Bagian 17 - Tak Berharap Bertemu

8.6K 385 5
                                    


Percayalah, rasa sakit di kepala itu tak akan hilang begitu saja. Begitupun juga dengan rasa sakit di hati.

-detiarifin-


••••

Gundah itu seperti apa? Apa seperti laki-laki yang sedang menghisap rokok itu terus menerus.

Laki-laki itu terus menerus memutar-mutar ponselnya. Apakah dia harus menghubungi gadisnya atau tidak. Ralat maksudnya calon gadisnya.

Senja Mutmut, Danu tersenyum masam melihat nama kontak yang ada di ponselnya itu. Dia sangat-sangat sakit membayangkan Senja saat menangis tadi siang. Itu lebih sakit dari pada saat di putuskan oleh Rayya , Entah mengapa Danu tak tega melihat Senja seperti itu.

Apa rasa suka itu sudah muncul di hati Danu? Memang benar tadi siang dia mengatakan dia menyukai Senja. Tapi itu dilakukannya karena dia tidak mau melihat Senja marah padanya, bukan karena ketulusan hatinya.

"Ja apa lo ngerasain apa yang gue rasain Ja?" gumam Danu.

"Lo gak bakalan ngerti posisi gue Ja" Danu menundukan kepalanya.
"Gue janji udah ini, gue gak bakalan nyakitin lo lagi Ja" Danu semakin menundukan kepalanya dan terus menyebut nama Senja.

Drrrtttt drrrtttt,
Satu notifikasi di ponsel Danu, bertuliskan Satya.

From Satya : lo udah batalin perjanjian lo?

To Satya : gue gak batalin, gue besok jadi balapan

From Satya : banci lo Dan!! Lo taruhin cewek sepolos Senja! Lo gak punya hati!

To Satya : masalah buat lo Sat? Gue ngelakuin ini demi Senja.

From Satya : demi Senja lo bilang? Receh!!!...

To Satya : terus masalah lo apa?

From Satya : gue cuman mau ngingetin lo, cewek itu bukan bahan taruhan Dan, cewek itu harusnya dihargai, dihargai juga bukan berarti dirupiahkan. Lo kayak BANCI!!!... satu lagi, lo jangan anggap gue sahabat lo lagi!!

To Satya : gue cuman mau yang terbaik buat dia Sat.

Tak ada balasan lagi dari Satya, sebenarnya apa yang terjadi dengan Satya? Sampe-sampe dia mati-matian membela Senja. Apakah Satya menaruh hati pada Senja? Tapi bagaimana dengan Silla?.

....

Matahari muncul malu-malu di balik awan putih bersih, pagi yang indah untuk seorang Senja.

Gadis cantik itu mengucek-ngucek matanya. Sedikit sakit, karena semalaman dia habiskan untuk menangis. Menangisi apa? Menangisi hatinya.
Dia melihat ke kaca dan berkaca.

"Kok sembab banget sihh, perasaan semalam nangisnya bentaran deh, terus gimana kalo Abang lihat ini. Pasti dia bakalan marah" khawatir Senja. Ya memang Abangnya selalu marah kalau melihat adik tercintanya menangis. Karena Ayah dan Bundanya tidak mengajarkan mereka untuk menjadi orang yang lemah, anak-anaknya harus tangguh.

"Aku harus mengompresnya dengan air hangat sebelum Abang bangun" Senja bergegas pergi ke dapur, disana sudah ada Bik Nanih yang sedang mencuci piring.

Senja dan DanuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang