... sebelumnya ...
Ferdy tidak menyahut saat Aloysius mengatakan bahwa Sarah kembali menelepon dan ingin berbicara dengannya. Dan Ferdy juga tidak meminta info tentang Lluvia kepada siapa pun selama dua tahun berikutnya.LLUVIA membuka matanya dan mendapati bahwa bis itu sudah memasuki kawasan Bandung.
Ternyata untuk mengenang kejadian selama dua tahun ke belakang cuma butuh waktu beberapa jam, pikir Lluvia geli sambil sedikit meregangkan badannya yang terasa pegal. Ia melihat tas tangannya dan mengambilnya.
Lluvia mencari-cari sesuatu di dalam tas itu dan akhirnya mengeluarkan benda yang dicarinya sambil tersenyum kecil. Benda itu lah yang membuatnya mengambil cuti dan pulang ke Indonesia. Benda itu adalah sebuah undangan pernikahan dengan kombinasi warna putih dan pink.
Lluvia tersenyum geli saat membaca nama yang tertera di undangan itu, Aloysius Gonzaga Vence, SE & Elizabeth Sarah, SE. Lluvia tidak menyangka bahwa perjodohan yang awalnya ia dan Ferdy kira gagal total ternyata sukses besar. Senyum Lluvia sedikit memudar saat benaknya merecall nama Ferdy.
Masa lalu, Lu ... masa lalu ..., ingatnya dalam hati.
• ❖ •
"KAMU sungguh-sungguh mau datang ke undangan pernikahan itu?" tanya Bu Maria ragu-ragu saat ia mendatangi Lluvia di kamarnya hari Minggu pagi itu. Hari Minggu dimana Aloysius dan Sarah akan melangsungkan pernikahan mereka.
Lluvia merapikan blouse putih dengan motif bunga lili berwarna baby pink yang dikenakannya dan mengambil blazer warna khaki yang ia letakan di atas tempat tidurnya. Gadis itu pun melihat ibunya dengan tatapan bingung.
"Memangnya kenapa, Bunda?" tanya Lluvia dengan polos.
"Alexandra Lluvia ...," tegur Bu Maria dengan nada memperingatkan putrinya.
"Iya ... iya ...." Lluvia menarik napas panjang. "Bunda khawatir kalau aku akan bertemu dengan Ferdy, kan?" lanjut Lluvia.
"Bunda tidak—"
"Oh ... c'mon, Mom ...." Lluvia memotong sanggahan ibunya dengan tidak sabar. Bu Maria terdiam sesaat sebelum akhirnya mengangguk. Lluvia menghela napas.
"Bunda ... sudah berapa lama aku tinggal di Perth?" Bu Maria mengernyitkan dahinya saat mendengar pertanyaan Lluvia itu.
"Dua tahun ... Kenapa—?"
"Dan selama itu lah Ferdy sudah menjadi bagian dari masa laluku," potong Lluvia tegas. Bu Maria memandang putrinya itu dengan tatapan sangsi.
"Trust me, Mom ...," pinta Lluvia bersungguh-sungguh. Bu Maria memberikan anggukan tanda setuju sebelum akhirnya keluar dari kamar putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Lluvia [✓]
General FictionSemua orang pasti pernah merasakan kelelahan dalam hidupnya. Pernah merasa ingin melarikan diri dari semuanya. Bagaimana kalau hal itu didengar dan dikabulkan oleh Tuhan? IA membawamu keluar dari kelelahanmu, membuatmu melupakan semuanya. Itulah yan...