09.2. The Better Way

202 18 0
                                    

... sebelumnya ...
"Hanya kalau Tante Yolan juga berjanji untuk tidak menceritakannya kepada Ayah dan Bunda." Yolanda mengangguk sambil tersenyum keibuan.
"Tante janji." Dan Lluvia pun mengulangi ceritanya malam sebelumnya.

DI saat yang sama pada saat Lluvia bercerita kepada Yolanda, di Subang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DI saat yang sama pada saat Lluvia bercerita kepada Yolanda, di Subang ....

"Aduh ... sumpah deh perut gue sakit banget!" keluh Ferdy sambil memegangi perutnya saat mereka berjalan pulang. Tampaknya mood Ferdy sore itu sudah mulai membaik. Aloysius melihat sahabatnya itu dengan tatapan khawatir.

"Kenapa lo? Maag lo kambuh? Atau liver lo?" Ferdy melihat Aloysius dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kenapa?" tanya Aloysius sedikit panik karena Ferdy tidak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Panggilan alam," jawab Ferdy sambil menyeringai jail. Aloysius membutuhkan waktu lima detik untuk mencerna kata-kata Ferdy itu sebelum akhirnya berkomentar dengan kesal bercampur lega,

"Monyong lo! Gue kira kenapa! Dodol!!" rutuknya geli yang diikuti oleh tawa lepas dari Ferdy.

"Buruan yuk, ah!" ajak Ferdy sambil mempercepat langkahnya.

Sesampainya di rumah, Ferdy langsung berlari dengan terbirit-birit ke arah kamar mandi diikuti tatapan geli dari Aloysius. Aloysius sendiri berjalan dengan santai ke kamarnya untuk menemui Lluvia, tapi ....

"Lluvia?" tanyanya bingung karena tidak mendengar sapaan selamat datang dari Lluvia dan tidak melihat gadis itu di kamarnya.

Lu? .... Lulu? .... Lluvia! Alexandra Lluvia!!! panggil Aloysius mulai panik dalam hati karena tidak ada tanda-tanda kehadiran Lluvia di kamar itu ataupun bahwa Lluvia mendengar kedatangannya.

Aloysius melihat ke sekeliling kamar itu dengan panik, berusaha mencari petunjuk sekecil apapun tentang keberadaan Lluvia. Tatapan matanya berhenti pada sehelai kertas putih yang diletakkan di atas laptop hitamnya sehingga tampak sangat mencolok dan cukup membuat Aloysius heran, karena ia tidak merasa pernah meletakkan kertas di atas laptopnya. Aloysius mengambil kertas itu, membukanya dan mulai membaca tulisan yang tertera di sana.


Dear Algo,

Algo, ini Lulu. Maaf ya ... tampaknya aku nggak bisa berada di sisi kamu sedikit lebih lama lagi. Maaf karena aku melanggar perjanjian kita. Maaf karena aku nggak ngasih tau kamu kalo aku mau pergi, karena ... aku memang pengecut, aku nggak berani—nggak tega—untuk ngasih tau kamu secara langsung. Aku hanya berani untuk ngasih tau kamu lewat surat ini ... untung aku bisa memegang sesuatu kalo aku niat.

Algo, sekarang ingatanku udah kembali. Aku sekarang tau bahwa ternyata aku belum meninggal, aku hanya koma dan jiwaku terpisah dari ragaku, karena aku seorang pengecut yang ingin melarikan diri dari kenyataan. Kini aku memutuskan untuk berhenti menjadi pengecut. Aku akan kembali ke kehidupanku yang sebenarnya dan mencoba menghadapi kenyataan yang ada dengan gagah berani.

Cerita Lluvia [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang