... sebelumnya ...
Tiba-tiba Lluvia merasakan tubuhnya melemas, pandangan matanya menggelap dan ia merasa seperti ditarik dengan paksa ke dalam sebuah lubang.DAN di sanalah ia sekarang, di sebuah ruangan berisi empat orang dewasa—dua wanita dan dua pria. Kedua pria dan seorang wanita yang ada di ruangan itu menatap ke arahnya—yang melayang di atas mereka—dengan tatapan terkejut, lega dan juga ... apa? Tidak setuju?
Baru saja Lluvia akan membuka mulutnya untuk melakukan pembelaan, ia merasa bahwa dirinya kembali ditarik ke dalam lubang yang tadi membawanya ke hadapan empat orang dewasa itu. Dan dalam sekejap mata ia sudah kembali berada di sebelah Aloysius yang sedang berteriak memanggilnya dengan panik dalam hati.
LULUUU!!! ALGO MEMANGGIL LULUUU!!! Dengan perlahan Lluvia menoleh ke arah Aloysius yang sedang sedikit-sedikit mencuri-curi pandang ke arah Lluvia karena tidak ingin dicurigai lagi oleh Ferdy gara-gara melihat ke arah ruang kosong.
"Algo? Kenapa?" tanya Lluvia linglung.
Harusnya aku yang nanya kayak gitu, cewek bodoh! Kamu barusan kenapa? Muka kamu pucet banget kayak orang mati, tau! Melayang-layang gitu dengan tatapan kosong! Sumpah, nakutin banget, tau! protes Aloysius.
"Bukannya aku memang udah mati, Go?" canda Lluvia. "Hahaha ... maaf ... maaf ... kayaknya aku ngantuk deh, jadinya ngawang-ngawang gitu," sahut Lluvia sambil menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal saat melihat tatapan panik bercampur kesal milik Aloysius. Laki-laki itu memicingkan matanya.
Kamu yakin kamu nggak apa-apa? Lluvia mengangguk sambil tersenyum ceria walaupun wajahnya masih tampak pucat.
Kalo ada apa-apa bilang ke aku, ya? Lluvia kembali mengangguk. Setelah Aloysius kembali melakukan percakapan dengan Ferdy, Lluvia mencoba merenungkan kejadian yang baru saja ia alami.
Siapa keempat orang itu? Mereka ada di mana? Kenapa mereka menatapku seperti itu? Kenapa aku kembali ke rumah ini sebelum aku sempat melakukan pembelaan?― Lluvia menghentikan renungannya karena terkejut dan bingung.
Pembelaan? Pembelaan apa? Pembelaan kepada siapa? Kenapa aku merasa bahwa aku harus melakukan pembelaan? pikir Lluvia tidak mengerti.
• ❖ •
MALAM itu dalam tidurnya, Lluvia dihadapkan pada sebuah penglihatan. Penglihatan itu berupa seorang wanita yang sedang menunggui seorang gadis yang terbaring di sebuah kamar lengkap dengan infus, oksigen, alat deteksi denyut jantung dan beberapa peralatan yang tidak diketahui Lluvia baik nama maupun fungsinya.
Lluvia melayang di atas wanita dan gadis itu, ia tidak bisa berada di bidang datar yang sama dengan kaum hawa di bawahnya, tidak peduli seberapa keras ia mencoba. Akhirnya ia tetap pada posisinya dan memperhatikan kaum hawa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Lluvia [✓]
General FictionSemua orang pasti pernah merasakan kelelahan dalam hidupnya. Pernah merasa ingin melarikan diri dari semuanya. Bagaimana kalau hal itu didengar dan dikabulkan oleh Tuhan? IA membawamu keluar dari kelelahanmu, membuatmu melupakan semuanya. Itulah yan...