersebut melihat Nara yang hanya diam di mobil akhirnya bertanya karena penasaran.
"Tadi abis ngobrolin apa aja sama ibu?"
"Ya biasa lah, obrolan perempuan"
"Hmmm gitu"
Lalu hening, Daniel hanya menerima jawaban itu tanpa bertanya lebih lanjut.

Sampailah mereka di suatu tempat. Tanah lapang sedikit diatas bukit. Dari sana mereka dapat melihat indahnya kelap kelip malam lampu kota di bawahnya.
Sambil masih berada di dalam mobil dan mendengarkan musik pelan di radionya (play media). Daniel mengeluarkan kotak kecil lalu mulai berdeham untuk menarik perhatian Nara yang masih asik melihat pemandangan diluarnya.
"Hem Nar. Gue...gue cuma mau bilang kalo gue sayang sama lo. Terimakasih lo udah betah setahun ini sama gue. Gue bahkan gak properly nembak lo waktu itu. Jadi, ini, perasaan gue ke elo. Makasih sayang. Semoga kita masih di tahun tahun selanjutnya"
Nara masih bengong, memperhatikan Daniel dan hadiah yang diberikan Daniel. Sebuah kotak yang Nara masih belum tau isinya apa.
"Daniel...gue...gue juga sayang sama lo. Makasih juga buat setahun ini sayang" lalu Nara tersenyum. Mengambil kotak yang diberikan Daniel. Menggenggam tangan Daniel sambil menatap dalam mata lelaki kesayangannya itu. Lalu mengecup singkat bibir Daniel.
Dilihatnya dalam kotak tersebut berisikan seperangkat cincin manis yang membuat Nara tersenyum sangat lebar.
"Sumpah cheesy banget. But i like it" katanya sembari melihat cincin tersebut lalu tersenyum ke Daniel. Daniel yang mengamati pacarnya tersebut hanya bisa tertawa singkat.
"I've become this cheesy because of you" sahut Daniel sambil mengelus kepala Nara.
Selanjutnya Daniel mengambil satu persatu cincin tersebut dan memasangkannya di jemari Nara.



"Tunggu gue bawain cincin lamaran ya Nar."




—————————






ps.
gue saranin banget buat kalian pas lagi baca chapter ini coba dengerin deh lagunya. biar lebih menjiwai lagi bapernya hehehe

amitié • kang danielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang