01. Ik ben vermoeid met al dit dingen, God

1.2K 33 62
                                    

"NYET, kamu bener-bener mau manjat?" tanya Yasha kepada gadis di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"NYET, kamu bener-bener mau manjat?" tanya Yasha kepada gadis di depannya. Gadis berambut pendek itu menengadah lalu menjulurkan lidahnya kepada Yasha.

"Siapa yang kamu panggil 'Nyet', hah?!" ujar gadis berambut pendek yang bernama Lluvia itu dengan keki.

"Kamu. Kamu kan kalo manjat mirip monyet. Ya ... mirip anak monyet yang baru belajar manjat, lah!" jawab Yasha sambil tertawa kecil.

"Kalo aku monyet, berarti kamu omnya monyet, dong?" balas Lluvia keki. Yang diejek balik hanya menyeringai jail, tampak tidak peduli bahwa dirinya dikatai monyet.

"Hei ... hei ... hei ... ini om sama keponakan kok kerjaannya ribut melulu sih dari dulu?" timbrung Renoten yang datang bergabung bersama mereka berdua.

"Eh, No ... bilangin sama senior kamu nih biar nggak ngejekin aku lagi," sahut Lluvia jengkel sambil menunjuk Yasha yang notabene adalah omnya itu.

"Mana kuberani, Lluvia sayang ... yang ada juga aku yang dipecat jadi anak buahnya," tolak Renoten sambil memberikan cengirannya yang dulu sempat membuat Lluvia jatuh cinta.

"Reno, jangan berani-berani manggil Lluvia dengan embel-embel sayang!" tegur Yasha dengan tegas.

"Ampun, Om ...." Renoten meminta ampun dengan nada suara yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah.

Walaupun Yasha selalu meledek keponakan perempuannya yang usianya tidak terpaut terlalu jauh dengannya itu, tapi ia selalu menjaga Lluvia agar gadis itu tidak disentuh oleh junior-juniornya di klub pecinta alam yang bernama DAMARETA, klub pecinta alam yang dibentuk olehnya dan beberapa temannya pada saat mereka masih menjadi mahasiswa di Universitas Swasta Cimahi. Karena itu pula lah, Lluvia bisa mendapatkan akses yang cukup mudah untuk belajar wall climbing atau apapun yang berkaitan dengan kegiatan DAMARETA walaupun ia bukan merupakan salah satu anggotanya ataupun terdaftar sebagai mahasiswi di USC.

"Eh, tapi Om Yasha bener juga ... kamu bener-bener mau manjat, Lu? Hari ini kan panas banget!" ujar Renoten lagi sambil melihat langit siang itu yang sama sekali tidak digantungi awan sehingga sinar matahari menyinari mereka dengan teriknya.

"Memangnya kenapa?" tanya Lluvia sambil menyelesaikan pemakaian persiapan memanjatnya dan berjalan menuju dinding panjat yang berada di depan sekretariat DAMARETA.

"Lu, kamu kan punya anemia, apa nggak riskan kalo beraktivitas cukup berat di hari yang panas banget gini?" timbrung Leo, junior Yasha yang lain, yang membantu Lluvia melakukan persiapan.

"Nggak apa-apa, kok. Aku cuma pengen olahraga dikit aja. Penat, nih!" tegas gadis berusia 23 tahun itu sambil terus berjalan menuju dinding panjat. "Eh, kalo ada telepon tolong diangkat, ya!" perintah Lluvia tiba-tiba sambil menunjuk ponsel yang tergeletak di sebelah ransel hitamnya.

• ❖ •

"OM, dia bener nggak apa-apa?" tanya Renoten sambil menunjuk Lluvia yang mulai memanjat dengan tenang walaupun terkesan hati-hati karena ia memang baru mempelajari aktivitas itu selama beberapa minggu. Yasha mengangkat bahunya dengan tidak peduli sambil terus mengawasi keponakannya itu.

Cerita Lluvia [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang