05.1. Space and Vision

250 18 11
                                    

... sebelumnya ...
"Ngejek nih ceritanya? Udah tau aku lagi hilang ingatan gini, malah bilang kalo ingatan aku bagus! Kalo ingatan aku beneran bagus, harusnya kan aku nggak amnesia!" sewot Lluvia sambil memonyongkan bibirnya. Aloysius tertawa kecil.
"Maaf ... maaf ... bukan maksud hati untuk ngejek, cuma sedikit berniat untuk menyindir, lah ...," tutur Aloysius geli yang langsung dihadiahi jitakan dari Lluvia yang ikut tertawa.

," tutur Aloysius geli yang langsung dihadiahi jitakan dari Lluvia yang ikut tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEMINGGU sudah Lluvia melewatkan hari-harinya bersama dengan Aloysius dan Ferdy. Tidak ada—atau mungkin belum ada—kemajuan yang berarti dengan ingatannya, kecuali bahwa Lluvia mulai menyadari hal-hal kecil yang merupakan sesuatu yang ia senangi di babak lain dari hidupnya.

Seperti bahwa ia menyadari bahwa ia sangat senang memandangi langit malam hari, terutama jika langit itu tidak berawan. Atau bagaimana senangnya ia mencium bau petrichor pada saat hujan turun. Atau bagaimana senangnya ia menyaksikan tetes demi tetes air hujan turun ke bumi dari jendela ruang tamu rumah itu. Atau bagaimana senangnya ia mendengarkan suara hujan yang turun.

Tidak hanya itu, kini Lluvia juga memiliki ingatan-ingatan baru di memorinya sebagai kompensasi dari minimnya ingatannya tentang masa yang telah sempat ia lalui.

Kini ia tahu bahwa pekerjaan Aloysius dan Ferdy adalah melakukan pengembangbiakan tanaman jamur. Ia tahu bahwa Ferdy merupakan anak bungsu dari dua bersaudara dan kakak perempuannya sudah lama berumah tangga serta memiliki dua orang anak. Ia juga tahu bahwa Aloysius merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Ia memiliki seorang adik perempuan dan seorang adik laki-laki yang masing-masing berselisih umur lima dan sepuluh tahun dengan dirinya.

Ia pun jadi mengetahui sedikit kisah tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh Ferdy. Ternyata laki-laki itu sudah cukup lama mengeraskan hati untuk menjalin hubungan dengan pacarnya, karena ia pernah—sering—dikecewakan oleh pacarnya itu.

• ❖ •

"TERUS kenapa nggak putus dari dulu-dulu waktu dia udah dikecewain?" tanya Lluvia pada Aloysius saat mereka membahas topik itu.

"Nggak tega, nggak enak."

"Kenapa?"

"Karena hubungan antara keluarga kedua belah pihak udah cukup dekat. Selain itu, mungkin juga karena Ferdy udah terbiasa sama pacarnya itu."

"Maksudnya?" tanya Lluvia kurang mengerti. Aloysius mengangkat bahunya dengan ringan.

"Biar bagaimanapun juga, waktu tiga tahun bukan waktu yang singkat untuk menjalin hubungan dan beradaptasi dengan seseorang, menjadi merasa terbiasa dengan orang itu. Nggak gampang untuk memutuskan hubungan itu dan mencari yang baru, kan? Nggak gampang untuk beradaptasi lagi dengan yang baru." Lluvia pun mengangguk-anggukan kepalanya sebagai tanda bahwa ia mengerti dengan penjelasan Aloysius itu.

Cerita Lluvia [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang