10.2. Christ Misery, Give Us Strength

215 18 7
                                    

... sebelumnya ...
"Moga-moga Lluvia cepet sadar, ya ...," katanya pelan yang dijawab dengan anggukan dari Raymond.
"Makasih ya, guys!" ujar Lluvia pelan sebelum beranjak menuju ruang seksi Liturgi.

DI ruang seksi Liturgi, Lluvia melihat Yasha sedang duduk di sebuah bangku kayu panjang dengan kepala tertunduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DI ruang seksi Liturgi, Lluvia melihat Yasha sedang duduk di sebuah bangku kayu panjang dengan kepala tertunduk. Di sebelahnya, Chanti-pacarnya-sedang mengelus punggung Yasha dengan sabar.

"Yasha, kamu nggak boleh gini, ah! Kalo Lluvia tau kamu jadi depresi gini, dia juga nggak bakal seneng, kan?" tegur Chanti berusaha membangkitkan semangat Yasha.

"Tapi Chan-"

"Yasha! Kamu bahkan nggak pernah ngejenguk dia di rumah sakit! Kalo dia tau, dia pasti bakal sedih karena omnya nggak pernah ngejenguk dia!" potong Chanti. Lluvia menatap omnya itu dengan sedih.

Iya Yasha, aku sedih karena kamu jadi gini, padahal semua ini bukan salah kamu, aku yang salah, sesal Lluvia dalam hati sebelum mengedarkan tatapannya ke sekeliling ruangan kerja Yasha yang memang menjabat sebagai Ketua Seksi Liturgi di Gereja Santo Ignatius itu. Tatapannya berhenti pada sebuah doa yang diprint di sebuah kertas. Lluvia mendekati kertas itu dan membaca doa yang berbunyi:

Jiwa Kristus, Kuduskanlah kami. Tubuh Kristus, Selamatkanlah kami. Darah Kristus, Sucikanlah kami. Air lambung Kristus, Basuhlah kami. Sengsara Kristus, Kuatkanlah kami. Yesus yang murah hati, Luluskanlah doa kami. Dalam luka-luka-Mu, Sembunyikanlah kami. Jangan kami dipisahkan, Dari pada-Mu, Tuhan. Terhadap seteru yang curang, Lindungilah kami. Di waktu ajal, Terimalah kami. Supaya bersama para kudus, Kami memuji Engkau. Untuk selama-lamanya, Amin.

Entah kenapa Lluvia merasa doa itu sangat menusuk sanubarinya. Bukan tusukan yang menyakitkan, tapi tusukan yang meluluhkan semua bebannya dan menggantikannya dengan kekuatan untuk memikul semua beban itu.

Beuh ... kok bisa sampai lupa ya kalo aku punya Tuhan? Ke mana aja Lu sampai lupa berdoa?! ujar Lluvia setengah kesal setengah geli pada dirinya sendiri.

Oke Tuhan, sekarang seorang Alexandra Lluvia akan bangkit dan tidak akan kalah lagi oleh apapun juga. Sengsara Kristus, kuatkanlah aku! Lluvia tersenyum penuh semangat.

"Tapi sebelumnya aku harus membangkitkan semangat si paman dodol ini!" tukas Lluvia geli sambil berdiri di depan Yasha yang masih menundukkan kepalanya.

"Siapa yang dodol?!" protes Yasha kesal.

"Dodol? Aku nggak bilang kamu dodol, Yas. Aku cuma bilang kamu harus bangkit lagi," kata Chanti bingung.

"Chanti mana mungkin bilang kalo kamu itu dodol, Nyet?" cibir Lluvia geli. Yasha segera menengadahkan kepalanya dan tercengang saat melihat Lluvia berdiri di depannya sambil berkacak pinggang dan menyeringai jail.

"Lu-Lluvia ...?" panggilnya setengah tidak percaya. Chanti menatapnya dengan terkejut.

"Lluvia? Lluvia ada di sini, Yas?" tanya Chanti takjub. Ia memang mengetahui bahwa sebagian besar keluarga pacarnya itu-termasuk Yasha sendiri-memiliki indera keenam yang sangat tajam. Yasha menjawab pertanyaan Chanti itu dengan sebuah anggukan.

Cerita Lluvia [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang