12.1. His Honesty, Her Decision

206 17 0
                                    

... sebelumnya ...
"Merci, Loy ...," sahut Ferdy pelan. Aloysius tersenyum.
"You can count on me anytime, bro!" jawabnya sebelum keluar dari ruangan itu bersama dengan Daniel dan Yolanda.

"You can count on me anytime, bro!" jawabnya sebelum keluar dari ruangan itu bersama dengan Daniel dan Yolanda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DANIEL, Yolanda dan juga Aloysius berjalan dengan diam menuju tempat parkir. Daniel sesekali melirik ke arah Aloysius yang tampak kurang bersemangat itu.

Hhh ... beneran patah hati, nih .... Aloysius mengembuskan napasnya dengan keras, lupa bahwa ia tidak sedang sendirian.

Pake ngedukung saingan gue sendiri, lagi! Sebenernya gue itu terlalu baek atau bego, sih?! .... Tapi saingan gue itu adalah sahabat gue sendiri! Sahabat yang kayaknya rasa sayangnya ke Lulu lebih besar daripada rasa sayang yang gue punya. Tapi kan gue juga sayang sama Lulu! Tapi dia sahabat gue! Duuh mamiii! Bingung gue! Aloysius pun mengacak-acak rambutnya dengan kalut, benar-benar lupa bahwa ia tidak sedang sendirian.

"Sudah makan, Loy?" tanya Daniel geli melihat laki-laki yang benar-benar tampak kalut itu.

"Hah? Maaf ... apa, Om?" tanya Aloysius yang tidak begitu mendengar pertanyaan Daniel itu.

"Sudah makan? Kita cari yang panas-panas, yuk!" ajak Daniel, sementara Yolanda hanya melihat adiknya itu dengan bingung.

"Oh ... ehm ... kayaknya saya langsung pulang aja, Om ... saya nggak lap-"

Kruyuuk

Daniel dan Yolanda langsung melihat Aloysius dengan tatapan geli ketika naga di dalam perut Aloysius menyahut saat laki-laki itu berkata bahwa dirinya tidak lapar. Aloysius pun merasakan wajahnya memanas.

"Oh ... ehm ... itu ... hehe ... maaf Om, Tante ... kayaknya naga di perut saya kebangun waktu Om bilang mau cari yang panas-panas ... hehehe ...," elak Aloysius canggung sambil menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. Daniel dan Yolanda pun tertawa pada saat mendengar alasan Aloysius itu.

"Nah, kalau sudah dapat persetujuan dari sang naga, ayo kita cari makan!" ajak Daniel sambil menepuk pelan bahu Aloysius. "Kamu naik motor, kan? Nanti ikutin CRV silver itu aja, ya?" kata Daniel sambil menunjuk sebuah mobil di pelataran parkir rumah sakit itu. Aloysius hanya mengangguk sebelum berjalan menuju parkiran motor.

"Niel, kenapa kamu ngajak anak itu untuk makan?" tanya Yolanda saat ia dan Daniel berada di dalam mobil.

"Menurut pengakuan Lluvia, anak itu sedang menjalin hubungan khusus dengan Lluvia," jawab Daniel sambil tersenyum geli. Yolanda menaikkan sebelah alisnya.

"Beneran?" tanyanya setengah takjub setengah tidak percaya. Daniel mengangguk sambil tertawa kecil. "Wah ... wah ... jadi ceritanya kamu mau ngorek cerita dari anak itu?" tanyanya geli. Daniel tertawa semakin keras.

"Ya ... nggak gitu juga sih, cuma mau ngobrol-ngobrol sedikit aja. Lagian aku juga beneran laper kok, Mbak."

"Dasar!" komentar Yolanda geli.

Cerita Lluvia [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang