Bagian 34 - Temen ternyata demen

5.7K 265 13
                                    

Hati ini sebenarnya ingin pergi. Tapi, perasaannya tak mendukung sama sekali. Bila aku menuruti kata hati, aku takut akan menyesali. Baiklah, aku menuruti perasaanku saja. Toh, perasaan dengan hati tidak jauh berbeda bukan?

Senja

••••

Mencoba menetralkan hati dengan mencampur kembali rasa yang sejak awal tidak ada itu seperti pergi ke gurun pasir yang panas dengan tidak membawa air. Itu sangat menyakitkan.
Setiap malam gadis itu harus menghapus setiap kenangan dan setiap genggaman tangan yang Danu kasih kepada dia.
Ironis memang, jatuh cinta pada pria yang sama sekali tidak mencintainya.

"Kau sudah bersiap?" tanya seorang laki-laki di sebrang sana.

"Sudah, aku sudah menyiapkan semuanya. Tumben ngomongnya sopan gitu" kekeh gadis yang sekarang masih di depan cermin dan menata rambutnya.

"Sekali-kali.. jangan lupa bawa obat asma lo"

"Sudah kok sudah siap, sudah aku masukan tas semuanya" gadis menata rambutnya dengan cara dikepang, dia suka dengan tataan rambut seperti itu. Seperti gadis sunda asli saja.

"Bagus, setengah jam lagi gue nyampe di sana"

"Oke"

Senja melanjutkan mengepang rambutnya. Di cermin terlihat mata sembabnya belum hilang dan masih membengkak berwarna kemerahan.

Tok tok tok
Ketukan pintu membuat Senja beranjak dari depan cermin dan membuka pintu kamarnya.

"Ada apa Bang? " Senja bertanya. Bony masuk nyelonong ke kamarnya.

"Mendaki sama siapa? "

"Sama Rafa"

"Berdua?" dengan raut muka yang tak tertarik Bony bertanya.

"Enggak lah Bang, sama Silla, Kak Satya, Kak Fahri juga ada"

"Danu? "

Deg
Detak jantung Senja berdetak lebih cepat saat mendengar nama Danu.
Ya.. Bony tidak tahu bahwa Danu sudah ada di luar Indonesia sekarang.

"Emm di-dia gak ikut Bang" dengan gugup Senja menjawab.

"Kok jawabnya gugup gitu? Ada masalah?"
Bony mendekati Senja dan berdiri di depannya.

"Enggak ko Bang, Anja mah gak pernah ada masalah" kekeh Senja menutupi kegugupannya bila ditanya soal Danu oleh Bony.

"Abang gak suka Adik pembohong" dengan sorot mata yang tajam, Bony mencoba mencari kebohongan di mata Senja.

"Tidak Bang, Anja tidak bohong. Untuk apa Anja bohong sama Abang"

Bony duduk kembali di tepi ranjang tidur Senja. Ya.. dia tidak bisa memaksa Senja dengan cara seperti ini. Dia harus mencari tahu semunya.
Bony keluar dari kamar Senja, namun saat di ujung pintu masuk Bony membalikan badannya.

"Abang tidak suka melihat matamu sembab merah seperti itu Dek" Bony berlalu pergi dan meninggalkan Senja.

Ahhh kenapa Abang sepeka itu?

....

Takdir itu jahat Ja. Dia pergi begitu saja tanpa pamit dan akhir-akhirnya hanya memberi luka saja.

Rafa memeluk erat gadis yang ada di depannya, dia tidak kuat jika harus melihat Senja menangis hanya karena dia ditinggalkan oleh cinta.

"Lo harus bisa lupain, hidup lo itu gak melulu soal cinta, soal rasa sakit Ja"
Rafa menarik nafasnya gusar " inget, sekarang ada gue di sisi lo, lo bilang semua yang lo mau sama gue, lo mau kemana gue anterin Ja"

Senja dan DanuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang