Bagian 32

4.6K 276 17
                                    

Jika langkah kaki ini mengharuskan kita untuk bersama, aku menerima untuk bersama.
Namun jika tidak, ku harap kau tak membencinya.

Danu

••••


Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas sudah dilaksanakan secara serentak di setiap kabupaten maupun provinsi. Begitu juga dengan SMA 45 Bandung.

Danu,Satya dan Fahri akan segera menjadi alumni dan beralmamaterkan SMA 45 Bandung. Walaupun sekolah itu bukan sekolah favorit di kota Bandung, tetapi mereka bangga akan sekolahnya itu.

"Gue harus ninggalin kota sama negara ini kayaknya" Danu membuka pembicaraan mereka bertiga, moment kumpul bertiga ini sangatlah langka. Ini adalah moment penting dalam hidup mereka.

"Kemana? " tanya Satya datar.

"Australia" jawab Danu tak kalah datar dengan Satya.

"Gue bangga sama kalian berdua bro, gue harap lo lo pada gak ngecewain orang tua, gue sekarang sadar. Prestasi itu penting bro" mata Fahri berkaca-kaca. Ya, dia tidak bisa melanjutkan sekolahnya, dia harus membantu Ibu nya untuk menyekolahkan adik-adiknya, dia mempunyai tiga orang adik, semuanya perempuan. Ayahnya meninggal empat tahun lalu saat Fahri masih menginjak SMP dan sekarang Fahri harus menghendelnya sendiri, dia harus menjadi tulang punggung keluarga selain Ibunya.

"Lo gak lanjut sekolah Ri? " tanya Danu.

"Kalo gue ngikutin keegoisan gue, gue bisa ngelanjutin sekolah" Fahri menahan napasnya gusar " tapi, Ibu sama adik-adik gue lebih penting dari ngelanjutin sekolah Dan, lo terusin pendidikan lo kemana Sat? "

"....." Satya diam tak menjawab pertanyaan dari Fahri.

"Sat? Lo baik-baik aja kan? "

"Omma bilang gue harus kuliah di Korea Ri, tapi.. gue gak bisa"

Fahri mengangkat bahu dan menaikkan satu alisnya seakan bertanya 'kenapa?'

"Ada seseorang yang harus gue jaga"

"Siapa? Silla? Dia kan udah putus sama lo" Fahri mengerutkan keningnya tak mengerti.

Satya diam, dia membisu. Dia tidak mungkin menceritakannya kepada dua sahabatnya, mungkin ini hanya akan menjadi rahasia hatinya saja.

"Oh ya Dan, gimana lo sama Si Senja. Lo udah kasih dia kepastian? " Fahri memastikan pada Danu. Karena dia tidak ingin ketika tubuh Danu pergi. Namun hati dan pikirannya masih tertinggal di Indonesia.

"Udah tiga hari gue gak ketemu sama tuh cewe, gue kira.. dia udah benci sama gue Ri" jawab Danu gusar " tapi gue senang, setidaknya dia gak bakalan terlalu sakit saat gue tinggal" kekeh Danu tak percaya dengan perkataannya sendiri.

"Lo gimana Sat? Lo udah ngomong baik-baik sama Silla? " tanya Fahri.
Ya, memang diantara mereka bertiga, hanya Fahri lah yang mempunyai pikiran sedikit lebih dewasa. Mungkin, karena dia dibesarkan di keluarga sederhana sehingga hidup mengajarkan dia untuk tidak mempunyai sikap yang kekanak-kanakan.

"Dia udah maafin gue"

"Baguslah.. setidaknya setelah kalian pergi kalian tidak akan meninggalkan luka untuk wanita-wanita yang mencintai lo lo pada" sebentar Fahri melihat jam yang melilit pergelangan tangannya " gue harus pergi bro, gue harus jemput adik gue, ohh ya, sukses buat kalian" Sebelum pergi, Fahri memeluk sahabatnya satu-persatu. Rasanya sangat berat berpisah dengan sahabat karib selama tiga tahun ini. Bersama mereka Fahri bisa merasakan masa SMA yang penuh dengan rasa.

Senja dan DanuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang