03.2. Her Story

349 25 14
                                    

... sebelumnya ...
"Oh. Oke ... oke ... maaf, aku masih agak excited sama fasilitas yang baru aku punya ini," canda Lluvia, walaupun Aloysius dapat merasakan kegetiran dalam suara gadis hantu yang kini duduk manis di sebelahnya itu.
"Never mind. Nah, sekarang ceritain apa yang pengen lo ceritain, atau tanya apa yang pengen lo tanyain," kata Aloysius sambil mengubah posisi duduknya jadi menghadap Lluvia.

 Nah, sekarang ceritain apa yang pengen lo ceritain, atau tanya apa yang pengen lo tanyain," kata Aloysius sambil mengubah posisi duduknya jadi menghadap Lluvia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"AKU ... nggak tau apa yang mau aku ceritain ...," ucap Lluvia pelan setelah ia terdiam sejenak. Aloysius menyipitkan matanya.

"Maksud lo?" tanya Aloysius hati-hati.

"Aku nggak tau kenapa aku bisa sampai ada di sini. Matikah aku? Aku nggak tau ...." Lluvia menatap Aloysius dengan pandangan putus asa.

"Lo nggak inget apa-apa? Gitu?" simpul Aloysius hati-hati. Lluvia mengangguk. "Tapi lo inget nama lo," lanjutnya bingung.

"Cuma itu aja, Go. Aku juga nggak tau apa orang manggil aku Via atau malah manggil aku Lulu, atau malah manggil aku Alex, atau mungkin Andra, atau—"

"Ya ... ya ... ya ... cukup! Kata Shakespeare juga apalah arti sebuah nama. Yang penting lo inget nama lo, itu bisa dikatakan sebagai awal yang bagus," potong Aloysius berusaha menghentikan ocehan bernada putus asa dari Lluvia itu.

"Tapi aku rasa aku lebih seneng dipanggil Lulu ...," lirih Lluvia.

"Iya ... iya ... dan aku bakal manggil kamu Lulu," sahut Aloysius sabar sambil tersenyum ramah ke arah Lluvia. Ia bahkan mengganti penggunaan kata gue-lo dengan kata aku-kamu. Wajah Lluvia pun langsung bersemu merah saat ia mendapat perlakuan yang cukup ramah itu.

Hee? Hantu juga bisa blushing, ya? ucap Aloysius heran dalam hati saat ia sempat melihat semburat merah di wajah Lluvia sebelum gadis hantu itu memalingkan wajahnya.

"Ehm ... jadi gimana, ya? Bingung juga. Gue belum pernah berurusan sama hantu yang amnesia kayak lo gini," celetuk Aloysius mencoba mencairkan suasana yang agak canggung gara-gara Lluvia blushing. Dan berhasil. Lluvia pun agak tersenyum dan tidak lagi memalingkan wajahnya.

"Mmm ... mungkin lo cuma agak shock, mungkin beberapa hari lagi—syukur-syukur besok—lo udah bisa inget semuanya lagi, jadi gue bisa bantu lo," lanjut Aloysius saat ia melihat Lluvia sudah merasa agak nyaman. Ia pun kembali kepada sapaan awalnya karena ia tidak mau Lluvia kembali merasa canggung karena diperlakukan secara ramah.

"Kamu mau bantu aku?" tanya Lluvia tidak percaya.

"Ya iya lah! Kalo enggak mah lo udah gue usir dari tadi!" sungut Aloysius sambil sedikit manyun. Lluvia tersenyum kecil melihat Aloysius yang sedang cemberut itu.

Nih cowok nggak cakep-cakep banget, tapi ada yang menarik dari dirinya. Apa, ya? Mungkin auranya itu, ya? Aura yang tercipta karena kebaikan hatinya itu. Aku yakin dia orang yang baik dan pengertian. Pacarnya pasti bahagia banget bisa punya special relationship sama cowok ini, pikir Lluvia sambil meneliti wajah Aloysius.

Cerita Lluvia [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang