... sebelumnya ...
"Tapi aku yakin suatu saat nanti aku pasti bisa melakukannya. Aku pasti bisa menjadi sebatas adik baginya, pasti bisa menganggapnya sebagai seorang kakak yang baik, bukan sebagai harapan masa depan," lanjut Lluvia yakin walaupun dengan mata berkaca-kaca. Daniel tersenyum saat melihat usaha Lluvia untuk meyakinkannya itu."OM ... sebenernya kenapa sih aku bisa sampai dirawat di sini? Nggak mungkin cuma karena aku capek ngadepin masalah Ferdy, Rantika dan Cakra, kan?" tanya Lluvia setelah mereka sempat terdiam sejenak. Daniel terdiam.
"Om?" pancing Lluvia. Daniel menghela napas sebelum menjawab pertanyaan keponakannya itu.
"Sebenarnya tim dokter pun masih tidak menemukan penyebab yang jelas kenapa kamu bisa sampai tidak sadarkan diri selama ini sedangkan tidak ada yang salah dengan kondisi tubuhmu—kecuali kepala kamu yang benjol gara-gara membentur pijakan dinding panjat itu," jelas Daniel sambil tersenyum geli yang langsung diikuti oleh tawa Lluvia.
"Lalu?"
"Akhirnya kesimpulan sementara adalah masalah kejiwaan kamu, karena tidak ada yang salah dengan kondisi fisik kamu."
"Dan itu benar sekali ... aku memang sedang menginginkan time out, tapi aku tidak menginginkan tidak sadarkan diri selama ini. Pake hilang ingatan, pula!"
"Jadi, apa yang kamu pikirkan saat kamu menginginkan time out?" tanya Daniel penasaran.
"Ik ben vermoeid met al dit dingen, God ...," jawab Lluvia mengulang kata-kata terakhir yang ada di benaknya sebelum ia tidak sadarkan diri selama tiga belas hari belakangan. Daniel mengernyitkan dahinya.
"Sebaiknya mulai sekarang kau harus berhati-hati dengan apa yang kaupikirkan dan kauinginkan, Lluvia. Malaikat Tuhan ada di mana saja dan kapan saja untuk mendengarkan dan mencatat keinginanmu." Lluvia pun menganggukkan kepalanya.
"Itu cukup menjelaskan kenapa kamu bisa kehilangan ingatanmu," lanjut Daniel lagi. Lluvia mengernyitkan dahinya.
"Maksudnya?"
"Kamu lelah dengan semuanya, kamu ingin mengambil time out untuk sementara ... dan Tuhan mengabulkannya. Ia mengambil beban pikiranmu yang membuatmu lelah untuk sementara waktu dan memberikan sedikit liburan kepadamu," jelas Daniel sambil tersenyum.
"Tapi kan ... yang menjadi masalahku hanyalah Ferdy, Rantika dan Cakra, kenapa aku juga melupakan keluargaku? Kenapa aku bisa muncul di rumah kontrakan Ferdy? Kenapa nggak di sini atau di rumahku sendiri?" tanya Lluvia bingung.
"Mungkin karena secara tidak langsung kamu merasa bahwa keluarga juga sedikit banyak memengaruhi kelancaran hubunganmu dengan Ferdy?" usul Daniel. Lluvia tidak menjawab, membuat Daniel yakin bahwa usulannya itu tepat sasaran.
"Mungkin karena itu juga kamu muncul di rumah kontrakan Ferdy dan bukannya di sini atau di rumahmu ... karena jauh di dalam lubuk hatimu yang paling dalam, kamu masih menyanyangi dan mengharapkan Ferdy," lanjut Daniel lagi. Tatapan Lluvia sejenak menjadi kosong saat mendengar pernyataan Daniel itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Lluvia [✓]
General FictionSemua orang pasti pernah merasakan kelelahan dalam hidupnya. Pernah merasa ingin melarikan diri dari semuanya. Bagaimana kalau hal itu didengar dan dikabulkan oleh Tuhan? IA membawamu keluar dari kelelahanmu, membuatmu melupakan semuanya. Itulah yan...